Kecap Tertua Asal Tangerang, Bagaiman Bisa Bertahan Ditengah Persaingan
Kecap Benteng merupakan kecap tertua yang masih beroperasi dan saat ini menggunakan merek Cap Istana.
Dalam setiap kemasan kecap yang diproduksi selalu menuliskan Kecap Produksi Jl Benteng Nomer 1.
Tulisan dalam logo setiap botol kecap itu, dianggap terlalu panjang dan sulit dihapal dan diingat.
Untuk lebih mudah diingat, tulisan dalam logo kecap tersebut dibuat menjadi pendek. Maka jadilah logo tulisan ‘Kecap No. 1’.
Ini kemudian diikuti produsen kecap lainya, terutama para pengekor popularitas yang juga latah menuliskan ‘Kecap No. 1’ dalam setiap kecap botol yang diproduksinya.
Istilah Kecap Nomor Satu (1) kemudian populer dalam setiap pembicaraan, dan sudah membumi di semua kalangan.
Bahkan, Pramoedya Ananta Toer dalam buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels menyinggung istilah ngecap yang diucapkan Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno.
”Kecap produksi sini juga dikenal sebagai kecap Benteng, dan selalu dipromosikan sebagai kecap klas satu. Kenomor-satuannya menyebabkan Bung Karno bisa membikin ucapan “ngecap” yang berarti mempromosikan diri sebagai yang nomor wahid.”
Kecap Benteng SH dan Kecap Benteng Cap Istana memang saat ini tidak sepopuler dulu.
Kedua kecap ini masih diproduksi secara tradisional dan dalam jumlah yang terbatas.
Boleh dikatakan kalah bersaing dengan kecap lain yang diproduksi secara modern.
Setidaknya di Tangerang, terutama pada warga China Benteng, kecap bermerek SH adalah pilihan utama.
Di Tangerang, kecap old style ini masih banyak dipakai restoran dan warung makan.
Kecap Siong Hin (SH) lebih banyak dipakai untuk camilan, seperti makan bakso, mie ayam, bakwan dan gorengan lainnya.
Banyak orang yang saat makan di restoran akan langsung mencari Kecap Siong Hin sebagai teman makan karena rasanya yang gurih dan manis.
Sedangkan untuk masak di dapur, Kecap Benteng Cap Istana yang lebih dicari.