Sosok

Lulu Kusuma Wardani Butuh Waktu 2 Tahun Belajar Menjadi Juru Bahasa Isyarat Gerkatin Banten

Lulu Kusuma Wardani mengaku baru 4 tahun menjadi juru peraga bahasa isyarat yang disewa jasanya oleh lembaga negara atau instansi swasta. 

Penulis: Rizki Amana | Editor: Intan UngalingDian
Tribun Tangerang/Rizki Amana
Lulu Kusuma Wardani, juru bahasa isyarat dari Gerkatin Provinsi Banten sedang memeragakan bahasa isyarat. 

TRIBUNTANGERANG.COM, SERPONG - Sejak memasuki tahun 2021 ini, Polres Tangerang Selatan (Tangsel) kerap menghadirkan juru bahasa isyarat pada setiap kegiatan konferensi persnya.

Seorang juru peraga bahasa isyarat di Mapolres Tangsel seorang wanita muda bernama Lulu Kusuma Wardani (25).

Lulu Kusuma Wardani mengaku baru empat tahun menjadi juru peraga bahasa isyarat yang disewa jasanya oleh lembaga negara atau instansi swasta. 

"Kalau masuk ke dunia tuli dan bahasa isyarat dari tahun 2015. Kalau mulai juru bahasa isyarat tahun 2017," katanya kepada Tribuntangerang.com di Mapolres Tangsel, Serpong, Kamis (23/9/2021).

Dia mengatakan, perlu waktu lama untuk dapat memahami bahasa isyarat sebagai cara berkomunikasi kepada penyandang tuna rungu atau tuli tersebut. 

Menurutnya, harus terjun langsung dan melakukan komunikasi dengan penyandang tuna rungu sebagai cara belajar berkomunikasi bahasa isyarat. 

Cara itu dilakukan agar dapat memahami gestur penyandang tuna rungu saat berkomunikasi dengan rekannya. 

"Tahun 2015 itu mempelajari langsung dari teman-teman tuli, dan bergabung langsung dengan teman-teman tuli," ujarnya. 

Baca juga: Penyandang Disabilitas Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Tangerang Pakai Sistem Door to Door

Baca juga: Kecelakaan Aksi Balap Liar di Pagedangan, Motor Korban Melesat dalam Kecepatan Tinggi

Setelah dua tahun mempelajari bahasa isyarat dari  penyandang tuna rungu itu, dia ditetapkan oleh Gerangan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Provinsi Banten sebagai juru bahasa isyarat. 

Lantas, dia terus menekuni bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) untuk mendalami komunikasi bagi penyandang tuna rungu tersebut. 

"Dari situ saya mulai ikut kelas bahasa isyarat untuk lebih menambah ilmu, menambah wawasan," ujar Lulu. 

Saat belajar mendalam bahasa isyarat,  penyandang tuna rungu kerap menjadi gurunya. 

Dia mengaku, penyandang tuna rungu secara perlahan dan sabar memberikan penjelasan melalui bahasa isyarat dan media tulis kepadanya. 

Langkah itu dilakukan agar dia bisa benar-benar memahami bahasa tubuh dalam setiap perkataan yang diucapkan secara isyarat tersebut. 

"Ketika pertama kali gabung dan bisa memahami itu memang perlu waktu yang panjang, karena (penyandang tuna rungu) mereka yang mengajari saya," kata Lulu. 

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved