Kecelakaan
Inilah Penyebab Kecelakaan Beruntun Bus di Tol Tangerang-Merak yang Membuat 1 Orang Meninggal
hinto menjelaskan, kronologi kecelakaan bermula ketika bus pertama mengurangi kecepatan, namun bus kedua tidak dapat mengantisipasinya.
Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Dian Anditya Mutiara
TRIBUNTANGERANG.COM, SERANG - Empat bus PO Komara mengalami kecelakaan beruntun, di Tol Tangerang-Merak, KM. 69.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat - Kabid Humas Polda Banten, AKBP Shinto Silitonga mengatakan, insiden tersebut terjadi sekitar pukul 08.30 WIB.
"Benar telah terjadi kecelakaan lalu lintas sekitar pukul 08.30 WIB, di Km 69 Tol Merak, jalur arah ke merak," ujar Shinto Silitonga saat dikonfirmasi TribunTangerang.com, Sabtu (16/10/2021).
"Tabrakan beruntun itu melibatkan empat bus pariwisata Komara, dengan nomor polisi, yaitu A-7516-ZM, A-7516-ZA, A-7517-ZM, dan A-7537-ZA," imbuhnya.
Kemudian Shinto menerangkan, kejadian naas itu menelan seorang korban tewas, yakni pengemudi salah satu bus PO Komara tersebut.
Baca juga: Kecelakaan Beruntun Bus Pariwisata di Tol Tangerang-Merak, 17 Orang Luka, 1 Meninggal
Selain korban tewas, terdapat 19 korban luka-luka lainnya (sebelumnya dikatakan 17 orang_red), yang dialami oleh para penumpang bus pariwisata berwarna merah muda itu.
"Akibat kecelakaan itu, terdapat satu supir bus yang meninggal dunia dan 19 orang lainnya luka-luka. Kini korban luka-luka, telah dievakuasi di RS Sari Asih, Serang," kata Shinto.
Sopir bus meninggal akibat terjepit.

Lebih lanjut Shinto menjelaskan, kronologi kecelakaan bermula ketika bus pertama mengurangi kecepatan, namun bus kedua tidak dapat mengantisipasinya.
Sehingga bus kedua menabrak bus pertama, yang dilanjutkan dengan bus ketiga dan keempat yang berada di belakangnya.
Baca juga: Kecelakaan Aksi Balap Liar di Pagedangan, Motor Korban Melesat dalam Kecepatan Tinggi
Menurutnya, salah satu faktor awal yang penyebab kecelakaan tersebut adalah antar bus pariwisata tidak menjaga jarak ideal dalam kondisi berkendara kecepatan tinggi di jalan.
Pasalnya, saat itu bus berjalan secara beriringan karena membawa rombongan yang sama.
"Salah satu faktor awalnya yakni, antar bus pariwisata tidak menjaga jarak ideal, ketika dalam kondisi berkendara dengan kecepatan tinggi," jelasnya.
"Sehingga ketika bus pertama mengurangi kecepatan, bus lainnya tidak dapat mengantisipasi hal itu," terang Shinto.
Kini, kasus peristiwa naas tersebut telah ditangani oleh tim penyidik Ditlantas Polda Banten.