Kesehatan

Peringkat Makanan dari Paling Sehat hingga Terburuk

Memilih makanan sehat belum tentu mudah. Namun, ketika makanan dibuat kategori, akan lebih mudah menentukan makanan sehat dan buruk.

Penulis: Intan UngalingDian | Editor: Intan UngalingDian
Healthline
Makanan dari beragam biji-bijian disebut granola termasuk dalam kategori makanan sehat. Makanan biji-bijian ini mendapat skor 68 dari rentang skor 1-100 untuk kategori makanan paling buruk hingga makanan paling sehat. 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Memutuskan untuk makan makanan 'baik' tidak selalu mudah.

Namun, para peneliti dari Tufts University di Massachusetts membuat segalanya lebih mudah.

Penelitian itu pengembangan alat yang mengurutkan lebih dari 8.000 makanan dan minuman berdasarkan tingkat kesehatannya.

“Begitu melewatkan 'makan sayuran, hindari soda,' masyarakat bingung tentang bagaimana mengidentifikasi pilihan lebih sehat di toko kelontong, kafetaria, dan restoran.”

Hal itu dikatakan dr Dariush Mozaffarian, peneliti utama dan dekan Friedman School of Nutrition Science and Policy di Tufts.

“Konsumen, pembuat kebijakan, dan bahkan industri mencari alat sederhana untuk memandu semua orang menuju pilihan lebih sehat,” ujar Dariush.

Penelitian itu didanai National Institutes of Health dan didukung Danone-perusahaan makanan, dan National Heart, Lung, and Blood Institute.

Bagaimana sistem peringkat makanan bekerja

Food Compass, sistem profil nutrisi memberi skor pada makanan berdasarkan 9 faktor yakni vitamin, mineral, rasio nutrisi.

Selain itu bahan makanan, aditif, pengolahan, serat/protein, lipid spesifik, dan fitokimia.

Sistem memberi makanan skor mulai dari 1 untuk paling tidak sehat hingga 100 untuk paling sehat.

Peneliti mengatakan makanan dan minuman memiliki skor 70 atau lebih seperti raspberry.

Makanan dengan skor antara 31 dan 69, seperti keripik ubi jalar, harus dimakan dalam jumlah sedang.

Apa pun yang mendapat skor 30 atau lebih rendah, seperti mi instan, harus dikonsumsi seminimal mungkin.

Lauri Wright PhD, asisten profesor kesehatan masyarakat di University of South Florida, mengatakan, sistem tersebut dapat membantu orang membuat pilihan lebih baik, tetapi tidak sempurna.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved