Kesehatan

Waspada, Microsleep Sebabkan Kecelakaan saat Berkendara, Begini Cara Mengatasi Microsleep

Menurut dr Winnugroho Wiratman SpS PhD, dokter spesialis syaraf Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), mengantuk bisa terjadi kapan saja. 

Penulis: Ign Agung Nugroho | Editor: Intan UngalingDian
Tribun Tangerang/Ign Agung Nugroho
Ilustrasi seorang perempuan mengemudi mobil. Saat di belakang setir mobil, seseorang bisa mengalami microsleep atau tidur sejenak. Microsleep ini bisa menyebabkan kecelakaan serta membahayakan diri dan orang lain. 

Sementara itu, dikutip dari Veryweel Health, microsleep adalah episode tidur singkat, tidak terkendali, dan singkat yang dapat berlangsung dari sepersekian detik hingga 10 detik penuh.

Episode microsleep ini paling sering terjadi ketika orang yang mengantuk mencoba melawan agar tidak tidur dan tetap terjaga. 

Kondisi tidur sejenak itu dapat terjadi saat mengemudi sehingga meningkatkan risiko kecelakaan mobil serius.
 
Microsleep sering terjadi ketika seseorang kurang tidur. 

Malam hari waktu sebagian besar insiden microsleep terjadi saat mengemudi kendaraan. Pengemudi yang berkendara saat malam hari sering merasa lelah.

Lembaga keselamatan berkendara asal Inggris, Brake melansir data bahwa 45 persen dari 1.000 laki-laki mengaku pernah mengalami kejadian ini. Sementara perempuan ada 22 persen.

Jurnal Neuroimage seperti dikutip dari Huffingtonpost melansir bahwa microsleep biasa terjadi pada orang yang mengalami kelelahan ekstrem.

Jurnal tersebut menyebutkan, tidur adalah kebutuhan biologis yang mendasar, dan ketika kita memaksakan diri untuk pergi terlalu lama, otak akhirnya akan shut down bahkan jika hanya untuk beberapa detik.

Saat microsleep terjadi penurunan aktivitas di thalamus wilayah otak yang mengatur tidur. 

Tapi di satu sisi, terdapat pula peningkatan aktivitas di otak yang bertanggung jawab membuat seseorang tetap terjaga, bangun.

Orang bisa segera terbangun saat microsleep dalam keadaan kaget karena dua fungsi otak bekerja berlawanan.

Dr Chris Watling, peneliti di Queensland University of Technology in Australia,  mengatakan, orang-orang ingin berkendara aman dan nyaman.

Dorongan untuk segera sampai ke tujuan membuat mereka memaksakan diri untuk terjaga.

"Saat itulah kita bisa mengalami kesulitan dalam berkendara," ujar Watling.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Rifat Sungkar, Pendiri Rifat Drive Labs, yang perlu dilakukan adalah tidur dan tidak perlu lama-lama, cukup lima menit. 

Kemudian, pastikan juga tidak berkendara terlalu lama.

"Kalau berkendara terus dan tidak berhenti, sebaiknya maksimal tiga jam. Tapi kalau berhenti alias dalam kondisi macet bisa sampai empat jam," ujarnya. 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved