Banjir Tangerang

Warga Kunciran Terendam Banjir 1 Meter hingga Malam Hari, Warga: Pemerintah Tolong Perhatikan Kami!

Pantauan TribunTangerang pada pukul 22.30 WIB, titik banjir melanda Jalan Sultan Ageng Tirtayasa sepanjang 500 meter, tepatnya pada RT 05/RW 09.

Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Mohamad Yusuf
TRIBUNTANGERANG/GILBERT SEM SANDRO
Banjir setinggi satu meter merendam puluhan rumah di kawasan Kunciran, Pinang, Kota Tangerang. 

TRIBUNTANGERANG.COM, PINANG - Warga Kunciran, Pinang, Kota Tangerang, keluhkan banjir yang kerap melanda wilayahnya bahkan hingga malam hari.

Dede Naseli, warga RT 05/RW 09 yang menjadi korban banjir mengaku, wilayah yang selalu berulang terendam banjir hingga bertahun-tahun tidak pernah mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Tangerang.

Padahal, wilayah tersebut telah menjadi langganan banjir hingga 10 tahun lamanya.

Namun, bukan warga yang diperhatikan, justru banjir semakin parah akibat tidak memiliki area resapan air usai proyek pembangunan jalan tol menuju Bandara Soekarno-Hatta dan pembukaan kawasan perumahan semakin banyak.

"Wilayah sini sudah bertahun-tahun menjadi langganan banjir, padahal warga sudah sering mengeluh sama pihak RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, tapi sampai sekarang sama sekali tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah," ujar Dede Naseli saat diwawancarai TribunTangerang, Senin(20/12/2021) malam.

"Kelurahan sama kecamatan sudah sering diskusi masalah ini, tapi sama sekali enggak ada solusi. Mereka paling dateng kesini ya sekedar foto doang, enggak ada perbaikannya sama sekali," imbuhnya.

"Justru malah jalan tol duluan yang dibangun, sama komplek perumahan diizinkan dibuka, ya udah semakin menjadi lah banjir disini," keluhnya.

Pantauan TribunTangerang pada pukul 22.30 WIB, titik banjir melanda Jalan Sultan Ageng Tirtayasa sepanjang 500 meter, tepatnya pada RT 05/RW 09.

Banjir tersebut membuat ratusan warga harus terjaga hingga malam hari, untuk mengantisipasi apabila sewaktu-waktu hujan turun dan air kembali naik.

Selain itu, terlihat puluhan kendaraan motor dan mobil terlihat dipindahkan pada satu titik yang tinggi, guna menghindari terendam banjir.

Jalan tersebut juga ditutup warga sekitar dengan menggunakan bambu panjang, agar menghindari pengendara yang melintas terjebak banjir.

Dede menyebut, air mulai naik di wilayahnya itu sejak pukul 17.00 WIB, setelah satu jam diguyur hujan.

Banjir tersebut baru surut setelah harus menunggu selama lebih dari enam jam atau hingga dinihari.

"Sekarang tinggi banjir itu sepinggang orang dewasa, nanti sekitar pukul 03.00 WIB lah kira-kira baru surut, itu pun masih tersisa semata kaki (banjirnya)," kata dia.

Baca juga: Cara Cek Penerima BSU Rp1 Juta Lewat bsu.kemnaker.go.id atau WhatsApp dan Cara Pencairannya

Baca juga: Kisah Keluarga Komplotan Copet Asal Jakarta Beraksi di Sirkuit Mandalika, Ayah, Ibu, Anak, Tersangka

Lamanya banjir itu surut, lantaran hanya mengandalkan saluran irigasi air berjalan dengan sendirinya, tanpa ada pembersihan selokan atau bahkan mesin pemompa air.

"Ya mau gimana, kita warga hanya bisa menunggu banjir surut sendiri aja. Habisnya petugas enggak pernah dateng buat benerin saluran airnya pas banjir ini, ataupun menguras dengan mesin pemompa air," ungkapnya.

Dede yang juga berjualan di rumahnya itu, mengaku hanya bisa pasrah dan bersiap memindahkan barang-barang apabila hujan telah mengguyur selama satu jam.

Pasalnya, wilayah tersebut mudah terendam banjir apabila diguyur hujan dengan waktu singkat.

Akibat adanya banjir ini, dinilai Dede cukup merepotkan warga yang menjadi korban, lantaran tidak bisa tidur ataupun beristirahat.

Terlebih, seisi rumah terendam oleh banjir, dan tempat tinggi seperti tempat tidur ataupun meja, digunakan menjadi tempat mengungsikan barang.

"Mau gimanalagi, kalau kira-kira hujan sudah turun satu jam ya kita warga siap-siap pindahin barang biar enggak terendam. Dan jadinya, kita enggap punya tempat istirahat, mau gak mau ya harus begadang," terangnya.

"Sangat terganggulah pastinya, apalagi kita kan buka usaha warung, dan pastinya banyak yang harus kita pindahin, jelas sangat merepotkan kalau begini," papar Dede sambil mengusap air mata.

"Ya saya hanya bisa berharap pemerintah tolonglah perhatikan kami warga Kunciran ini. Minimal diperbaiki lah saluran air yang ada disini, biar air enggak cepat naik kalau hujan turun cuma sebentar saja," tutup Dede Naseli. (m28)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved