Banten

Wahidin Halim Akui tidak Menyesal Sebut Buruh yang Menolak Kenaikan UMK Agar Dipecat 

Tindakan pemecatan kepada buruh yang melakukan aksi mogok kerja adalah hal yang wajar, sebab perusahaan berhak untuk mencari pekerja lainnya.

Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Mohamad Yusuf
TRIBUNTANGERANG/GILBERT SEM SANDRO
Gubernur Banten, Wahidin Halim saat konferensi pers di kediamannya. 

TRIBUNTANGERANG.COM, PINANG - Gubernur Banten, Wahidin Halim, menegaskan tidak menyesalkan ucapannya terhadap pengusaha dan pemilik modal.

Yaitu terkait dengan pemecatan kepada buruh yang mengancam melakukan mogok kerja, lantaran menolak kenaikan Upah Minimum Kota/Kabupaten sebesar 0,5 persen yang ditetapkannya.

Tindakan pemecatan kepada buruh yang melakukan aksi mogok kerja adalah hal yang wajar, sebab perusahaan berhak untuk mencari pekerja lainnya.

"Saya tidak pernah menyesal menyatakan seperti itu, saya bilang ke pengusaha kalau buruh memang mogok terus-terusan ya di ganti saja, kalau  mereka (buruh) mau marah ya silahkan," ujar Wahidin Halim saat menggelar konfrensi pers, Kamis (23/12/2021).

"Kalau mereka memang terus-terusan mogok semua, ya memang seharusnya diganti, hal seperti itu kan logis," imbuhnya.

Ia juga menjelaskan, cara kerja para pengusaha tersebut melakukan aksi mogok kerja dengan melakukan sweeping terhadap pekerja lainnya.

Menurutnya, hanya sebagian buruh yang benar menginginkan mogok bekerja. Sedangkan yang lainnya, masih ingin terus bekerja, karena menilai pendapatan yang diterimanya cukup.

"Sebenarnya mereka-mereka yang kerja itu rata-rata sudah merasa cukup dengan penghasilannya, orang mereka lebih memilih kerja daripada mogok. Justru yang ekstrim itu kan mereka yang di organisasi-organisasi ini," kata Wahidin.

"Dan cara mereka (buruh) melakukan mogok itu dengan melakukan sweping ke perusahaan-perusahaan lainnya, biar semua sama-sama mogok, begitu sebenarnya," sambungnya.

Wahidin justru menerangkan, jika para buruh menginginkan kenaikan UMK, sebaiknya berbicara secara langsung kepada pemilik modal.

Sebab, ia menilai seharusnya para buruh justru lebih dekat dengan pengusaha, sesuai dengan praktek kerja yang ada di lapangan.

"Emang kita bisa biarkan mereka mogok seenaknya begitu, ya tidak bisa, demokrasi bukan begitu. Ya kalau pilihan mereka (buruh) mogok terus, pengusaha akan kabur karna terganggu elaktibilitas ekonominya," jelasnya.

"Mereka yang lebih deket justru sama pengusaha yang disitu, justru seharusnya lebih bisa meminta (kenaikan upah) sama pemilik modal, coba lihat saja kondisi sebenarnya di lapangan seperti apa," imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, Wahidin Halim, angkat suara terkait dengan insiden buruh yang memaksa masuk ke dalam ruang kerjanya, saat melakukan aksi unjuk rasa pada Rabu (22/12/2021) kemarin.

Baca juga: Cara Cek Penerima BSU Rp1 Juta Lewat bsu.kemnaker.go.id atau WhatsApp dan Cara Pencairannya

Baca juga: Kisah Keluarga Komplotan Copet Asal Jakarta Beraksi di Sirkuit Mandalika, Ayah, Ibu, Anak, Tersangka

Wahidin merasa kecewa dan menyayangkan kejadian tersebut, terlebih salah seorang staffnya mendapat perlakuan kasar yakni dipiting untuk dipaksa menunjukan ruangannya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved