Berita Tangerang
Disperindagkop Tangerang Jual Minyak Goreng Rp 14.000 Per Liter, Ini Syaratnya
Operasi pasar yang digelar Disperindagkop UKM yang menjual minyak goreng Rp 14.000 per liter langsung diserbu warga Tangerang
Penulis: AndikaPanduwinata | Editor: Dian Anditya Mutiara
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Tingginya harga minyak goreng membuat Pemkot Tangerang mengadakan operasi pasar murah.
Hal ini merespon arahan Presiden Joko Widodo terkait harga pangan terutama minyak goreng yang melambung tinggi, Pemerintah Kota Tangerang melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Disperindagkop UKM) membuka Operasi Pasar Minyak Goreng dengan harga murah pada Sabtu (8/1/2022).
Minyak goreng tersebut dijual seharga Rp. 14.000 per liternya langsung diserbu masyarakat di halaman Gedung Cisadane, Kota Tangerang.
Kepala Bidang Perdagangan, Shandy Sulaeman mengatakan bahwa minyak goreng disiapkan untuk 2.000 orang dengan jatah pembelian dua liter per orang.
"Hari ini disiapkan 4.000 liter untuk 2.000 orang dengan harga 14 ribu rupiah dan kami batasi per orang untuk pembelian maksimal 2 liter," ungkapnya.
Baca juga: Katalog Promo JSM Indomaret 7-9 Januari Diskon Beras, Mi Instan, Susu, Minyak Goreng
Operasi Pasar Minyak Goreng ini akan berlangsung selama dua hari.
Persyaratan yang harus dibawa yaitu uang tunai dan KTP asli.
Shandy menambahkan, Operasi Pasar Minyak Goreng hari kedua akan dilaksanakan di Lapangan Palem Botol Pinang pada Senin (10/1/2022).
"Hari kedua nanti syaratnya masih sama uang tunai dan KTP, lokasinya di Lapangan Palem Botol Pinang. Kepada masyarakat yang akan datang, jangan lupa untuk menerapkan protokol kesehatan," tutur Shandy.
Menurutnya dengan adanya Operas Pasar Minyak Goreng ini sangat membantu masyarakat.
Baca juga: Disperindagkop UKM Tangerang Akan Adakan Operasi Pasar Minyak Murah, Sabtu 8 Januari
Khususnya yang kurang mampu agar dapat membeli minyak goreng dengan harga murah.
Salah satu warga yang datang, Enung mengaku sangat terbantu dengan adanya Operasi Pasar Minyak Goreng ini. Dirinya berharap harga minyak goreng lekas kembali normal.
"Sangat terbantu karena sekarang harga minyak sedang mahal. Alhamdulillah ada kegiatan ini jadi bisa beli minyak dengan harga yang murah. Semoga harga minyak segera normal kembali," kata Enung.
Penyebab Harga Minyak Goreng Tinggi
Berikut ini penyebab harga minyak goreng tinggi
1. Lonjakan Harga Minyak Nabati Dunia
Kenaikan harga minyak goreng saat ini dipengaruhi oleh harga crude palm oil (CPO) dunia yang naik menjadi 1.340/MT dolar Amerika.
Kenaikan harga CPO ini menyebabkan harga minyak goreng ikut naik cukup signifikan.
Namun selain CPO ada juga faktor lain yakni kenaikan harga minyak nabati dunia.
Penyebab kenaikan harga karena gangguan cuaca yang menekan tingkat produksi minyak nabati dunia.
"Secara total, produksi minyak nabati dunia anjlok 3,5 % di tahun 2021. Padahal, setelah lockdown mulai dilonggarkan, permintaan meningkat. Jadi, short supply picu kenaikan harga," kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (6/1/2022).
Produksi minyak nabati dunia tahun 2022 diprediksi tidak akan berbeda dibandingkan tahun 2021.
Sementara permintaan dunia diprediksi naik jadi 240,4 juta ton dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 240,1 juta ton.
2. Permintaan Biodiesel untuk Program B30
Pemerintah memiliki program B30 yakni mewajibkan pencampuran 30 persen Biodiesel dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis Solar.
Tujuan program ini ialah agar semakin mengurangi laju impor BBM sehingga meningkatkan devisa negara.
Namun, saat ini kondisinya sedang tidak ideal, di mana produksi CPO sedang menurun.
Di sisi lain kebutuhan pangan akan minyak goreng tetap tinggi.
Ada desakan dari pengusaha agar mandatori B30 atau kewajiban pencampuran minyak sawit sebanyak 30 persen pada solar kembali dikurangi.
Dengan kata lain kebijakan mandatori B30 turut menjadi sasaran untuk menekan lonjakan harga minyak goreng di Tanah Air.
GIMNI menyebut untuk menahan laju harga minyak goreng, harus dilakukan dengan memangkas konsumsi CPO di dalam negeri.
Untuk menekan laju permintaan yang diharapkan bisa membatasi lonjakan harga CPO dan produk turunannya, Sahat mengusulkan pemerintah untuk sementara menurunkan mandatori biodisel dari B30 menjadi B20.
Hal ini bisa mengurangi tekanan permintaan. Sehingga bisa berimbas pada turunnya harga bahan baku minyak goreng.
"Dengan begitu, konsumsi CPO untuk biodiesel akan berkurang 3 juta ton. Ini cukup untuk memenuhi kebutuhan 1 tahun minyak goreng curah di dalam negeri," kata Sahat.
3. Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 menjadi penyebab utama harga minyak goreng terus merangkak naik.
Pasalnya akibat Covid-19 produksi CPO ikut menurun drastis, selain itu arus logistik juga ikut terganggu.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan menyebut turunnya pasokan minyak sawit dunia seiring dengan turunnya produksi sawit Malaysia sebagai salah satu penghasil terbesar.
"Selain itu, juga rendahnya stok minyak nabati lainnya, seperti adanya krisis energi di Uni Eropa, Tiongkok, dan India yang menyebabkan negara-negara tersebut melakukan peralihan ke minyak nabati. Faktor lainnya, yaitu gangguan logistik selama pandemi Covid-19, seperti berkurangnya jumlah kontainer dan kapal," terang Oke beberapa waktu lalu.
Akibat terganggunya logistik, harga minyak goreng juga mengalami kenaikan cukup tajam.
Adapun kebutuhan minyak goreng nasional sebesar 5,06 juta ton per tahun, sedangkan produksinya bisa mencapai 8,02 juta ton.
"Meskipun Indonesia adalah produsen crude palm oil (CPO) terbesar, namun kondisi di lapangan menunjukkan sebagian besar produsen minyak goreng tidak terintegrasi dengan produsen CPO. Dengan entitas bisnis yang berbeda, tentunya para produsen minyak goreng dalam negeri harus membeli CPO sesuai dengan harga pasar lelang dalam negeri, yaitu harga lelang KPBN Dumai yang juga terkorelasi dengan harga pasar internasional. Akibatnya, apabila terjadi kenaikan harga CPO internasional, maka harga CPO di dalam negeri juga turut menyesuaikan harga internasional," jelas Oke.