Perang Ukraina Rusia
Perintah Putin ke Pasukan Pencegah Nuklir Bisa Mengarah ke Penggunaan Senjata Pemusnah Massal
Presiden Rusia, Vladimir Putin memerintahkan pasukan pencegah nuklir untuk meningkatkan kewaspadaan seusai NATO membuat pernyataan agresif.
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Presiden Rusia, Vladimir Putin memerintahkan pasukan pencegah nuklir untuk waspada di tengah peningkatan ketegangan dengan Barat atas invasi Rusia ke Ukraina.
Putin mengatakan, kekuatan terkemuka NATO telah membuat pernyataan agresif sambil menjatuhkan sanksi keuangan yang keras terhadap Rusia dan dirinya sendiri, Minggu (27/2/2022).
Pada pertemuan dengan pejabat tinggi, Putin memerintahkan menteri pertahanan dan kepala staf umum militer untuk menempatkan pasukan pencegah nuklir dalam rezim khusus tugas tempur.
Diberitakan Al Jazeera, perintah tersebut menimbulkan ancaman bahwa ketegangan dapat mengarah pada penggunaan senjata nuklir.
Baca juga: Miss Ukraina Angkat Senjata Laras Panjang, Siap Membela Tanah Airnya
Latihan nuklir terakhir terjadi pada 19 Februari 2022, ketika Putin menggelar latihan yang sangat besar di seluruh Rusia untuk menguji program nuklir negaranya.
Saat ini, Uni Eropa mengumumkan serangkaian sanksi dan tindakan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia.
Berikut sanksi dari Uni Eropa sebagaimana dikutip dari BBC:
1. Pembiayaan senjata untuk Ukraina;
Baca juga: Kim Hyun Joong Kabarkan Rencana Pernikahan dengan Non-Selebritas
2. Larangan total terhadap pesawat Rusia menggunakan wilayah udara Uni Eropa;
3. Membatasi outlet media yang dikelola Kremlin Sputnik dan Russia Today dari wilayah Uni Eropa.
Langkah-langkah ini datang dari sanksi yang sudah dijatuhkan oleh negara-negara Barat, termasuk pembekuan aset di bank-bank besar dan individu kaya, termasuk Putin.
AS Pertimbangkan Sanksi
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan NATO mengutuk perintah Vladimir Putin untuk menempatkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan kepada program "Face the Nation" CBS bahwa tindakan Putin telah meningkatkan konflik dan tidak dapat diterima.
Baca juga: Inilah Penyebab Tim Maung Galunggung Tak Bisa Menemukan Geng Motor Perusak Mobil di Tasik
Ia menjelaskan, Amerika Serikat terus mencari tindakan baru dan bahkan lebih keras terhadap Rusia.
Amerika Serikat sedang mencoba untuk menentukan apa arti perintah Putin secara nyata.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan Amerika Serikat belum mengambil sanksi yang menargetkan sektor energi Rusia.
"Tapi kami juga ingin melakukan itu dan memastikan kami meminimalkan dampak pada pasar global dan melakukannya dengan cara yang bersatu," ujarnya, dilansir Reuters, Senin (28/2/2022).
Namun pemerintah Biden khawatir bahwa sanksinya dapat menaikkan harga gas dan energi yang sudah tinggi di Amerika Serikat.
Baca juga: Direktur MGPA Angkat Bicara Soal Pengaspalan Ulang Sirkuit Mandalika
Ketika mengeluarkan sanksi yang menargetkan bank-bank besar Rusia pada Kamis (24/2/2022), itu memungkinkan pengecualian untuk transaksi terkait energi.
Dalam seruan publik paling mendesak pemerintah ke China, Psaki mendesak negara Komunis untuk mengeluarkan kecaman resmi atas invasi Rusia.
"Ini bukan waktunya untuk berdiri di pinggir lapangan," kata Psaki.
"Ini saatnya untuk vokal dan mengutuk tindakan Presiden Putin dan Rusia yang menyerang negara berdaulat," lanjutnya. (*)
Sumber: Tribunnews.com