Jakarta

Perubahan Nama Jalan di Jakarta Berpotensi Menghilangkan Nilai Sejarah dan Budaya

Nama jalan diganti atau diubah di DKI Jakarta bisa berpotensi menghilangkan nilai sejarah dan budaya dari suatu wilayah.

Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Intan UngalingDian
Tribun Tangerang/Alfian Firmansyah
Jalan M Mashabi ini semula bernama Jalan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Perubahan nama jalan yang dilakukan Guberbur DKI Jakarta Anies Baswedan ini, menurut sejarawan JJ Rizal, berpotensi menghilangkan nilai sejarah wilayah dan budaya. 

7.  M Mashabi

Musisi yang turut serta memperkenalkan gaya musik melayu modern.

Namanya ditetapkan sebagai nama jalan di Jalan Kebon Kacang Raya sisi Utara.

8.  HM Saleh Ishak

Putra asli Jakarta dan Pahlawan Kemerdekaan pada tahun 1945-1950an.

Namanya ditetapkan sebagai nama jalan Kebon Kacang Raya sisi Selatan. 

Jakarta Utara

1.  Mualim Teko

Ulama Betawi yang wafat di Kapuk Teko. Namanya dijadikan sebagai nama jalan di depan Taman Wisata Alam Muara Angke.

Jakarta Barat

1.    Guru Ma’mun

Tokoh intelektual sekaligus ulama Betawi di Rawa Buaya Cengkareng, Jakarta Barat.

Namanya dijadikan nama jalan di Jalan Rawa Buaya.

2.  Syekh Junaid Al Batawi

Ulama Betawi yang menyebarkan agama Islam di Betawi pada abad ke-18.

Namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Lingkar Luar Barat (dari Pasar Cengkareng ke arah Kamal).

Jakarta Selatan

1.  H Rohim Sa'ih

Pernah menyediakan lahan untuk disewakan pembuatan Perkampungan Budaya Betawi yang sekarang dikenal dengan Zona Embrio.

Namanya diabadikan sebagai nama jalan di Bantaran Setu Babakan barat.

2.    KH Ahmad Suhaimi

Tokoh masyarakat yang dikenal sebagai penggagas berdirinya Masjid Baitul Ma’mur (kini menjadi Masjid Raya Baitul Ma’mur), juga beberapa masjid di sekitar Kelurahan Srengseng.

Namanya diabadikan sebagai nama jalan di Bantaran Setu Babakan Timur.

3.  KH Guru Amin

Ulama yang turut berjuang melawan penjajahan pada masa revolusi. Namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Raya Pasar Minggu sisi utara.

4.  Hj Tutty Alawiyah

Mantan Menteri pemberdayaan perempuan, akademisi/dosen, dan ulama Wanita.

Namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Warung Buncit Raya.

Jakarta Timur

1.  Mpok Nori

Seorang komedian Betawi. Namanya dijadikan sebagai nama jalan di Jalan Bambu Apus Raya.

2.  H Bokir bin Dji’un

Seniman topeng Betawi ini namanya diusulkan untuk sebagian ruas Jalan Raya Pondok Gede yakni dari Hek sampai Prapatan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

3.  Haji Darip

Terampil bela diri, pendakwah dan pejuang pada masa revolusi yang dijuluki Panglima Perang Klender.

Namanya dijadikan sebagai nama jalan di Jalan Bekasi Timur Raya. 

4.  Entong Gendut

Pejuang terhadap perlawanan rakyat dari daerah Tanjung Oost (saat ini kampung Gedong, Condet).

Namanya dijadikan sebagai nama jalan di Jalan Budaya.

5.  Rama Ratu Jaya

Seorang guru bela diri yang berjuang melawan penjajahan Belanda pada tahun 1869.

Namanya dijadikan sebagai nama jalan di Jalan BKT sisi barat.

Kepulauan Seribu

1.  Habib Ali bin Ahmad

Ulama dan mubaligh yang pertama kali menyebarkan Islam di Pulau Panggang dan sekitarnya.

Namanya dijadikan sebagai nama jalan di Pulau Panggang.  

2.  Kyai Mursalin

Ulama yang terampil dalam ilmu bela diri. Namanya dijadikan sebagai nama jalan di Pulau Panggang.

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved