Inilah Gaya Kepemimpinan Anies, Selalu Ajukan Micro Questions kepada Para Kepala Dinas

Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan membeberkan gaya kepemimpinannya dan mengaku kerap mengajukan micro questions kepada para kepala dinas.

Penulis: Ign Prayoga | Editor: Ign Prayoga
Tribuntangerang.com/Domu D Ambarita
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berbincang di sela makan malam bersama CEO Tribun Network Dahlan Dahi dan jajaran di Balai Kota Jakarta, Kamis (7/7/2022). Anies antara membeberkan gaya kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan membeberkan gaya kepemimpinannya sebagai orang nomor satu di Pemprov DKI Jakarta.

Anies mengaku kerap mengajukan micro questions kepada para kepala dinas dan staf-staf bawahannya.

Mantan Rektor Universitas Paramadina ini juga menyatakan, pemimpin yang baik hendaknya memiliki visi mendidik. Pemimpin yang seperti ini akan mengajak timnya untuk berpikir demi mendapatkan solusi terbaik.

Anies Baswedan berbicara tentang gaya kepemimpinannya di sela-sela santap malam bersama manajemen Warta Kota-Tribunnews di ruang makan gubernur di Balai Kota DKI, Kamis (7/7/2022) lalu.

Baca juga: Anies Baswedan Salurkan Sapi Kurban di JIS Bertuliskan 024, Jamaah Kaitkan Pemilu 2024

"Saya selalu mengajukan micro questions kepada mereka," kata Anies.

Sebagai contoh, suatu ketika Anies dan jajaran membahas pemanfaatan stadion milik pemda di sejumlah lokasi. Selama bertahun-tahun, warga yang akan menggunakan stadion harus membayar restribusi.

"Saya tanya, mengapa pengguna stadion harus membayar restribusi?" kata Anies.

Menurut Anies, jajarannya tidak bisa menjelaskan secara utuh mengapa warga harus membayar restribusi untuk menggunakan stadion.

Malah muncul jawaban bahwa penarikan retribusi terhadap pengguna stadion adalah suatu hal yang sudah dilakukan bertahun-tahun hingga menjadi semacam kebiasaan.

Jawaban tersebut tidak memuaskan Anies. Menurutnya, DKI Jakarta memiliki APBD sekitar Rp 80 triliun. Sehingga, pengguna stadion pemda tidak sepantasnya ditarik retribusi.

Kali lain, Anies dan jajarannya membahas jembatan penyeberangan orang (JPO). Anies mengajukan micro question, mengapa JPO harus ada atapnya.

Lagi-lagi tidak ada yang bisa memberikan jawaban secara utuh. Ada yang menjawab bahwa dari dulu JPO selalu ada atapnya. Sebagian lain menjawab, JPO memiliki atap agar penggunanya tidak terpapar sinar matahari atau kepanasan.

"Saya lalu bertanya, apakah setelah pengguna JPO turun dia tidak kepanasan?" ujar Anies.

Faktanya, pengguna JPO tetap terpapar sinar matahari ketika berada di luar JPO. "Jadi, untuk apa JPO ada atapnya?" kata Anies.

Dari diskusi -diskusi tersebut, muncullah kebijakan untuk mencopot atap JPO.

Pada bincang-bincang sembari makan malam tersebut, Anies juga mengapresiasi gaya kepemimpinan salah satu pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama (1931-2020).

"Pak Jakob adalah pemimpin yang juga pendidik, dia mendidik karyawannya sehingga seluruh karyawan memahami nilai-nilai Kompas Gramedia," ujar Anies.

Antara Garden dan Park

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan juga memaparkan tekadnya mengubah konsep taman-taman di Jakarta, dari 'garden’ menjadi ‘park’.

Menurut Anies Baswedan, ada perbedaan mendasar dari garden dan park.

Konsep ‘garden’ biasanya untuk taman yang hanya bisa dilihat, sedangkan ‘park’ masyarakat bisa memanfaatkan sarana tersebut tempat berekreasi.

“Selama 2018 sampai 2021, kita telah membangun 337 taman yang direvitalisasi, 29 hutan kota, dan 165.000 pohon baru yang dipasang,” ujar Anies Basewedan dalam Live Talkshow Nasional ‘Jakarta Kota Global’ yang diselenggarakan Wartakota Live, Kamis (7/7/2022).

Anies Baswedan mengatakan, taman-taman tersebut akan diubah konsepnya menjadi park sehingga anak-anak bisa leluasa bermain di atas rumput.

Dengan demikian, tidak ada lagi tulisan ‘dilarang menginjak rumput’ di taman-taman Kota Jakarta.

Harapannya hal ini dapat menstimulus kreativitas anak-anak di tengah alam.

“Konsep ‘taman’ itu diubah, jangan garden tapi park. Supaya tidak ada lagi tulisan terkenal ‘dilarang menginjak rumput’, itu terkenal banget se-Indonesia. Ya kalau rumput tidak boleh diinjak, anak akan bermain dimana? Kalau dibilang ‘nanti rumputnya mati’, ya rumput mati tinggal ditumbuhkan lagi, kreativitas anak mati tidak bisa ditumbuhkan lagi. Tapi kalau rumput bisa ditumbuhkan lagi,” ujarnya.

Taman-taman di Kota Jakarta nantinya juga bisa dinikmati oleh para lansia, selain menjadi sarana bermain anak-anak maupun tempat berkumpul keluarga dan anak-anak muda.

Diharapkan dengan cara seperti itu, masyarakat di Kota Jakarta akan menemukan taman dalam jarak 800 meter dan masyarakat tidak perlu ke luar negeri merasakan taman.

“Park ini bukan hanya untuk anak muda, tapi juga untuk lansia, supaya datang ke taman-taman itu merasakan suasana yang berbeda. Rasanya akan bisa membuat suasana di Jakarta lebih tenang,” ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved