Olahraga

Layangan Aduan di Indonesia Kejar Prestasi dan Diakui Dunia

Menurut Essa, Indonesia telah banyak menjadi acuan perlombaan layangan aduan di dunia.

Penulis: Ign Agung Nugroho | Editor: Ign Agung Nugroho
Dok. Perlasi
Persatuan layangan Aduan Seluruh Indonesia ( Perlasi) saat menggelar kegiatan Turnamen Layangan Aduan Piala Gubernur DKI Jakarta, yang berlangsung di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, pada 2-3 Juli 2022 lalu.  

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Persatuan layangan Aduan Seluruh Indonesia ( Perlasi) baru saja menggelar kegiatan Turnamen Layangan Aduan Piala Gubernur DKI Jakarta, yang berlangsung di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. 

Salah satu hal yang menarik adalah gelaran ini adalah sistem perlombaannya.

Ketua Umum Perlasi, Essa Muhamad mengatakan, dalam turnamen tersebut, Perlasi menggunakan metode bermain freestyle.

 

Baca juga: Anies Baswedan Main Layangan Bersama Teman-teman hingga Lupa Waktu

 

Dengan metode ini, semua tim bebas menggunakan jenis layangan dan benangnya.

Ada layangan berat yang biasa disebut dengan istilah Layangan Sukhoi dan ada layangan ringan yang biasa disebut Layangan Seot.

Jenis benang yang digunakan juga disesuaikan dengan jenis layangannya.

"Beruntung di Indonesia telah banyak diproduksi layangan maupun benangnya," kata Essa kepada awak media belum lama ini. 

Menurutnya, di Indonesia telah banyak produksi puluhan jenama produk layangan dan benang.

Harganya juga tidak main-main.

"Satu pak benang bisa seharga Rp 750 ribu hingga Rp 900 ribu," ungkap Essa.

Salah satunya merek Brotherhood yang banyak dipakai oleh tim-tim layangan yang ikut dalam lomba ini.

Seperti tim Kite Fighter Duo Rajawali ( KFDR)  menggunakan benang Brotherhood jenis Black Sultan yang cocok dengan tipe Layangan Sukhoi yang berat.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved