Polisi Tembak Polisi

Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis: Banyak Fakta Diluar Akal pada Kasus Penembakan Brigadir J

Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis mengatakan kasus polisi tembak polisi malah melebar dari pembunuhan sampai pelecehan seksual

Editor: Lilis Setyaningsih
Tribunnews.com/Abdi Ryanda
Sejumlah polisi berjaga di luar rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Sabtu (16/7/2022). 

Dalam rangka apa dia membawa senjata itu? Okelah dalam rangka pengawalan.

Tapi apakah memang diperlukan senjata otomatis untuk mengawal itu?

Apakah negara ini benar-benar mencekam, sehingga diperlukan senjata-senjata pembunuh seperti itu?

Padahal umumnya petugas Kepolisian hanya membawa senjata revolver dalam tugas penjagaan.

Senjata organik yang digunakan Sabhara untuk mengawal distribusi uang kirim ke ATM-ATM itu cukup Revolver, 6 peluru.

Sementara ini 17-18 peluru, seperti itu.

Memang ada Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 1 Tahun 2022 yang menyebutkan bahwa penggunaan senjata atas rekomendasi pimpinan langsung.

Tetapi senjata yang direkomendasikan ini juga harus mengacu pada peraturan sebelumnya yang membatasi penggunaan senjata api tersebut.

Kalau Tamtama ya maksimal revolver lah.

Mengapa harus memakai Glock? Hanya sekadar untuk mengawal Ibu Bhayangkari ke pasar, ngapain, jadi aneh semuanya.

 

Artikel ini telah tayang di TribunJambi.com dengan judul Brigadir Yosua Tewas Ditembak, Pengamat: Kawal Ibu Bhayangkari Ngapain Pakai Glock?

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved