Kemelut SBM ITB
Rektor ITB Disomasi Orangtua Mahasiswa SBM, Penurunan Anggaran Pendidikan Jadi Sorotan
Forum orangtua mahasiswa SBM ITB menyampaikan somasi terbuka kepada Rektor ITB dan bersiap melakukan upaya hukum atas masalah yang terjadi di SBM ITB
Penulis: Ign Prayoga | Editor: Ign Prayoga
TRIBUNTANGERANG.COM, BANDUNG -- Forum orangtua mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) akan menempuh jalur hukum untuk menemukan solusi atas permasalahan di perguruan tinggi tersebut. Salah satu masalah yang disorot orangtua mahasiswa adalah penurunan pagu anggaran pendidikan kurang lebih senilai Rp 10 miliar.
Forum orangtua mahasiswa sudah dua kali mengirim somasi ke Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) namun pimpinan perguruan tinggi tak memberikan respons.
Hal ini dijelaskan oleh perwakilan orangtua mahasiswa SBM ITB, Ali Nurdin. "Kami kecewa dan sangat menyesalkan sikap rektor ITB yang memperlihatkan tak mampu dalam menyelesaikan permasalahan di SBM ITB. "Situasi ini, kami khawatir berisiko pada menurunnya mutu dan moral pendidikan di SBM ITB dan ITB secara keseluruhan," kata Ali Nurdin di Jalan Aceh, Kota Bandung, Minggu (24/7/2022).
Ali mengatakan, forum orangtua mahasiswa melayangkan somasi pertama pada 12 Mei 2022. Karena tak ada respons, somasi kedua diluncurkan 16 Juni 2022. Lagi-lagi tak ada tanggapan dari rektor.
Permasalahan di SM ITB muncul sejak sekitar delapan bulan silam atau Desember 2021. Pada saat itu, mahasiswa angkatan 2021 baru menempuh pendidikan sekitar satu semester dan pendaftaran mahasiswa baru belum dimulai.
Menurut Ali Nurdin, ada tujuh hal yang jadi perhatian orangtua mahasiswa. Di antaranya penurunan pagu anggaran pendidikan dari Rp 103 miliar (tahun 2021) menjadi Rp 94,5 miliar di tahun 2022.
Hal lain yang disorot adalah hilangnya beberapa kegiatan pendidikan, adanya unifikasi alokasi anggaran untuk semua fakultas/sekolah/prodi dengan postur yang sama padahal kebutuhannya berbeda-beda dalam mencapai standar nasiomal atau internasional.
Para orangtua mahasiswa juga mengkritisi rantai birokrasi administrasi pendidikan yang terpusat (sentralisasi) di ITB sehingga tak efisien dan menghambat pelayanan pendidikan bagi mahasiswa ITB, berkurangnya para dosen senior dan dosen praktisi atau profesional, menurunnya semangat para dosen SBM ITB dan tenaga kependidikan yang tersisa, hingga adanya wacana melibatkan dosen dari fakultas lain di luar SBM ITB tanpa prosedur kompetensi dan kepantasan yang jelas, dan belum adanya pejabat dekanat SBM ITB yang definitif sampai sekarang.
"Kami, forum orangtua mahasiswa SBM, dengan tekad untuk menjaga dan memajukan kualitas pendidikan di SBM ITB, mengajukan somasi terbuka ke rektor ITB, MWA ITB, dan Mendikbud RI untuk segera selesaikan permasalahan yang ada di SBM," ujar Ali Nurdin.
"Bila sampai akhir Juli ini tak ada penjelasan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang ada, maka dengan sangat terpaksa kami akan ambil upaya hukum untuk perjuangkan hak-hak kami dan anak-anak kami yang dilindungi dan dijamin oleh konstitusi UUD 1945," katanya.
Ketika ditanya upaya hukum macam apa, Ali menjawab misalnya mengajukukan gugatan ke Pengadilan Negeri Bandung serta mengadukan dan menyampaikan masalah tersebut ke Ombudsman.
"Pada intinya, kami ingin SBM ITB ini berada pada jalurnya lagi enggak ingin menurun kualitas mutu pendidikannya. Dan kami pun enggak ingin permalukan ITB, maka kami lakukan kegiatan ini," ucapnya. (*)
Sumber: TribunJabar.id
Simak berita lainnya: Google News