Tangerang Raya
Ade Yunus Ajak Masyarakat Jaga Kelestarian Alam melalui Sungai Cisadane
Sungai Cisadane yang mengalir di wilayah Provinsi Banten dianggap sebagai sumber kehidupan masyarakat
Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Intan UngalingDian
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Sungai Cisadane yang mengalir di wilayah Provinsi Banten dianggap sebagai sumber kehidupan masyarakat
Masyarakat harus menjaga kebersihan Sungai Cisadane agar kehidupan masyarakat terus berlangsung.
Jutaan masyarakat Provinsi Banten menggantungkan harapan kepada sungai yang memiliki panjang 126 kilometer (km).
Sungai Cisadane menjadi sumber mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Salah satu warga Banten, Ade Yunus (38) tergerak untuk menjaga dan merawat kebersihan Sungai Cisadane dari sampah atau limbah.
Bank Sampah Sungai Cisadane disingkat menjadi Banksasuci merupakan komunitas yang dibentuk Ade Yunus bersama lima rekannya pada tahun 2012 silam.
Ade Yunus mengatakan, sejarah panjang Banksasuci telah berperan besar dalam menjaga kelestarian salah satu sumber daya alam itu.
Baca juga: Banksasuci Luncurkan Riverfront Edu Center Green Belt PIK 2 Wisata Alam saat Festival Sungai Tahang
Baca juga: Sambut HUT Ke-29 Kota Tangerang, Komunitas Banksasuci Gelar Aksi Bersihkan Kali Sabi
Bermula pada kecintaannya kepada alam, Ade dan teman-temannya telah aktif sejak tahun 2002 mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian alam.
"Mulai tahun 2002 itu, kita sudah mulai memberi edukasi dan advokasi atau pembelaan hukum di bidang lingkungan kepada masyarakat tentang melestarikan lingkungan hidup," kata Ade Yunus, Selasa (20/9/2022).
Seperti memberi pemahaman tentang menanam dan merawat tumbuhan atau pohon penting untuk kehidupan alam sekitar.
Lalu tahun tahun 2012, dia rekan-rekannya memutuskan membuat Komunitas Banksasuci untuk bisa lebih fokus.
"Bagaimana menjaga dan merawat Sungai Cisadane yang menjadi sumber kehidupan masyarakat ini," ujar Ade Yunus saat diwawancarai Tribuntangerang.com secara ekslusif, Jumat (5/8/2022).
Lima pendiri Banksasuci itu memiliki pengalaman masing-masing dalam berproses mencintai lingkungan dan alam.
Mulai dari kecintaannya menjaga alam dengan kerap mendaki gunung dan melihat sampah berserakan di alam terbuka, hingga mendapat hidayah saat diterpa musibah.
Baca juga: Pembangunan Jembatan Cisadane Kota Tangerang Bakal Berlangsung hingga Tahun 2023
Baca juga: Komunitas Banksasuci, Penjaga Sungai Cisadane dari Sampah dan Limbah
Masa kecil Ade yang tinggal di Cibodas, Kota Tangerang, warga kerap membuang sampah atau limbah rumah tangga ke kali di dekat rumahnya yakni Kali Sabi.
Hal tersebut terus dilakukan orang-orang, termasuk dirinya lantaran kali dianggap sebagai tempat pembuangan sampah.
Hingga suatu ketika banjir melanda kediamannya, Ade terpaksa berlindung hingga ke atap rumah.
Saat berada di atas hamparan banjir, dia sampah-sampah yang dibuangnya sembarangn di kali ikut berserakan bersama genangan banjir.
Momen tersebut menjadi tamparan panas karena dia langsung menerima akibat dari perbuatannya.
"Saat itu, saya langsung mengikrarkan diri bahwa harus menjaga lingkungan hidup, sebab saya merasa sudah ditegur Tuhan."
"Makanya kamu jangan suka buang sampah sembarangan terus, sudah saatnya kamu peduli', itulah titik saya mulai peduli dengan alam dan lingkungan," kata dia.
Menurutnya, teman-temannya memiliki cerita berbeda hingga akhirnya menumbuhkan motivasi dan keinginan kuat untuk sama-sama merawat dan melindungi lingkungan hidup.
"Alhamdulillah kepedulian itu sampai sekarang," ujarnya.
Berbagai kegiatan dilakukan Banksasuci agar dapat terus melestarikan kebersihan dan keasrian Sungai Cisadane.
Mulai dari menjaring sampah dengan membentangkan waste trap di badan sungai, melakukan pembibitan dan penanaman pohon dibantaran sungai.
Selain itu, menggelar patroli mengelilingi Sungai Cisadane.
Waste trap sendiri merupakan metode pemasangan perangkap.
Perangkap sampah itu memasang batangan pipa dan besi memanjang dari dari sisi sungai ke satu sisi sungai lain atau di seberangnya.
Bentangan besi itu untuk menjaga atau menghambat sampah yang ada di permukaan sungai.
Lalu sampah yang terjaring waste trap ini akan diangkat kemudian dipilah.
Hasil pilahan sampah akan diolah kembali atau didaur ulang, atau dijadikan pupuk organik.
Sedangkan kegiatan patroli mengelilingi sungai dilakukan menggunakan perahu untuk mengawasi pencemaran sungai, baik dari limbah industri atau rumah tangga.
Selain menjaring sampah, Banksasuci mengumpulkan sampah dari masyarakat di sekitar bantaran Sungai Cisadane.
Sampah-sampah tersebut nantinya dikumpulkan masyarakat dan dijual ke Banksasuci dengan sistem menabung.
"Tabungannya itu bisa untuk biaya keperluan sekolah, kebutuhan rumah tangga, sampai menjadi tiket untuk masuk ke kawasan Banksasuci," katanya.
Hal itu dilakukan supaya masyarakat bisa mengurangi kebiasaan membuang sampah sembarangan bahkan ke sungai.
Dia menjelaskan, sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomis dikumpulkan itu, lalu dijual lagi.
Hasil penjualan sampah masuk ke kas, serta membangun musala, saung, serta bangunan yang yang digunakan sebagai gudang rejeki.
Pola bank sampah diterapkan sebagai gudang rejeki tersebut, dinilai efektif mengajak masyarakat untuk memiliki kesadaran menjaga kebersihan lingkungan.
Relawan menukar sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomis beragam yang dilakukan anak-anak, remaja hingga dewasa.
"Alhamdulillah cara seperti ini bisa sangat efektif mengajak masyarakat untuk menjaga alam dan kebersihan lingkungan tanpan adanya paksaan," ucapnya.
"Jadi kita bisa mengajak orang supaya menjaga kebersihan, tanpa memaksa atau bahkan menyuruh secara langsung orang tersebut untuk sadar akan pentingnya menjaga lingkungan," kata Ade Yunus.