Momen Jajaran Polresta Malang Kota Sampaikan Permintaan Maaf, Kapolresta: Mohon Ampun Kami
Momen Jajaran Polresta Malang Kota Sampaikan Permintaan Maaf, Kapolresta: Mohon Ampun Kami, dan Stadion Kanjuruhan Dianggap Tidak Layak
TRIBUNTANGERANG.COM - Seluruh jajaran Polresta Malang Kota, Polda Jawa Timur sampaikan permintaan maaf terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, Senin (10/10/2022).
Permintaan maaf itu dilakukan lewat akun twitter @polrestamakota.
Berdasarkan penelusuran Tribun, dalam postingan itu jajaran Polresta Malang Kota memohon ampun terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Baca juga: Ditetapkan Tersangka, Ahmad Hadian Lukita Ikut Rapat Bahas Liga 1 Setelah Tragedi Kanjuruhan
Baca juga: Sepekan Tragedi Kanjuruhan Korban Bertambah jadi 705 Orang, yang Dirawat Inap Masih 36 Orang
Dan, permintaan maaf kepada korban, keluarga korban dan Aremania.
Dalam foto yang diunggah, tampak Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Budi Hermanto bersama jajarannya bersujud sebagai bentuk permintaan maaf.
"Mohon ampun kami kepada-Mu ya Rabb atas peristiwa yang terjadi pada 1 Oktober silam. Tak lupa permohonan maaf juga kami haturkan kepada korban dan keluarganya beserta Aremania Aremanita. Kabulkan doa kami, ya Rabb," tulis @polrestamakota.
Sebelumnya, Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Nugroho Setiawan membeberkan momen mengerikan yang terjadi pada saat terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.
Khususnya di pintu 13 Stadion Kanjuruhan.
Melalui CCTV, kata Nugroho, ia melihat jelas sekali para penonton berdesakkan, terhimpit, terinjak hingga akhirnya meninggal dunia di pintu 13.
"Tadi saya sempat melihat rekaman CCTV kejadian khususnya di pintu 13. Wah, mengerikan sekali," ungkap Nugroho dikutip dari tayangan Kompas Tv, Minggu (9/10/2020).
Ia menuturkan, pada waktu tragedi itu terjadi pintu terbuka namun sangat kecil. Pasalnya, pintu 13 merupakan pintu masuk bukan pintu keluar.
Jadi, tidak sedikit orang orang menumpuk, berdesakan dan terinjak makanya banyak korban jiwa berjatuhan.
Adapun dugaan sementara mereka panik karena gas air mata ditembakkan.
"Jadi ya situasinya adalah pintu terbuka tapi sangat kecil, yang itu seharusnya pintu untuk masuk tapi terpaksa menjadi pintu keluar," ujarnya.