Sejarah Jakarta
Sejarah Jakarta: Jalan M.H Thamrin Sebelum Tahun 1950 Bernama Gang Timboel, Panjangnya Hanya 300 M
Sejarah Jakarta: Jalan M.H Thamrin yang Namanya Berasal dari Pahlawan Asal Betawi yang menjelang wafatnya mendapat perlakuan kasar dari polisi rahasia
Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
Padahal untuk jabatan itu ada orang Betawi yang jauh lebih berpengalaman dan pantas untuk jabatan itu.
Baca juga: Sejarah Jakarta: Masjid Istiqlal Dibangun Selama 17 Tahun, Didesain Orang Batak Bermarga Silaban
Tindakan pemerintah ini mendapat reaksi keras dari fraksi nasional.
Bahkan mereka mengambil langkah melakukan pemogokan.
Ternyata usaha mereka berhasil dan pada akhirnya Mohammad Husni Thamrin diangkat sebagai wakil wali kota Batavia.
Selain menjadi anak Betawi yang berhasil duduk di kursi Wakil Wali Kota Batavia, M.H Thamrin juga dikenal sebagai salah satu tokoh Betawi dari organisasi Kaoem Betawi yang pertama kali menjadi anggota Volksraad atau Dewan Rakyat di Hindia Belanda di tahun 1927.
M.H. Thamrin mewakili kelompok Inlanders ("pribumi").
Thamrin juga salah satu tokoh penting dalam dunia sepak bola Hindia Belanda (sekarang Indonesia), karena pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun 1932 untuk mendirikan lapangan sepak bola khusus untuk rakyat Hindia Belanda pribumi yang pertama kali di daerah Petojo, Jakarta.
Pada tanggal 11 Januari 1941, Mohammad Husni Thamrin wafat setelah sakit beberapa waktu lamanya.
Akan tetapi, beberapa saat sebelum kewafatannya, pemerintah kolonial telah melakukan tindakan "sangat kasar" terhadapnya.
Dalam keadaan sakit, M.H. Thamrin harus menghadapi perlakuan kasar itu, yaitu rumahnya digeledah oleh polisi-polisi rahasia Belanda (PID).
Baca juga: Sejarah Jakarta, Terungkap Total Berat Emas Murni yang Lapisi Tugu Monas
Rumahnya dijaga ketat oleh PID dan tak seorangpun dari rumahnya yang diperbolehkan meninggalkan rumah tanpa seizin polisi, juga termasuk anak perempuannya yang masih juga tidak diperkenankan meninggalkan rumahnya, sekalipun untuk pergi ke sekolah.
Tindakan polisi Belanda itu tentulah sangat menekan perasaannya dan menambah parah sakitnya.
Wafatnya Mohammad Husni Thamrin tentulah sangat besar artinya bagi bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia telah kehilangan salah seorang pemimpinnya yang cerdas dan berwibawa.
Menurut laporan resmi, ia dinyatakan bunuh diri, namun ada dugaan ia dibunuh.
Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet, Jakarta.
Di saat pemakamannya, lebih dari 10.000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.
Selain namanya diabadikan sebagai nama jalan besar dan nama Stasiun MRT, nama M.H. Thamrin juga pernah diabadikan dalam pecahan uang keras pecahan Rp2.000 pada 19 Desember 2016 serta sekolah bergengsi SMA MH Thamrin.