Gempa Cianjur

BMKG Ungkap Kawasan Cianjur dan Sukabumi Berpotensi Mengalami Gempa Dangkal, apa Artinya?

BMKG ungkap kawasan Cianjur dan Sukabumi berpotensi mengalami gempa dangkal, tidak perlu magnitudo besar untuk bisa menimbulkan kerusakan

Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
Tribun Jabar/Deanza Falevi
Warga Kampung Kadudampit, Desa Rancagoong, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur memilih untuk bertahan diluar ruangan, Senin (21/11/2022). (Tribun Jabar/ Deanza Falevi) 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Pihak BMKG (Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika) ungkap sejarah gempa di kawasan Cianjur dan Sukabumi yang memang selalu berisiko merusak dan menimbulkan korban jiwa.

Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa kawasan Sukabumi, Cianjur, Rangkasbitung, dan Bandung memang secara tektonik merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks.

Di kawasan ini tercatat kerap terjadi gempa.

 

Terlebih dalam hal kompleksitas kawasan tersebut dilalui jalur gempa Cimandiri, Padalarangan dan masih banyak sesar minor lainnya.

Kawasan Jawa Barat yang dilalui sesar tersebut juga berpotensi mengalami gempa dangkal sehingga tidak perlu magnitudo besar untuk bisa menimbulkan kerusakan.

“Gempa gak harus besar untuk hancurkan karena gempa rata-rata dangkal 12 km dan itu gak perlu kekuatan 7 magnitudo, kekuatan 4, 5, 6 juga bisa timbulkan kerusakan signifikan,” jelas Daryono dalam konferensi pers Senin (21/11/2022).

Kata Daryono, dalam sejarah gempa yang tercatat, kawasan Cianjur dan Sukabumi berkali-kali diguncang gempa.

Baca juga: Gempa Bumi di Cianjur, PT KAI Pastikan seluruh Perjalanan KA dalam Kondisi Normal

Baca juga: BNPB Sarankan Warga Sukabumi dan Cianjur Susun Kaleng Kosong Secara Vertikal, Sebagai Alarm Gempa

Misalnya saja diawali gempa 1808 yang tercatat, gempa tahun 1910, lalu gempa pada 21 Januari 1912, dan 2 November 1968 dengan kekuatan gempa 5,4 magnitudo yang akibatkan banyak rumah roboh.

Kemudian ada juga gempa yang terjadi 10 Februari 1982 dengan kekuatan 5,5 magnitudo banyak menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.

Terakhir gempa 12 juli tahun 2000 kekuatan 5,1 magnitudo yang membuat lebih dari 1900 rumah rusak berat.

Maka kata Daryono, penting bagi masyarakat yang rumahnya dilalui sesar Cimandiri dan sesar Padalarang agar membuat rumah tahan gempa.

Atau apabila tidak mampu membuat rumah tahan gempa, diharapkan membangun rumah dengan bahan ringan seperti kayu agar bisa meminimalisir korban jiwa dan luka karena tertimpa bangunan. 

sumber: https://www.youtube.com/watch?v=Tdmm9fhp6Ec

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved