Revitalisasi Halte
Walau Megah, Namun Pengamat Anggap Halte Tosari Telah Merusak Tata Kota dan Abaikan Nilai Sejarah
Walaupun megah dan ciamik,Pengamat anggap Halte Tosari dan Halte Bundaran HI telah merusak tata kota dan mengabaikan nilai sejarah
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Lilis Setyaningsih
Hal itu sebagaimana yang diungkap dan dikritisi oleh Pengamat Tata Kota, Nirwono Jaga saat dihubungi, Kamis (1/12/2022).
Nirwono mengakui, desain Halte Tosari tersebut cukup menarik.
Namun, ia menyayangkan karena penempatannya berada di tempat dan fungsi yang salah dalam sisi penataan kota.
"Keberadaan Halte Tosari sama seperti Halte Bundaran HI yang telah merusak tata kota dan mengabaikan nilai sejarah kawasan tersebut," ujar Nirwono saat dihubungi Wartakotalive.com.

Menurutnya, kedua halte tersebut menutup sumbu imajiner dari sisi utara dan selatan Patung Selamat Datang yang sarat akan kisah sejarah.
Sehingga, kata Nirwono, hal itu dapat merusak nilai sejarah kota terutama pada benda yang diduga merupakan cagar budaya.
Lebih lanjut, Nirwono menyampaikan, bentuk halte bak kapal pesiar tersebut, tidak sesuai dengan fungsi dasar sebuah halte sebagai tempat transit, atau turun naiknya orang ke moda transportasi.
Nirwono menilai, pengguna halte pasti tidak akan berlama-lama ada di tempat tersebut.
Justru, semakin cepat meninggalkan halte maka lebih baik.
"Bentuk halte seperti itu juga tidak sesuai dengan fungsi dasar sebuah halte bus sabagi tempat transit turun naik pengguna, atau berpindah ke moda transportasi lain dengan cepat," ujar Nirwono.
"Semakin cepat meninggalkan halte, justru semakin baik," sambungnya.
Baca juga: Sejarah Jakarta, Makna Bundaran HI dan Tugu Selamat Datang yang Berada di Jantung Ibu Kota Jakarta
Sementara itu, Nirwono juga menyinggung fungsi lantai dua Halte Tosari yang diperuntukkan bagi kebutuhan komersial.
Menurutnya, perubahan fungsi halte menjadi ruang publik yang dikomersialkan itu, semata-mata hanya untuk mencari untung belaka dan mengabaikan tata kota serta nilai kesejarahan kawasan.
"Hal tersebut justru menjadi preseden buruk bagi halte-halte bus Transjakarta di lain tempat, jika mengikuti model seperti ini," ujar Nirwono.
Nirwono menilai, saat ini banyak orang yang menjadi latah fokus dan hanya mengedepankan objek yang instagramable saja, namun fungsi dasar objek tersebut terabaikan.