Sosok
Prita Kemal Gani Luncurkan Buku Biografi 30 Tahun Sebagai Pendidik dengan Kiprahnya yang Multi Peran
Dalam episode kehidupan Prita Kemal Gani sebagai seorang pemimpin, ia menganggap pegawai serta pendidik di LSPR adalah keluarga.
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Pakar Hubungan Masyarakat (Humas) Indonesia, Prita Kemal Gani meluncurkan buku biografi berjudul: 'Prita Kemal Gani, 30 Tahun Sebagai Pendidik. Multi Peran Menjadi Pemimpin, Tokoh Humas, Istri, dan Ibu'.
Lewat buku setebal 184 halaman, pendiri kampus London School of Public Relations (LSPR) ini, membagikan pengalaman hidupnya dalam 10 episode.
Antara lain bagaimana memulai membangun LSPR dari nol dengan dua pegawai dan puluhan murid saja, sampai akhirnya bisa meluluskan hampir seratus ribu tenaga terampil di bidang kehumasan, komunikasi, dan bisnis.
LSPR juga membuka lapangan kerja yang luas di bidang pendidikan, sektor yang menentukan kualitas suatu bangsa.
"Sejak kecil saya mengagumi sosok seorang guru. Kehadirannya ditunggu, suaranya didengarkan, dan sosoknya dimuliakan. Seorang guru tampil hebat, karena memiliki jawaban dari semua pertanyaan murid-murid di hadapannya," kata Prita Kemal Gani dalam siaran pers peluncuran biografinya sekaligus bertepatan Dies Natalis ke-30 LSPR , Rabu (30/11/2022).
Maka ketika Prita sudah bekerja sebagai seorang profesional, di dalam dirinya tetap ingin mewujudkan keinginan menjadi seorang pendidik.
Dalam episode kehidupan Prita Kemal Gani sebagai seorang pemimpin, ia menganggap pegawai serta pendidik di LSPR adalah keluarga.
Prita mengibaratkan mendirikan LSPR seperti membangun sebuah rumah tangga.
"Sejak awal saya selalu yang terdepan memperjuangkan pegawai. Tak jarang saya menjual perhiasan untuk membayar gaji dosen. Semua kami lakukan bersama-sama, hasilnya kami nikmati bersama," katanya.

"Mungkin bekerja sebagai pendidik jumlah penghasilannya tidak berlebihan,
namun kami memiliki kebahagiaan yang tak bisa dibeli dengan uang," sambungnya.
Menurutnya, dalam jajaran tim LSPR saat ini, banyak posisi-posisi penting yang dibina
dari awal.
"Banyak dari mereka yang kini menduduki posisi-posisi penting di LSPR, awalnya adalah mahasiswa dan kami sekolahkan hingga meraih gelar Phd," kata Prita.
Layaknya sebuah biografi, bagian yang menyentuh, antara lain bagaimana ketika LSPR menghadapi cobaan, dan Prita yang memposisikan diri sebagai nakhoda.
Saat itu Prita bertindak tegas 'menurunkan penumpang' agar kapal tidak terus dijadikan sasaran senjata, dan tetap bisa berjalan.
Sementara di sisi lain, 'penumpang' yang diturunkan dipastikan bisa tetap meneruskan hidup di kapal yang berbeda.
Tak hanya itu, Prita Kemal Gani juga membagikan pengalaman hidupnya yang berharga, karena memiliki seorang anak bungsu dengan spektrum autisme.
"Raysha adalah permata kehidupan dan guru terbaik saya. Raysha mengajarkan pada saya bahasa komunikasi yang lebih tinggi, yaitu bahasa cinta," kata Prita yang terus aktif dalam komunitas ini.
Bahkan LSPR mengembangkan diri dengan mendirikan London School Beyond Academy (LSBA).
Anak-anak berkebutuhan khusus dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) bisa berkembang di LSBA dengan bimbingan dari tenaga-tenaga profesional.
Sehingga anak-anak spesial ini akan bisa berkarya, hidup lebih mandiri, bermasyarakat, dan bahagia.
'Sebuah Website Kosong' adalah episode ke-7 dalam biografi ini, yang akan memberikan banyak manfaat untuk orangtua yang memiliki anugerah yang sama.
Berbagai tanggapan muncul menyambut hadirnya biografi ini.
Salah satunya dari Linda Agum Gumelar.
"Sebagai CEO dan Founder LSPR, mbak Prita berperan sebagai seorang tokoh Public Relations di tingkat nasional dan internasional, membuat LSPR terus melangkah maju. Semoga Mbak Prita tidak pernah berhenti dan jangan pernah lelah untuk memajukan pendidikan di Indonesia," kata Linda.
Prilly Latuconsina, yang merupakan alumni LSPR, ikut berkomentar.
"Saya terinspirasi sosok Ibu Prita Kemal Gani yang memiliki pribadi kuat dan berkarakter.
Seorang pemimpin yang dapat memberikan pengaruh besar kepada institusi Pendidikan khususnya dunia Public Relations, seorang visioner dengan pemikiran matang yang dapat membuat keputusan strategis. Ibu Prita memberikan saya semangat besar untuk berkarier dan meraih apa yang saya inginkan sebagai seorang perempuan yang mandiri," kata Prilly.
Seorang Youtuber terkenal, Edho Zell, juga memberikan tanggapan, "Di bawah pimpinan Ibu Prita, LSPR menjadi kampus yang relevan dengan zaman, praktis di dunia profesional, dan. menjadikan mahasiswanya siap berkarya dan memberikan dampak positif untuk Indonesia."
Angkie Yudistia, Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, salah satu yang ikut senang atas terbitnya biografi ini.
"Saya yakin, dengan pengalaman dan kemampuan Ibu Prita Kemal Gani, LSPR akan semakin maju. LSPR juga menjadi kampus yang ramah bagi semua mahasiswanya, termasuk untuk penyandang disabilitas seperti saya. Tidak berlebihan kalau saya mengatakan bahwa LSPR adalah kampus yang menerapkan inklusifitas di dalam wilayah kampus," kata Angkie.
Prita Abdul Gani pun berharap semoga biografi ini menjadi manfaat bagi masyarakat.
LSPR akan terus mengembangkan diri dengan perspektif global, di mana tidak ada lagi sekat antar negara.
"Kami siap masuk ke ruang lingkup dunia, menjadi masyarakat dunia yang saling terhubung dalam semua aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, teknologi, maupun lingkungan," kata Prita.
Ia pun menyadari persaingan akan semakin ketat, dan bertekad harus berjuang untuk bisa sejajar dengan negara maju.
"Di era global persaingan akan berasal dari negara-negara lain, maka saya siapkan tim pengajar dan mahasiswa LSPR untuk giat belajar dan mengembangkan diri, dengan berkomitmen pada kearifan lokal. Nilai-nilai kebudayaan Indonesia tidak akan direduksi oleh globalisasi," lanjut Prita
Rasa kekeluargaan, empati, simpati, solidaritas, dan kebersamaan, akan selalu menjadi landasan kerja Prita dan LSPR.
"Saya persembahkan buku ini untuk semua pembaca yang sepakat bahwa ilmu
pengetahuan adalah investasi yang paling berharga," kata Prita.
Biografi Prita Abdul Gani ini ditulis oleh Asteria Elanda, dan diterbitkan oleh Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). (*)