Kasus Covid-19 di China Melonjak, Peneliti Khawatirkan Kehadiran Varian Baru

Peneliti kesehatan global mengingatkan kemungkinan kemunculan kelahiran varian pascameledaknya kasus Covid-19 di China.

Editor: Ign Prayoga
AFP
Seorang warga menerima vaksin Covid-19 di daerah Danzhai, Guizhou, China pada 12 DeSsember 2022. 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman mengingatkan kemungkinan kemunculan varian atau sub varian baru pascameledaknya kasus Covid-19 di China.

Menurutnya meski sub varian di China telah terdeteksi di Indonesia, memang kemungkinan tidak terdampak secara signifikan.

"Tapi yang saya khawatirkan dan perlu dimitigasi adalah lahirnya varian atau sub varian baru. Mungkin satu bulan ke depan aibat infeksi begitu banyak. Potensi itu tetap ada ya walau pun tidak selalu," kata Dicky kepada Tribunnews, Rabu (4/1/2023).

Lebih lanjut, ia mengingatkan agar Indonesia jangan melupakan Amerika yang juga mengalami lonjakan kasus serius karena varian XBB.1.5.

"Karena XBB.1.5 menunjukkan ada keparahan yang banyak dan kematian," katanya lagi.

Maka, perlu untuk segera mengejar booster, tidak hanya mengandalkan serologi survei dengan imunitas alami.

Apalagi tanpa kombinasi lain yaitu protokol kesehatan.

"Booster meningkatkan proteksi imunitas baik kuantitatif maupun kualitatif. Responya membangun dan memberikan proteksi agar semakin meningkat," paparnya lagi.

Sementara itu, Uni Eropa pada Selasa (3/1/2023) mulai menawarkan vaksin Covid-19 secara gratis ke China.

Langkah tersebut dilakukan Uni Eropa menyusul lonjakan kasus infeksi Covid-19 yang saat ini terjadi di China ketika Pemerintah Beijing mulai melonggarkan kebijakan nol-Covid-19 pada awal Desember 2022.

Dikutip dari Reuters, juru bicara Komisi Eropa mengatakan bahwa China hingga saat ini belum menanggapi tawaran itu. Dia juga tidak merinci jumlah vaksin yang ditawarkan Uni Eropa atau produsennya ke China.

"Mengingat situasi Covid-19 di China, komisaris kesehatan Stella Kyriakides telah menghubungi rekan-rekan di China untuk menawarkan solidaritas dan dukungan dari Uni Eropa," kata juru bicara Komisi Eropa.

"Dukungan ini termasuk mengirim ahli kesehatan masyarakat serta sumbangan vaksin Uni Eropa yang disesuaikan dengan varian,” imbuhnya.

Ditanya apakah Beijing akan menerima tawaran vaksin gratis dari Uni Eropa, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengesampingkan jawaban langsung, mengatakan kepada Reuters bahwa tingkat vaksinasi dan kapasitas perawatan China terus meningkat dan pasokannya "memadai".

Dia juga mengatakan bahwa China terbuka untuk memperkuat solidaritas dan kerja sama dengan komunitas internasional untuk menghadapi tantangan pandemi dengan lebih baik dan dapat memenuhi permintaan siapa pun yang ingin divaksinasi.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved