Momen Antar Ibu Hamil ke Rumah Sakit Bikin Hilary Claudia Mantap Maju Sebagai Caleg

Ada 18 nama bakal caleg yang disetor PDIP ke KPU Kota Tangerang Selatan. Salah satu bakal caleg PDIP Tangsel adalah Hilary Claudia Sri Lestari.

Penulis: Rafzanjani Simanjorang | Editor: Ign Prayoga
TribunTangerang.com/Rafsanzani Simanjorang
Hilary Claudia Sri Lestari, kader PDI Perjuangan Tangerang Selatan. 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGSEL - Pemilu legislatif (pileg) 2024 sudah semakin dekat. Partai-partai proses pendaftaran bakal calon legislatif (caleg) telah dilakukan di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

PDI Perjuangan Tangerang Selatan juga telah menyerahkan nama-nama bakal caleg ke KPU.

Ada 18 nama bakal caleg yang disetor PDIP ke KPU Kota Tangerang Selatan.

Salah satu bakal caleg atau bacaleg PDIP Tangsel adalah Hilary Claudia Sri Lestari.

Wanita kelahiran 21 Juni 1977 ini merupakan bakal caleg dari daerah pemilihan Kecamatan Pondok Aren.

Dengan restu keluarga, ibu dari tiga anak ini membulatkan tekad untuk menjadi pelayan masyarakat.

Saat ditemui di wilayah Pondok Aren, pertengahan Mei 2023, Hilary tengah berdiskusi bersama rekan-rekannya.

Ia mengenakan kemeja putih berlogo banteng.

Terlihat wajah ceria dan tanpa beban menghiasi wajah anak kedua dari tiga bersaudara ini.

Hilary merupakan aktivis kesehatan dan perempuan.

Lahir dan besar di Temanggung, Jawa Tengah, Hilary merantau ke Semarang ketika menempuh pendidikan setingkat SMA.

Lulusan SMPN 1 Temanggung tersebut melanjutkan ke Sekolah Farmasi Nusaputera, Semarang.

Setelah menikah, Hilary ikut suami menetap Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Sejak tahun 2002, Hilary dan keluarga dan tinggal di wilayah Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren.

Di tempat ini Hilary merasa geregetan atas layanan publik di bidang kesehatan.

Rumahnya yang berada di depan puskesmas membuatnya sering melihat dan tahu layanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah daerah (pemda).

Hilary menilai, pelayanan kesehatan di puskemas masih kurang, baik sikap petugasnya maupun jenis layanan kesehatan.

Dia berandai-andai jika diizinkan menjadi petugas  puskesmas. "Boleh tidak saya berdiri di situ dan menyambut warga yang sakit dengan ramah. Selamat pagi? Apa yang bisa saya bantu? Secara sugesti itu akan sangat membantu masyarakat. Ramah, peduli dan berempati," ucapnya.

Namun Hilary juga mengapresiasi sistem antrean yang sudah rapi dan terkoneksi ke teknologi digital. "Kalau sekarang memang sudah tersistem, dan luar biasa, kalau dulu masih mengantre lama," ujarnya.

Hilary menilai, layanan 24 jam pada beberapafasilitas kesehatan, ternyata hanya tulisan semata.

Ada satu momen yang membuatnya trenyuh. "Ini terjadi sebelum Covid-19. Saat itu ada pasien yang hendak melahirkan. Namun, mobil ambulans lagi tidak ada di tempat," kata Hilary.

"Pintu rumah kami diketuk oleh keluarga pasien yang hendak melahirkan. Saya langsung mengeluarkan mobil kami dan membawa warga tersebut ke rumah sakit  dan butuh waktu 20 menit untuk tiba di rumah sakit," ujarnya.

Ibu yang hendak melahirkan itu mengalami perdarahan di mobil. Hilary menginjak pedal gas dalam-dalam agar segera tiba di rumah sakit dan sang ibu yang hendak melahirkan ditangani petugas medis.

"Pernah juga kejadian ambulans tidak punya sopir sehingga keponakan saya yang bawa," ucapnya.

Hilary yang saat ini tengah kuliah S1 di STIH Painan Banten mengaku geregetan pada layanan publik bidang kesehatan. 

Kebiasaan membantu tanpa pamrih pun terus bertahan hingga saat ini.

Didukung usaha di bidang farmasi milik keluarga, Hilary dan suami pun bisa berbuat banyak dalam membantu sesama.

Suplemen untuk pencegahan stunting kerap dibagikan pihaknya kepada warga.

Bantuan lainnya pun kerap diserahkan baik lewat perusahaan maupun khusus dari keluarga, terutama pada kesehatan keluarga dan anak.

"Kami sudah melakukan itu jauh-jauh waktu. Bahkan sebelum masa Bacaleg ini. Kami juga fokua pada pencegahan stunting. Ini kan tugas kita semua, termasuk saya yang seorang ibu dan pernah mengalami ini. Pengalaman masa lalu ini yang membuat saya semakin tergerak," ucap Hilary.

Tindakan sosialnya itu pula yang membuat sang suami mendorong dirinya untuk mau maju menjadi Bacaleg.

Menurut keluarga, ia punya potensi untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat di ruang yang lebih besar.

Ia pun mengikuti pengkaderan di partainya untuk mendalami banyak hal terkait dunia politik.

"Ternyata politik itu menyenangkan. Politik akan sangat bagus jika didukung oleh etika politik pula. Bagi saya, dengan masuk ke bacaleg ini punya arti bahwa saya bisa lebih banyak berbuat bagi masyarakat khususnya di dapil saya jika terpilih. Saya juga ingin kaum perempuan yakin pada diri mereka sendiri bahwa mereka bisa lebih dari yang mereka perkirakan," ujarnya.

Di tengah perkembangan wilayah Pondok Aren yang semakin maju, Hilary menyebut peran ibu rumah tangga masih perlu ditingkatkan.

Menurutnya, banyak ibu rumah tangga yang merasa sebagai warga negara kelas II dan tak percaya diri di ruang publik.

"Sejatinya, perempuan adalah kekuatan," katanya. 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved