Wamendes Paiman Raharjo, Pernah Jadi Tukang Sapu Hingga Didorong Suster untuk Melanjutkan Sekolah

Rektor Universitas Moestopo Jakarta, Paiman Raharjo, masuk ke jajaran kabinet setelah bertahun-tahun menggeluti dunia akademik

Editor: Ign Prayoga
dok. Universitas Moestopo (Beragama).
Profesor Dr Paiman Raharjo saat dilantik sebagai rektor Universitas Moestopo (Beragama) di kampus Universitas Moestopo, Jakarta, Mei 2022. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Presiden Jokowi melantik menteri dan wakil menteri hasil perombakan kabinet, Senin (17/7/2023).

Sosok yang dilantik menjadi menteri adalah Budi Arie Setiadi, pentolan organisasi relawan Pro-Jokowi atau Projo.

Budi Arie menempati pos baru sebagai Menteri Komunikasi dan Informasi. Sedangkan pos lamanya Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasmigrasi diisi oleh Profesor Paiman Raharjo.

Paiman Raharjo adalah Rektor Universitas Moestopo Jakarta. Setelah bertahun-tahun menggeluti dunia akademik, Paiman kini masuk ke lingkaran pemerintahan.

Pernah Jadi Tukang Sapu

Paiman Raharjo berasal dari Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Pada tahun 1985, setelah lulus SMP, Paiman merantau ke Jakarta untuk mencari kerja.

Dia akhirnya mendapat pekerjaan sebagai tukang sapu di Yayasan Gembala Baik. 

Atas dorongan para biarawati di yayasan tersebut, Paiman meneruskan sekolahnya. Sembari bekerja, Paiman melanjutkan sekolah di STM Budhaya Jakarta dan lulus tahun 1989.

"Sekolah lagi di STM karena dorongan suster di yayasan, mereka orang-orang baik," ucap Paiman saat berbincang dengan TribunJogja.com, Mei 2023.

Ruang lingkup pekerjaan Paiman pun bertambah. Dia jadi tukang sapu merangkap tukang kebun hingga satpam.

Setelah lulus STM, Paiman melanjutkan pendidikan S1 Ilmu Administrasi di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta. Berikutnya jenjang S2 Magister Administrasi di kampus yang sama dia tempuh.

Selama kuliah, Paiman membuka usaha fotokopi dan biro jasa tour and travel.

Lulus kuliah, Paiman dipercaya menjadi dosen di almamaternya.

Meski telah menyandang gelar magister, Paiman tak berpuas diri.

Ia melanjutkan kuliah S3 Ilmu Administrasi di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung.

"Kalau tak ada dukungan dan dorongan dari lingkungan, mustahil saya bisa mengenyam pendidikan sampai S3," kata Paiman.

Berbagai posisi strategis pernah dijabat Paiman di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta.

Mulai dari kasubag hingga rektor.

Menurut Paiman, kesuksesan bukan milik orang kaya namun milik setiap orang yang mau bekerja keras dan harus dibekali dengan pendidikan.

Meski sudah tergolong sukses di tanah rantau, Paiman tak pernah melupakan tanah kelahirannya. Tanah dimana ari-arinya tertanam.

Ia juga selalu ikut memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan Klaten terutama dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM).

"Saya setiap dua minggu pulang ke Klaten. Bertemu teman dan keluarga. Komunikasi dengan pemerintah daerah juga baik," tukasnya.

Ditelepon Istana

Menjelang 1 Muharram 1445, terjadi peristiwa penting pada Paiman Raharjo

Paiman tibat-tiba ditelepon Istana Presiden dan diminta mengisi kursi wakil menteri desa.

"Hari Jumat dikontak langsung oleh Pak Mensesneg (Pratikno)," kata Paiman saat ditemui di Istana Negara, Senin (17/7/2023).

Paiman Raharjo mengatakan apa yang diterimanya adalah sebuah amanah dari negara.

"Ya kita harus fokus karena ini amanah yang ditugaskan dari presiden, tentunya saya harus menyiapkan waktu yang full untuk tugas baru ini," katanya.

Profil Prof Paiman Raharjo

Pemilik nama lengkap Prof. Dr. H. Paiman Raharjo, M.Si, M.M.

Sebelumnya, Paiman adalah Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

Adapun universitas ini merupakan salah satu univesitas swasta tertua di Indonesia.

Prof. Paiman bertekad mewujudkan Universitas Moestopo menjadi kampus berkelas dunia.

Menurut Prof. Paiman, sudah saatnya Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) menjadi kampus kelas dunia berstandar internasional.

Demi dapat mewujudkan hal tersebut, Prof. Paiman bertekad untuk membawa Universitas Moestopo memenuhi 11 indikator yang menjadi standar penilaian yakni riset, pengajaran, kemampuan kerja dan internasionalisasi program belajar-mengajarnya.

Selain itu, penyediaan fasilitas, online atau jarak pembelajaran, tanggung jawab sosial, inovasi, seni budaya, inklusivitas hingga spesialisasi juga turut ditingkatkan.

 

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved