Garut Diguncang Gempa dari Kedalaman 57 Km, Ahli Gempa Bumi Beri Penjelasan Ilmiah

Sejauh ini, tidak ada laporan mengenai korban jiwa maupun korban luka-luka pada kejadian gempa Garut, Kamis malam.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Ign Prayoga
Tribun Jabar/sidqi al ghifari
Warga Kampung Bojong Gedang, Desa Maripari, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa Barat, berjaga-jaga di luar rumah setelah gempa magnitudo 5,4 mengguncang wilayah Garut, Kamis (19/10/2023). 

TRIBUNTANGERANG.COM, GARUT - Wilayah Garut, Jawa Barat, diguncang gempa, Kamis (19/10/2023) pukul 21.08 WIB.

Sejauh ini, tidak ada laporan mengenai korban jiwa maupun korban luka-luka pada kejadian tersebut.

Gempa yang mengguncang Garut pada Kamis malam berkekuatan M 5,4. 

Pusat gempa berlokasi di laut selatan sejauh 121 km arah barat daya kota Garur dan terletak pada kedalaman 57 kilometer.

Guncangan gempa Garut dirasakan di sejumlah wilayah di Jawa Barat antara lain Sukabumi dan Lembang.

"Getarannya cukup kencang, beberapa detik," ujar Ayas (42) warga Kecamatan Sukawening, Garut.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, Aah Anwar Saeful mengatakan pihaknya telah menerjunkan personil ke wilayah untuk memantau langsung dampak dari gempa bumi tersebut.

"Untuk situasi malam ini sementara terpantau aman, pimpinan di wilayah sudah melakukan pengecekan lokasi," ujarnya saat dihubungi Tribunjabar.id.

Ia menuturkan hingga pukul 22.00 WIB, situasi di sejumlah wilayah di Kabupaten Garut terpantau aman.

Ia mengimbau masyarakat untuk segera melapor jika ditemukan kerusakan yang terjadi akibat gempa tersebut.

"Hingga saat ini juga tidak ada dilaporkan korban, jenis gempanya dangkal, hati-hati adanya gempa susulan," ucapnya.

Menurut keterangan resmi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hasil analisis BMKG menunjukan gempa tersebut memiliki parameter update dengan 5,4 Skala Magnitudo.

Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,11 derajat LS, 107,27 derajat BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 121 Barat Daya Kabupaten Garut, kedalaman 57 kilometer.

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi ke bawah Lempeng Eurasia.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik atau trusht fault.

Gempa bumi tersebut juga dirasakan di hampir sepanjang pantai selatan Jawa, mulai dari Pelabuhan Ratu Sukabumi hingga Cilacap, Jawa Tengah. 

Gempa Dangkal

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, dari hasil analisis BMKG, episenter gempa terletak pada koordinat 8,11 derajat LS dan 107,27 derajat BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 121 barat daya Kabupaten Garut.

Gempa tersebut berada pada kedalaman 57 km.

Daryono menyampaikan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan gempa bumi dangkal.

"Jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi ke bawah Lempeng Eurasia," kata Daryono dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (19/10/2023) malam.

Menurutnya, dari hasil analisis, mekanisme sumber gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Ia menambahkan, gempa di Garut hari ini tak berpotensi tsunami. "Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tak berpotensi tsunami," katanya lagi.

Daryono menyampaikan, gempa Garut tersebut dirasakan di sejumlah wilayah yakni: Garut, Pangandaran, Cianjur, Cilacap, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Cikelet dengan skala intensitas III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu)

Sedangkan di Lembang, Bandung, Parompong, Bogor, Cireunghas, gempa dirasakan dengan skala intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).

Hingga pukul 21.40 WIB, dari hasil monitoring BMKG belum ada aktivitas gempa susulan yang terpantau.

BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan tak terpengaruh dengan isu yang tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa," kata Daryono.

Ia meminta agar masyarakat memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggalnya cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved