Harga Cabai Rawit Kian Pedas, Tembus Rp 120 Ribu per Kg di Tingkat Konsumen
Pedagang menyebut, menyebut harga cabai rawit merah dari pemasok sudah di harga Rp 100 ribu.
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Harga cabai rawit merah tembus di atas Rp 100 ribu per kilogram (Kg).
Harga cabai di tingkat konsumen bahkan bisa mencapai Rp120 ribu per Kg.
Sebelum kenaikan, harga cabai rawit merah di bawah Rp 50 ribu per Kg.
Kenaikan harga cabai rawit merah antara lain terjadi di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, dan sudah berlangsung berminggu-minggu.
Iis, pedagang Pasar Jaya Gondangdia menyebut harga cabai rawit merah dari pemasok sudah di harga Rp 100 ribu. Dia lalu menjual ke pembeli di angka Rp 120 ribu.
"Saya jualnya kadang Rp110 ribu, kadang Rp120 ribu. Kenaikan harga ini sudah lama, saya tidak tahu kenapa ini tidak turun-turun," ujar Iis, Jumat (24/11/2023).
Selain di Jakarta, harga cabai rawit merah juga naik di beberapa daerah.
Di Klaten dan Solo, Jawa Tengah, harga komoditas pangan tersebut di level Rp100 ribu.
Sedangkan untuk wilayah Palangkaraya, Kalimantan Tengah, harga cabai rawit merah di posisi Rp110 per Kg.
Mengutip data panel harga Badan Pangan Nasional pada Jumat (24/11/2023), harga cabai rawit merah naik 0,63 persen atau sebesar Rp510, menjadi Rp81.950 per kg.
Selain cabai, harga bawang merah juga naik 0,31 persen atau sebesar Rp 90, menjadi Rp 28.930 per kg.
Kemudian, daging ayam ras. Harganya naik 0,06 persen atau sebesar Rp 20, menjadi Rp 34.490.
Telur ayam ras mengalami kenaikan harga sebesar 0,18 persen atau Rp 50, menjadi Rp 28.240 per kg.
Beras medium masih juga mengalami kenaikan, meski tidak signifikan. Hari ini hargnya naik 0,08 persen atau sebesar Rp 10, menjadi Rp 13.160 per kg.
Harga beras premium justru mengalami penurunan sebesar 0,07 persen atau Rp 10, menjadi Rp 14.960 per kg.
Harga gula konsumsi naik 0,18 persen atau sebesar Rp30, menjadi Rp16.190 per kg.
Dampak El Nino
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengatakan, fenomena El Nino membuat produksi semua jenis cabai mengalami penurunan akibat El Nino dan belum memasuki panen raya.
Turunnya produksi cabai membuat harga komoditas tersebut mengalami kenaikan.
"Dalam kondisi seperti saat ini tentunya kami di Badan Pangan Nasional kembali mengingatkan para kepala daerah untuk saling membangun kerja sama antar daerah (KAD) sehingga cabai di wilayah sentra produksi dan harganya stabil dapat mendistribusikan cabai ke daerah defisit atau daerah dengan harga cabai yang tinggi,” ujar Arief beberapa waktu lalu.
Adanya penguatan kerja sama antar daerah ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta agar terbangun konektivitas yang membuat produksi pangan di daerah surplus terdistribusi ke daerah defisit secara merata untuk menjaga kestabilan harga.
Melonjak 100 Persen
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat kenaikan harga cabai rawit merah pada saat ini sudah 100 persen.
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengatakan, berdasarkan laporan dari anggotanya, dalam beberapa bulan terakhir harga pangan dalam tren kenaikan.
"Harga beras medium di atas HET (harga eceren tertinggi) masih di Rp 13.000, kalau HET-nya Rp 10.900. Kemudian berbagai jenis cabai mengalami kenaikan, bahkan kenaikan ini di atas 100 persen," paparnya.
"Cabai merah keriting sudah di angka Rp 88.500, cabai besar TW Rp 82 ribu, rawit merah cukup pedas di kisaran Rp 110 ribu per kilogram," sambung Reynaldi.
Menurutnya, kenaikan harga pangan pada bulan ini karena beberapa faktor, seperti sudah memasuki musim penghujan yang dikhawatirkan sentra-sentra cabai maupun bawang bisa gagal panen jika curah hujannya cukup tinggi.
Kondisi tersebut, kata Reynaldi, harus ada antisipasi dari pemerintah agar produksi pertanian bisa dioptimalkan dengan baik, sehingga pendistribusian ke pasar-pasar bisa lebih masif
Kemudian faktor distribusi yang menjadi penting, karena kalau pemerintah tidak bisa mengintervensi di jalur tengah atau middle man maka harga pangan mengalami kenaikan yang signifikan.
"Katakanlah kita produksi bawang merah di Brebes, bawang merah di Brebes itu dari petaninya keluarnya Rp15 ribu karena middle man yang bermain maka bisa di pasar Rp 30 ribuan. Jadi hal-hal seperti ini seharusnya pemerintah bisa mengoptimalkan atau mengorkestrasi dari hulu sampe ke hilir," ujarnya.
Para Menteri Jangan Ego
Reynaldi meminta pemerintah untuk bertindak cepat sebelum permintaan melonjak, mengingat akan memasuki Natal dan tahun baru.
"Kalau usulan kami, pemerintah menggalakan lagi sentra-sentra pertanian, produktivitas ditingkatkan," paparnya.
Selain itu, pemerintah perlu memberikan subsidi distribusi agar para petani, peternak, nelayan bisa mendistribusikan ke pasar-pasar dengan bantuan pemerintah.
"Ini akan menjadi murah efektif efisien dan harganya pun tentu bisa dikontrol oleh pemerintah," ucapnya.
Selanjutnya yang terpenting, kata Reynaldi, sinergi para menteri tekait dengan melepaskan egonya masing-masing demi stabilitas harga pangan.
"Ada Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, ada Badan Pusat Statistik (BPS), Bapanas. Ini harus sama-sama berkolaborasi dan meninggalkan seluruh ego sektoral, supaya pangan ini bisa dikontrol diawasi dan masyarakat yang belanja ke pasar, tentu bahan-bahan pokok yang murah," tutur Reynaldi.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Harga Cabai Tembus Rp 100 Ribu Per Kilo di Pasar Gudang Tangerang, Demo ODOL di Jateng Jadi Pemicu |
![]() |
---|
Cadangan Beras Capai 4,2 Juta Ton Pemerintah Klaim Siap Kendalikan Harga |
![]() |
---|
Harga Cabai Makin Pedas, Menjelang Lebaran Pedagang Pasar Anyar Patok Harga Rp 55 Ribu per Kg |
![]() |
---|
Jelang Imlek, Harga Cabai Merah Naik: Cabai Keriting 56.050, Rawit Merah Naik Jadi Rp 47.350 |
![]() |
---|
Pedagang Warteg Keluhkan Harga Cabai yang Semakin Mahal, Pemerintah Jangan Diam Saja |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.