Cuci Darah di Umur 20, Ridwan Fadhil Baihaq Minta Anak Muda Kurangi Minum Manis, Perbanyak Air Putih

Sedari muda Ridwan mengaku tidak menjalani pola hidup sehat sehingga membuat ginjalnya rusak.

Editor: Joseph Wesly
Shutterstock
Ilustrasi batu ginjal. 

TRIBUN TANGERANG.COM, JAKARTA- Ridwan Fadhil Baihaqi (22) menceritakan kisahnya harus cuci darah setiap minggu karena gagal ginjal.

Ridwan mengaku mengalami kerusakan ginjal sejak umur 20 tahun.  

Sedari muda Ridwan mengaku tidak menjalani pola hidup sehat sehingga membuat ginjalnya rusak.

Dia kini harus menjalani cuci darah dua kali seminggu setealh divonis gagal ginjal kronis.

Kisah yang dia bagikan ke media sosial TikTok dan sudah ditonton lebih dari 1,4 juta kali.

Lalu, seperti apa kisah Ridwan hingga divonis menderita gagal ginjal?

Ridwan yang saat itu masih menjadi mahasiswa mengambil kerja sampingan pada Mei 2022.

Namun setelah satu bulan bekerja, ia merasakan kondisi tubuhnya semakin memburuk karena pola hidupnya yang menjadi tidak teratur.

Lalu pada Juni 2024, ia didiagnosis mengalami anemia, yakni kondisi kurang darah yang mengakibatkan tubuhnya menjadi lebih lemas dan mengalami nyeri ulu hati pada Juni 2022.

Meskipun demikian, ia masih menyempatkan diri untuk mengerjakan tugas kuliah sekaligus melakukan kerja sampingan.

Karena tak kunjung membaik, ia memeriksakan diri ke klinik dan didiagnosis menderita radang tenggorokan dan nyeri ulu hati. Ia lalu menjalani perawatan dan diberikan obat pada 27 Juni 2022.

“Dari klinik aku minum obat, tapi makin hari, sampai bulan Juli 2022 itu makin parah. Aku jadi sulit tidur dan baru tidur habis subuh. Tapi tiga hari sebelum Idul Adha 2022, (Kamis, 7/7/2022), aku batuk berdahak kuning dan berdarah,” terang Ridwan kepada Kompas.com, Jumat (12/7/2024).

Ia kemudian menelpon orang tua karena panik dan akhirnya dibawa ke klinik sekitar Jumat (8/7/2024) oleh pamannya. Klinik tersebut tidak bisa menangani Ridwan karena kondisi yang kurang darah dan memerlukan transfusi.

Saat itu kadar hemoglobin dalam darah Ridwan hanya 5 gram per desiliter (gram/dL), sedangkan pria dewasa seharusnya memiliki kadar hemoglobin 13-17 gram/dL.

Ia mengaku terkejut karena umumnya dahak akan berwarna hijau, bukan kuning terang disertai bercak darah seperti waktu itu.

Ridwan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) Salamun, Kota Bandung, Jawa Barat pada Sabtu (9/7/2022) dan diharuskan rawat inap dengan cek kesehatan lengkap serta transfusi darah.

“Besok pagi dikasih tahu kondisinya sama dokter kena gagal ginjal kronis stadium akhir dan diharuskan cuci darah. Akhirnya setelah berdiskusi, disepakati untuk cuci darah besoknya karena kondisi aku udah parah,” ungkapnya.

Di hari ia diharuskan cuci darah, Ridwan mengalami sejumlah keluhan, seperti sesak napas dan dibantu menggunakan oksigen. Pada Senin (11/7/2024), ia melakukan cuci darah dengan teknik femoral, yaitu disuntik secara langsung di bagian selangkangan dan di tangan.

Sejak saat itu, Ridwan harus menjalani cuci darah sebagai pengganti ginjalnya yang sudah rusak dan tidak dapat sembuh seumur hidup.

Penyebab Ridwan alami gagal ginjal di usia muda Dokter yang menangani Ridwan sempat kebingungan karena ia divonis gagal ginjal di usia muda tanpa keturunan diabetes dan hipertensi.

Umumnya, orang-orang yang mengalami gagal ginjal terjadi karena menderita atau mempunyai faktor risiko diabetes dan hipertensi.

Setelah ditanya, Ridwan mengaku bahwa dirinya menjalani pola hidup tidak sehat, seperti makan makanan instan, mengonsumsi minum minuman manis, jarang minum air putih, jarang olahraga, dan sebagainya.

“Jadi kalau dari kasus aku itu pola hidupnya, bukan karena punya diabetes, hipertensi, atau punya keturunan (diabetes dan hipertensi),” katanya.

Sebelum berkuliah, ia mengaku sering minum-minuman manis dalam kemasan. Dalam satu hari, Ridwan bisa mengonsumsi minuman manis tersebut sampai tiga kali.

Karena sering minum-minuman manis, konsumsi air putihnya menjadi tergantikan sehingga ia jarang minum air putih.

Selain minuman, Ridwan mengaku lebih sering mengonsumsi makanan instan, fast food, junk food, dan tidak sehat daripada makanan bergizi.

Karena pola makan yang tidak sehat, ia sempat terkena asam lambung dan diberi obat, dan membaik.

“Faktor kedua yaitu jarang olahraga dan beraktivitas. Karena aku kerja sambil kuliah, aku nggak ada waktu untuk olahraga. Kerja dari jam 9 sampai 8 malam, terus lanjut kuliah,” jelas Ridwan.

Ridwan yang kuliah sambil bekerja dan harus menyelesaikan keduanya, ia menjadi sering begadang dan susah mengatur waktu tidur.

Apabila orang dewasa membutuhkan waktu 7-8 jam untuk tidur, dalam sehari ia hanya tidur selama 4-5 jam saja dan itupun tidurnya dari tengah malam.

Kondisi setelah divonis gagal ginjal

Usai didiagnosis gagal ginjal, Ridwan merasakan beberapa perubahan dalam tubuhnya, seperti produksi urin yang lebih sedikit.

Oleh karena itu, ia dibatasi untuk mengonsumsi protein dan harus diolah dengan cara yang sehat. Ia juga dibatasi untuk mengonsumsi makanan kaya kalium, seperti buah-buahan karena ginjal tidak bisa menyaring kalium.

“Kalau makan banyak kalium dan ginjalnya nggak bisa menyaring dan membuang kalium, efeknya jadi sesak napas,” terang Ridwan. Untuk aktivitas sehari-hari, ia mengaku tidak sekuat sebelum menderita gagal ginjal.

Ia mencontohkan, untuk lari satu kilometer sudah tidak bisa dan napasnya tersengal-sengal.

Namun agar tubuhnya tetap sehat, ia disarankan untuk jalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Lalu satu hari sebelum cuci darah, ia merasakan tubuhnya terasa sangat tidak enak dan ada bengkak di beberapa bagian.

Hal tersebut terjadi karena cairan, racun, dan sampah yang seharusnya dikeluarkan lewat urin justru menumpuk di dalam tubuh.

“Jadi sebelum cuci darah ditimbang karena berat badan sudah pasti naik karena ada penumpukan cairan. Misalkan, berat asli aku 54 kilogram, tapi setelah ditimbang ternyata 56 kilogram. Berarti cairan yang ditarik dari mesin cuci darah untuk dibuang sebanyak 2 liter,” jelasnya.

Sejauh ini, sebagian besar pengobatan gagal ginjal ditanggung oleh BPJS dan hanya ada satu obat saja yang harus dibeli secara mandiri.

Pasien gagal ginjal usia muda mulai meningkat

Dokter sub-spesialis ginjal hipertensi dari Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Wachid Putranto mengatakan, saat ini pasien gagal ginjal di usia muda mulai meningkat.

Apabila dulu orang yang terkena gagal ginjal kebanyakan berusia di atas 40 tahun, kini 5-10 persen pasien gagal ginjal yang Wachid tangani berusia 20-an hingga 30-an.

Wachid mencontohkan, dalam satu hari, umumnya Wachid akan menangani 24 pasien cuci darah. Dalam satu hari tersebut, ada tiga pasien cuci darah yang berusia di bawah 30 tahun.

Lebih lanjut, Wachid menuturkan, penyebab gagal ginjal di usia muda dapat terjadi karena penyakit peradangan pada ginjal, yang disebut glomerulonefritis dan pola hidup tidak sehat.

“Secara teori, ada beberapa bentuk pola hidup tidak sehat yang menyebabkan gagal ginjal. Satu, kurang minum khususnya air putih.

Kedua kurang olahraga, kemudian pola makan tinggi protein, dan disinyalir bahan-bahan pada makanan tertentu yang dikonsumsi secara terus menerus,” ungkap Wachid kepada Kompas.com, Senin (15/7/2024).

Terlebih, pasien gagal ginjal di usia muda banyak yang tidak terdeteksi lebih dini karena jarang melakukan general check up.

Hal tersebut membuat banyak pasien gagal ginjal di usia muda menjadi sulit dideteksi dan apabila datang sudah dalam keadaan harus cuci darah

Cara mencegah gagal ginjal di usia muda

Wachid memberikan beberapa cara untuk mencegah gagal ginjal di usia muda yang menekankan pada pola hidup sehat, seperti minum air putih cukup, olahraga rutin, dan mengonsumsi pola makan seimbang.

Pola makan sehat yang dapat dilakukan antara lain tidak mengonsumsi protein yang terlalu tinggi, makan karbohidrat sesuai takaran, dan perbanyak sayur serta buah kaya serat.

Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak mengonsumsi obat-obatan secara sembarangan, terutama obat pegal linu dan asam urat.

“Kemudian kalau yang memungkinkan ya melakukan deteksi dini, khususnya pada orang-orang yang memiliki risiko untuk terkena gangguan ginjal,” terangnya.

Orang-orang yang berisiko mengalami gangguan ginjal antara lain memiliki hipertensi, mengidap diabetes, dan memiliki riwayat keluarga menderita hipertensi atau diabetes, dan memiliki riwayat keluarga menderita gangguan ginjal.

Cek kesehatan sederhana yang dapat dilakukan apabila memiliki faktor risiko gagal ginjal antara lain melakukan cek gula darah, tekanan darah, dan urin secara rutin.

Sebagai informasi, penyakit diabetes atau hipertensi menjadi penyebab utama seseorang terkena gagal ginjal dalam jangka panjang.

Sementara itu, cek urin bertujuan untuk mengetahui protein urin yang merupakan pertanda awal dari gangguan fungsi ginjal sebelum peningkatan kadar urium kreatinin. Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved