Lama Diam, Sutiyoso Respons Disebut 'Bau Tanah', Minta Hercules Lakukan Hal Ini ke Gatot Nurmantyo

Namun meski minta maaf ke Sutiyoso, Hercules tidak melakukan hal yang sama kepada Gatort Nurmantyo

Editor: Joseph Wesly
KOMPAS.com/ BONFILIO MAHENDRA WAHANAPUTRA LADJAR)
DISEBUT BAU TANAH- Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007 Letnan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso. Sutioso merespons Hercules yang menyebutnya bau tanah. (KOMPAS.com/ BONFILIO MAHENDRA WAHANAPUTRA LADJAR) 

"Orang boleh takut kepada bapak Sutiyoso, saya tidak takut," katanya.

Ucapan Hercules akhirnya direspons oleh Gatot Nurmantyo dan Jawara Betawi. Keduanya menyebut Hercules kelewatan sehingga mengecam perkataan Hercules.

Hercules akhirnya minta maaf kepada Sutiyoso namun tidak kepda Gatot Nurmantyo.

Kini lewat sebuah wawancara dengan Youtube Prof. Rhenald Kasali, Hendropriyono berani mengungkapkan hal berbeda soal sosok Hercules.

Hendropriyono bahkan sempat menyebut Hercules mantan pahlawan yang turut berjuang demi negara Indonesia.

Perjuangan Hercules dibuktikan dengan kehilangan anggota badan dalam perang di Timur-Timur. 

"Kalau cuma soal Hercules, saya rasa kita juga harus berpikir dingin, walaupun hatinya mungkin panas," kata Hendropriyono dikutip dari Youtube Prof. Rhenald Kasali, Minggu (4/5/2025).

 Hendropriyono menjelaskan, bahwa Hercules, yang kala itu bertugas sebagai Tenaga Bantuan Operasi (TBO) di Timur-Timur, bersama para tentara TNI adalah korban konspirasi internasional. 

Bahkan, ia mengakui dirinya, termasuk para perwira yang bertugas kala itu dan Prabowo Subianto juga korban serupa. 

"Ini semuanya korban konspirasi internasional. Kita jangan lupa kenapa kalau dinilai meresahkan, berarti kan masalah pembinaan, sebenarnya kan bekas teroris, ini bukan bekas teroris ini bekas pahlawan yang sebenarnya harus kita bina secara sistemik," pungkasnya. 

Menurut Hendropriyono, Hercules dan para prajurit TNI di tahun 70-an merupakan korban dari konspirasi global.

"Yang nyuruh kita ke Timtim dulu siapa? Amerika. Dia mau balas kekalahannya di Vietnam. Tahun 74 dia kalah, 75 saya bulan Februari masuk operasi Seroja. Di perbatasan sana nanyak spanduk viva Amerika. Tapi 98 kita diusir," tutur Hendropriyono.

Ia juga mengatakan kalau Hercules cs adalah korban dari transisi itu termasuk juga perwira-perwira yang saat dulu ikut dalam operasi tersebut.

"Para veteran, termasuk (Prabowo), ini semua kan korban konspirasi," jelas dia.

Jika Hercules saat ini dinilai meresahkan, kata dia, berarti masalahnya ada pada pembinaan.

Ia membandingkan dengan para mantan teroris yang diberikan pembinaan oleh negara.

"Ini bukan bekas teroris, ini bekas pahlawan, yang sebanarnya harus kita bina secara sistemik," kata Hendropriyono lagi.

Sebab menurut Hendropriyono, Hercules juga ikut dilibatkan dalam operasi di Timor Timur saat itu.

Bahkan Hercules memiliki tugas penting, yakni pemegang kunci senjata dan peluru.

"Padahal dulu dia waktu di Timor Timur sebelum Timor Leste, dia itu kita percaya pegang kunci senjata dan peluru, dia yang pegang, jadi saking kita percayanya," ujarnya lagi.

Sehingga menurut dia, Hercules sebaiknya dibina, bukan dihilangkan.

"Jadi orang yang kita percaya sekarang berbuat apapun, jangan dibunuh, kasarnya. Walaupun pembunuhan itu perdata," ucap dia.

Sebab dengan begitu, kata Hendropriyono, bisa membuat rasa nasionalisme Hercules bisa langsung padam.

"Bukannya saya mau bela, saya tetap anti premanisme. Tapi kita kan punya hati nurani, kalau soal ini kan kecil," tandasnya.

"Masyarakat harus bisa menerima dulu cerita ini, harus sama-sama mengatasi premanisme secara sistemik," tambahnya.

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com 

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Solo
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved