Visum Ungkap Luka di Tubuh Anak Autis Diduga Dilecehkan Guru di Ciputat 

Indikasi kuat adanya tekanan atau peremasan. Namun karena sudah dua minggu sejak kejadian, warnanya sudah mulai memudar

Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joseph Wesly
(TribunTangerang/Ikhwana Mutuah Mico)
ANAK AUSTIS DILECEHKAN- Remaja perempuan berinisial HP (17) diduga menjadi korban kekerasan seksual di sekolahan khusus di kawasan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. HP merupakan siswi di sekolahan khusus yang diagnosis Autism Spectrum Disorder (ASD). (TribunTangerang/Ikhwana Mutuah Mico) 

"Mulai terlihat perilaku negatif baru dari korban. Ibu korban mencurigai adanya perubahan karena korban mulai menunjukkan perilaku seperti memegang dan meremas bagian vital milik ibu. Ini adalah perilaku yang sebelumnya belum pernah muncul," kata Muhammad Cahyadi kepada TribunTangerang.com, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (28/5/2025).

Setelah berbulan-bulan dihantui kecurigaan, ibu korban memutuskan untuk mencoba pendekatan yang lebih pelan dan penuh strategi.

Ia duduk bersama anaknya dan mulai bertanya satu per satu tentang teman-temannya di sekolah. Semuanya dijawab dengan kata “baik”. 

Namun suasana berubah ketika ibu mulai menyebut nama-nama guru kepada korban.

Ketika nama salah satu guru laki-laki disebutkan, sang anak tiba-tiba merespons cepat dan tegas.

"Ketika semua temannya ditanya, dijawabnya baik semua. Ibu korban menceritakan satu-satu, bertanya satu-satu nama dari guru. Ketika kita sebut ex (terduga pelaku) berjenis kelamin laki-laki, yang terjadi, korban mengatakan "Itu jahat, itu jahat, itu jahat"," kata Muhammad Cahyadi.

Cahyadi mengatakan bahwa ibu korban paham betul kondisi anaknya tidak akan bisa menyampaikan sesuatu secara eksplisit, maka ia melanjutkan dengan pendekatan yang lebih personal.

Ia menjelaskan bahwa saat itu ibu korban menggunakan kata yang digunakan dalam keluarga yaitu “pocah” atau “pocah-pocah”.

Kata tersebut adalah istilah yang mereka gunakan untuk merujuk pada tindakan fisik seperti memegang, meremas, atau membelai bagian tubuh.

“Apakah kamu dipocah-pocah oleh X (nama oknum guru)?” tanya ibu korban kepada sang anak.

Dan anak tersebut menjawab dengan satu kata yaitu “Iya".

Mendengar perkataan sang anak, Ibu korban segera menghubungi wali kelas anaknya, berharap respons cepat dan penanganan yang serius dari pihak sekolah.

Kata Muhammad Cahyadi, pihak sekolah baru memberikan respon setelah seminggu laporan disampaikan.

Ia mengatakan pihak sekolah hanya melakukan pemanggilan biasa bukan pertemuan formal.

"Tindak Lanjut dari Sekolah Sekitar seminggu kemudian, pihak sekolah merespons. Namun, respons tersebut tidak berupa pertemuan formal, hanya pemanggilan biasa yang belum menyelesaikan permasalahan secara tuntas," kata Muhammad Cahyadi.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved