Modal Rp 300.000, Pria Asal Tangerang Ini Berhasil Raup Omzet Ratusan Juta dari Usaha Keripik Tempe
Tahun 2013 saya berhenti menjadi buruh pabrik dan dapat pesangon untuk memulai usaha kue bersama teman. Saya sudah persiapkan tetapi akhirnya gagal
Penulis: Nurmahadi | Editor: Joseph Wesly
TribunTangerang/Nurmahadi
KERIPIK TEMPE-Rumah produksi keripik tempe milik Nurkholis, warga warga Desa Curug Wetan, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, saat dikunjungi, Minggu (22/6/2025). Usaha keripik tempe Nurkholis bahkan berhasil menembus pasar ritel modern dan sentra oleh-oleh di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek). Tak hanya itu produk keripik tempe Nurkholis ini juga sudah melenggang di pasar global. (Tribuntangerang.com/Nurmahadi)
Laporan Reporter Tribuntangerang.com, Nurmahadi
TRIBUNTANGERANG.COM, CURUG - Siapa bilang modal kecil tidak bisa memiliki peluang usaha? Nurkholis (43), warga Desa Curug Wetan, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, membuktikan bahwa hanya dengan modal Rp 300.000 berhasil meraup omzet hingga ratusan juta dari usaha keripik tempe.
Usaha keripik tempe Nurkholis bahkan berhasil menembus pasar ritel modern dan sentra oleh-oleh di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek).
Tak hanya itu produk keripik tempe Nurkholis ini juga sudah melenggang di pasar global.
Usaha keripik tempe ini mulai ditekuni Nurkholis sejak tahun 2014 lalu, setelah mengalami kegagalan saat mencoba membuka usaha kue lapis surabaya.
"Tahun 2013 saya berhenti menjadi buruh pabrik dan dapat pesangon untuk memulai usaha kue bersama teman. Saya sudah persiapkan tetapi akhirnya gagal hingga semua modal habis dan tersisa hanya Rp 300.000," katanya saat diwawancarai tribuntangerang.com, Minggu (22/6/2025).
Sisa uang Rp 300.000 di kantong Nurkholis pada saat itu lantas dibelikan dua kilogram kedelai, kemudian dijadikan keripik tempe.
Tak disangka produk keripik tempe buatannya berkembang pesat. Pembelian kedelai pun bertambah menjadi delapan kilogram, hingga akhirnya mencapai 10 kilogram per hari.
"Awalnya, saya melihat keripik tempe di pasar, lalu saya mencoba untuk membuat usaha keripik tempe tersebut. Setelah mendapatkan respons yang baik, saya memperbanyak produksinya untuk dipasarkan," ungkap Nurkholis.
Keripik tempe itu awalnya hanya dipasarkan di pasar tradisional dan warung-warung kecil di dekat rumahnya.
Setelah 10 tahun berjalan, pesanan mulai datang dari wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi.
"Sekarang produksi keripik tempe sudah mencapai 300 kilogram per hari. Pemasarannya juga sudah merambah ke toko-toko ritel modern dan sejumlah sentra oleh-oleh yang ada di wilayah Jabodetabek," katanya.
Bukan hanya dari pasar lokal, pesanan keripik tempe produksi Nurkholis juga datang dari Australia sejak tahun 2018. Pesanan tersebut diterima setiap bulan dengan jumlah yang bervariasi mulai dari 500 kilogram hingga 1 ton.
"Waktu itu, awalnya ada perwakilan dari Australia datang ke tempat produksi dan memesan keripik tempe hingga sekarang. Sebelum pandemi Covid-19, pesanan dari sana datang setiap minggu, tetapi sekarang hanya sebulan sekali." katanya.
Pria asal Semarang, Jawa Tengah itu juga mengatakan pesanan lainnya direncanakan akan datang dari Singapura.
Meskipun demikian, perwakilan dari Singapura akan mengunjungi terlebih dahulu tempat produksi sebelum melakukan pemesanan keripik tempe.
"Rencananya bulan ini akan ada perwakilan dari Singapura yang akan melihat langsung tempat produksi keripik tempe. Semoga nanti mereka bisa langsung memesan dan usaha keripik tempe saya ini semakin berkembang," tuturnya.
Dalam sebulan usaha keripik tempe Nurkholis berhasil meraup pendapatan kotor hingga Rp 150.000.0000 hingga Rp 200.000.000.
"Kalau dulu omzet 5 juta sebulan dan itu dikerjakan sendiri. Sekarang, sudah ada karyawan, jadi pendapatan bertambah tetapi pengeluaran juga meningkat. Saya harus menggaji karyawan dan membeli bahan baku kembali," kata Nurkholis.
Keripik tempe produksi Nurkholis memiliki lima varian rasa, mulai dari yang original, spicy, daun jeruk, rumput laut, dan balado. Ukuran keripik tempenya juga bervariasi mulai dari 100 gram hingga 500 gram.
Adapun harga untuk satu bungkus ukuran 100 gram dibanderol sebesar Rp 16.000, sedangkan untuk bungkus ukuran 500 gram dibanderol Rp 35.000. Sementara untuk harga grosiran, mulai dari Rp 80.000 hingga Rp 100.000.
Keripik tempe buatan Nurkholis ini terus dipertahankan kualitasnya dengan cara membuat bahan baku tempe sendiri.
Pembuatan bahan baku tempe secara mandiri juga dilakukan untuk meminimalkan biaya produksi.
"Jika bahan tempenya dibeli biaya produksinya lebih tinggi, sedangkan kompetitor kita menjual dengan harga murah. Oleh karena itu, saya harus bisa membuat tempe sendiri, karena ini juga untuk mempertahankan kualitas," tandas Nurkholis. (m41)
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
Baca Juga
Olla Ramlan Beri Klarifikasi Isu Dekat dengan Teuku Ryan: Kami Tuh Satu Manajemen |
![]() |
---|
Polri Bekukan Sementara Penggunaan Sirene dan Rotator Non Priotitas di Jalan Raya |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Banten Minggu 21 September 2025: Sebagian Wilayah Hujan Ringan |
![]() |
---|
Jadwal SIM Keliling di Tangerang Selatan Minggu 21 September 2025, Berikut Persyaratnnya |
![]() |
---|
Jack Arianto Damanik Warga Pematangsiantar Sumut Diterlantarkan di Pulau Kosong di Maluku karena TBC |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.