Sekolah Rakyat

Mimpi Anak Guru Ngaji Jadi Dokter Nyaris Padam, Kini Hidup Kembali di Sekolah Rakyat

Waktu itu saya mikir, mustahil. Tapi saya terus berdoa. Minta sama Allah. Akhirnya terkabul. Alhamdulillah

Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joseph Wesly
TribunTangerang/Ikhwana Mutuah Mico
JADI DOKTER- Subhan menceritakan pengalaman anaknya bisa bersekolah di Sekolah Rakyat Tangsel. Sang anak bercita-cita jadi dokter. (TribunTangerang.com - Wartakota Network/Ikhwana Mutuah Mico). 

Laporan Wartawan
TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico

TRIBUNTANGERANG.COM, SERPONG UTARASubhan, seorang guru ngaji di Serang, Banten, telah mengabdi selama lebih dari 15 tahun dengan penghasilan sederhana. Dari kehidupan yang bersahaja itu, tumbuh mimpi-mimpi besar di hati anaknya di tengah keterbatasan.

Di antara lima anaknya, Subhan mengungkapakan putrinya, Dewi Asih menjadi tumpuan karena memiliki impian menjadi seorang dokter. 

Cita-cita yang terdengar megah untuknya, terlalu jauh bagi keluarganya yang hanya berpenghasilan tak sampai Rp2 juta sebulan. 

Namun bagi Subhan, cita-cita sang buah hati bukan alasan untuk menyerah.

“Selagi ada kesempatan, ya saya dukung,” katanya lirih kepada TribunTangerang.com, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, Sabtu (23/8/2025).

“Anak saya punya cita-cita tinggi, masa saya diam saja?” lanjut Subhan.

Baca juga: Alasan Anak di Sekolah Rakyat Tangsel Masih Disuplai Katering Bukan MBG

Di tengah pengeluaran bulanan yang kian menekan, Subhan mengungkapkan hampir Rp5 juta hanya untuk pendidikan membuatnya tak berhenti mencari jalan.

Setiap hari, ia menggali harapan dengan membuat lubang tertutup, kadang terbuka lagi. Tapi ia terus melangkah. Seperti saat Dewi tiba-tiba memutuskan ingin berhenti dari pesantren.

“Saya mau sekolah, Pak. Saya masih mau jadi dokter,” cerita Subhan mengingat momen Dewi meminta kepadanya dengan suara yang nyaris patah.

Tiga bulan Dewi menunggu di rumah. Hingga akhirnya, pintu itu terbuka. 

Subhan mengatakan ada seorang anggota PKH datang, menawarkan kesempatan emas yaitu sekolah rakyat gratis. 

Tak menunggu lama, lanjut Subhan, dengan hati bergetar, ia mendaftarkan Dewi hingga diterima.

“Waktu itu saya mikir, mustahil. Tapi saya terus berdoa. Minta sama Allah. Akhirnya terkabul. Alhamdulillah,” kisah Subhan menahan haru.

Kini Dewi mulai melangkah lagi. Dengan semangat baru, di sekolah rakyat yang tak hanya menggratiskan biaya, tapi juga memberi ruang bagi mimpi-mimpi yang dulu hampir padam. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved