TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Kerupuk merupakan varian makanan yang kerap digandrungi masyarakat. Baik itu kerupuk berwarna putih mau pun cokelat.
Saking sukanya masyarakat akan kerupuk, bahkan disaat pandemi banyak usaha yang menurun produksi sehingga menutup usaha, usaha pembuatan kerupuk salah satu yang kokoh bertahan.
Di seputaran Jabodetabek pun, sentra pembuatan kerupuk juga ada.
Salah satunya di Pabrik Kerupuk MHT di Kota Tangerang.
Saat Tribuntangerang.com mengunjungi pabrik kerupuk tersebut, tampak para pekerja tengah sibuk membuat kerupuk.
Baca juga: Arief R Wismansyah Borong Kerupuk dari Pedagang Perempuan saat Tengah Malam
Mereka terlihat berkeringat karena hawa panas di dalam pabrik tersebut.
Awalnya para pekerja terlebih dulu membuat adonan. Adonan ini terbuat dari terigu dan diberi bumbu sehingga rasa ikan pun terasa.
Adonan dimasukan ke dalam mesin yang disediakan. Kemudian digiling pada mesin tersebut.
Setelah itu adonan kembali dimasukan ke mesin. Namun kali ini pada mesin cetak.
Dari mesin cetak itu terbentuk kerupuk berukuran bulat. Namun ukurannya masih tampak kecil.
Lalu setelah dicetak dimasukan ke dalam mesin oven besar. Mesin ini berisi kayu untuk membakar proses pemasanan.
Setelah dimasukan ke salam tungku besar, kerupuk tersebut kemudian dijemur. Lalu digoreng hingga mengembang besar.
Hendra selaku pemilik Pabrik Kerupuk MHT mengaku bawah usahanya ini sudah berdiri dari tahun 1992. Dan mengalami perkembangan yang cukup luar biasa.
Baca juga: Ahmed Zaki Iskandar Luncurkan Podcast Si Jabrik sebagai Ajang Promosi Produk UMKM
"Pegawainya yang produksi sebanyak 12 orang. Untuk yang memasarkannya lebih dari 30 orang," ujar Hendra kepada Tribuntangerang.com, Minggu (13/3/2022).
Menurutnya kerupuk tersebut dipasarkannya ke wilayah Tangerang. Seperti restoran, warteg mau pun tempat makan lainnya.
"Tiap hari bisa produksi sampai 3.000 kerupuk," ucapnya.
Usaha tersebut dirintis sebelumnya oleh oran tuanya. Kemudian saat ini mulai diwariskan kepada anak-anaknya.
"Selama pandemi Covid-19 tidak terlalu berpengaruh. Kami tetap produksi seperti biasanya," kata Hendra. (dik)