TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA – Para tenaga kesehatan (nakes) jadi garda terdepan penanganan Covid-19.
Banyak kisah para nakes yang bahkan rela berjauhan dari keluarga menjadi relawan di Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta.
Mengenakan sweater lengan pendek berwarna kuning, pria asal Bengkulu mengaku sudah menjadi relawan tenaga kesehatan nakes di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Utara sejak awal pandemi Covid-19 tahun 2020.
“Saya sudah jadi relawan di sini sejak Minggu (29/3/2020) waktu awal corona, saya langsung tergerak menjadi relawan nakes dan terbang dari Bengkulu menuju Jakarta,” ujar Saparudin.
Baca juga: Sepekan Setelah Lebaran, RLC Kota Tangsel Kosong Pasien Covid-19
Pria berumur 28 tahun itu mengatakan, sudah tiga kali Bulan Ramadan tidak ia habiskan bersama dengan keluarganya di Bengkulu.
Sapar lebih memilih untuk menjalankan tugas kemanusiaan sebagai relawan nakes di RSDC Wisma Atlet.
Hal yang membuat ia bertahan hingga saat ini adalah semboyan yang selalu Sapar tanamkan, yaitu pantang pulang sebelum corona tumbang.
“Jadi memang saya dan teman-teman bakal tetap ada di sini sebelum corona benar-benar menghilang,” ujar pria kelahiran tanggal 16 Agustus itu.
Baca juga: Selain Urai Kemacetan, Demokrat Setuju WFH Usai Lebaran untuk Upaya Isoman Cegah Covid-19
Sapar bercerita kepada wartakotalive.com, Rabu (11/5/2022) di Ruang Media Center, Tower 1, RSDC Wisma Atlet, walaupun keluarganya mendukung, tetapi terkadang mereka berkeluh kesah karena tiap Idulfitri ia tidak ada di rumah.
“Motivasi awal saya ya karena dukungan dari keluarga, khususnya kedua orangtua saya. Walaupun keluarga mendukung, tapi pernah ada sedikit komplain dari mereka, ketika saya tidak bisa pulang ke Bengkulu saat Idulftri,” ujar pria lulusan Poltekkes Kemenkes Bengkulu itu.
Sapar berkomitmen, dirinya tidak mau menyebarkan virus kepada keluarga yang ada di rumah.
Walaupun ia rutin untuk check up Covid-19 di RSDC Wisma Atlet. Namun dia tidak mau membahayakan orang-orang tersayang yang ada di Bengkulu.
Komitmen Sapar runtuh ketika Senin (17/8/2020), mau tidak mau Sapar harus pulang sebentar ke Bengkulu karena ayahnya meninggal.
Dengan nada yang sedih, Sapar bercerita bahwa tanggal meninggal ayahnya bertepatan setelah satu hari ulang tahunnya.
“Saat itu, mau tidak mau saya harus pulang. Saya sebenarnya sudah ikhlas, karena memang bapak kondisinya sudah cukup tua. Tapi yang membuat saya sedih adalah ketika saya sampai di rumah, saya sudah tidak sempat melihat jenazah bapak untuk yang terakhir kalinya,” ujar Sapar dengan nada sedih sambil mengingat kejadian waktu itu.
Sapar sadar, bahwa ia harus ikhlas karena masih ada tugas mulia yang menantinya di RSDC Wisma Atlet.
Baca juga: Terlalu Dini Mengaitkan Hepatitis Akut Misterius dengan Covid dan Vaksinasi
Beberapa hari setelah ayahnya meninggal, Sapar langsung kembali ke Jakarta untuk melanjutkan komitmennya menjadi relawan nakes bagi para pasien Covid-19.
Banyak hal menarik yang membuat Sapar betah di RSDC Wisma Atlet.
Contohnya adalah bertemu dengan relawan lain yang memang datang dari Sabang sampai Merauke.
“Mereka itu sudah seperti keluarga sendiri. Terkadang kita bisa tertawa lepas hanya karena kita berkomunikasi dengan bahasa masing-masing. Hal seperti itu yang membuat capek tidak begitu dirasakan. Ibarat kata, teman-teman di sini sudah seperti mood booster bagi saya,” ujar Sapar dengan nada senang.
Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Beijing Tutup Puluhan Stasiun dan Rute Bus
Selain itu, Sapar juga mengatakan, kekompakkan mulai dari relawan hingga staf yang ada di RSDC Wisma Atlet, membuat ia belajar banyak.
Menurutnya, kekompakkan seperti itulah yang susah ia dapatkan di tempat lain.
Akhir obrolan dengan wartakotalive.com, pria yang pernah bekerja di RS AR Bunda Lubuklinggau, Sumatra Selatan mengingatkan, bahwa Covid-19 masih ada. Sebaiknya kita tetap mentaati protokol kesehatan.
“Mungkin kita terbiasa karena sudah dua tahun hidup dengan corona ini. Tapi pesan saya, tetap jaga kesehatan, pakai masker, cuci tangan, dan menjaga jarak. Karena kesehatan itu mahal harganya. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Intinya, corona ini masih ada. Harus tetap prokes, jangan lupa vaksin, jangan lupa booster, biar cepat kita kelar dari corona ini,” tutup Sapar. (m36)