Keluarga Tunggu Jenazah Pratu Miftahul Dibawa Pulang ke Pacitan, Almarhum Tinggalkan Anak 2 Tahun

Editor: Ign Prayoga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pratu Miftahul Arifin, prajurit TNI yang gugur di Papua meninggalkan seorang istri dan anak berusia 2 tahun. Pihak keluarga Miftahul Arifin di Pacitan sudah menerima kabar duka tersebut, Senin (17/4/2023).

TRIBUNTANGERANG.COM, PACITAN - Anggota TNI AD Pratu Miftahul Arifin gugur dalam tugas Papua, Sabtu (15/4/2023).

Miftahul Arifin yang tengah menjalankan tugas pencarian pilot Susi Air, ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Kabar duka ini telah sampai kepada keluarga Miftahul Arifin di Pacitan, Jawa Timur. Almarhum meninggalkan seorang istri dan seorang anak yang berusia 2 tahun.

Sang istri, Wakhidia Nur Azizah, ingin agar jenazah suaminya bisa segera dibawa pulang ke Pacitan dan dimakamkan di tanah kelahirannya.

"Semoga lekas ketemu," ujar Aziza kepada wartawan, Senin (17/4/2023).

Azizah terus memantau upaya evakuasi suaminya di pedalaman Papua. 

Miftahul Arifin rutin berkomunikasi dengan Aziza. Dia selalu minta selalu didoakan saat tugas patroli ataupun tugas jaga pos

"Saat berkomunikasi dengan keluarga, korban selalu meminta didoakan," ujar Azizah yang berprofesi sebagai guru SD.

Miftahul Arifin merupakan putra pertama pasangan Agus Santoso dan Parmini, warga Bandar, Pacitan.

Profil Pratu Miftahul Arifin 

Miftahul Arifin merupakan seorang prajurit TNI AD kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 31 Maret 1996.

Di kesatuannya, Miftahul Arifin menjabat sebagai Danpokpan 1-Ru3/1/B/Yonif R 321/GT/13/1/Kostrad dengan pangkat Prajurit Satu (Pratu).

Miftahul Arifin merupakan anak pertama dari pasangan Agus Santoso dan parmini.

Istrinya, Wakhidia Nur Azizah merupakan seorang guru honorer SD.

Miftahul Arifin bersama anak dan istrinya tinggal di Dusun Krajan RT 02 RW 02, Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Kronologi

Pratu Miftahul Arifin gugur dalam tugas di Papua.

Dia terkena tembak dan jatuh ke dalam jurang sedalam 15 meter di Mugi-Mam, Kabupaten Nduga.

Mabes TNI menyatakan, informasi yang diterima dari lokasi masih sangat terbatas karena terkendala cuaca hujan dan berkabut.

"Namun demikian upaya-upaya memberikan bantuan dan evakuasi tetap dilaksanakan," ujar Kapuspen TNI.

Peristiwa penyerangan itu berawal ketika prajurit TNI dari Satgas Yonif R 321/GT sedang melaksanakan tugas di wilayah Kabupaten Nduga, Papua.

Satgas TNI tersebut mencari pilot Susi Air yang disandera KKB Papua. Pada satu titik, para prajurit TNI diserang dan ditembaki oleh KKB Papua.

Serangan yang menewaskan Pratu Miftahul Arifin tersebut diklaim oleh kelompok Egianus Kogoya.

Mereka menyatakan menembak sembilan anggota TNI dan merampas senjata para prajurit NKRI tersebut.

Namun klaim ini dibantah oleh TNI. 

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id