Mendaki Gunung Sumbing via Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menawarkan keindahan alam seperti di Namche Bazaar, kota di Nepal yang menjadi titik mula pendakian Gunung Everest.
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - TribunTangerang.com, satu di antara jaringan Warta Kota (Warta Kota Network), menjajal jalur tersebut, pertengahan November 2023 lalu.
Kami mulai mendaki, Jumat (17/11/2023) pagi. Saya "nanjak" bersama tiga rekan yakni Ruli "Bandung" Yanuar, Anggit Chandra, dan Vinkansha Santikawangi.
Bagi kami, ini pendakian pertama baik ke Gunung Sumbing pun melewati Dusun Butuh.
Yang kami tahu sebatas Gunung Sumbing berada 3.371 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan berstatus gunung tertinggi kedua di Provinsi Jawa Tengah setelah Gunung Slamet.
Kemudian gunung ini memiliki sejumlah jalur pendakian antara lain Bowongso, Capit Parakan, Garung, Sipetung, termasuk Butuh Kaliangkrik.
Jalur Dusun Butuh, Kaliangkrik, kami pilih lantaran disebut-sebut memiliki suasana seperti di Namche Bazaar, kota kecil di Distrik Solukhumbu, Provinsi Koshi, belahan timur Nepal.
Kota yang berada di ketinggian 3.440-3.637 mdpl ini dikelilingi puncak es gugus Pegununangan Himalaya seperti Lhotse, Kanchenjunga, Kongde, dan Nuptse.
Namche Bazaar sekaligus menjadi titik mula pendakian ke Gunung Everest. Namanya begitu wangi di kalangan pendaki.
Atas dasar inilah kami memiliki mendaki Gunung Sumbing via Dusun Butuh, Kecamatan Kaliangkrik.
Begitu melihat langsung kondisinya di lapangan, label "Nepal Van Java" rasanya tak salah bila disematkan kepada Dusun Butuh.
Dari kejauhan, kami sudah disuguhi keindahan alam Gunung Sumbing yang di lerengnya terdapat rumah penduduk warna-warni yang berundak-undak.
Bila langit sedang cerah, latar belakang rumah penduduk berundak-undak tersebut adalah pemandangan Gunung Sumbing.
Sengatan hawa dingin tak bisa menahan keinginan kami untuk mendokumentasikannya entah lewat jepretan foto pun sorotan video.
Begitu rampung memuaskan mata, kami bergegas menuju basecamp--berada di ketinggian 1.722 mdpl--untuk melakukan registrasi.
Tarif fasilitas basecamp dan parkir motor adalah Rp 10.000.
Untuk parkir mobil harganya Rp 20.000. Lalu biaya retribusi pendakian per kepala sebesar Rp 25.000.
Kami diminta mengisi formulir pendakian dan meninggalkan satu kartu identitas.
Selepas Salat Jumat atau tepatnya pukul 13.00 WIB, kami memulai pendakian.
Kami memutuskan untuk naik ojek yang memang tersedia. Pengojeknya merupakan warga Dusun Butuh.
Kami menyusuri setiap gang dan perkebunan sayur warga. Di area perkampungan, jalanannya sudah dicor, namun begitu masuk area perkebunan, jalanan menanjak tersebut didominasi batu-batu besar tersusun.
Tak semuanya rapi, ada beberapa bagian yang batunya sudah "keluar jalur" namun masih bisa dilintasi.
Pengojek mengantar kami sampai titik pemberhentian terakhir, sekitar 150 meter di bawah pos 1.
Basecamp-pos 1 bila menggunakan ojek ditempuh lebih kurang 30 menit. Namun bila jalan kaki, waktu yang diperlukan sekira satu hingga dua jam, bergantung kondisi masing-masing pendaki.
Di Pos 1, Anda bisa rehat sejenak. Ada tiga warung berderet yang menyediakan beragam kebutuhan utamanya untuk mengisi perut.
Bisa pula menyaksikan pemandangan bentang alam luas berwarna hijau menyegarkan mata. Pos 1 berada di ketinggian 2.127 mdpl dan memiliki sumber air dari pipa yang dibikin warga.
Dari Pos 1 ke Pos 2, perjalanan akan memakan waktu sekitar satu setengah jam. Medannya menanjak dengan kombinasi permukaan tanah dan batu-batuan.
Pada beberapa titik, ada sejumlah jalur yang dibikin serupa tangga menggunakan kayu-kayu. Pembuatnya warga lokal.
Bedanya dengan jalur basecamp-Pos 1, Anda sudah memasuki hutan pinus yang lebat.
Udaranya begitu sejuk dengan suhu relatif lebih dingin. Sepanjang trek Pos 1-Pos 2, tidak terdapat sumber air.
Sampai di Pos 2, Anda akan melihat tanah datar yang luasnya lebih kecil dari Pos 1.
Serupa dengan Pos 1, ada penanda berupa tiang pipa bertuliskan Camp 2. Pos 2 berada di ketinggian 2.458 mdpl.
Waktu tempuh sekitar satu setengah jam juga bakal dilakoni dari Pos 2 menuju Pos 3.
Treknya tanah, cenderung landai, dan terdapat sumber air berupa jalur sungai meski jumlah debitnya bergantung musim atau bulan ketika Anda memulai pendakian.
Yang menarik dari jalur ini adalah hamparan Kota Magelang, Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan Ungaran.
Kami tiba di Pos 3 ini sekitar pukul 18.30 WIB lalu bermalam. Pos 3 berada di ketinggian 2.638 mdpl dan memiliki banyak spot untuk mendirikan tenda.
Sabtu (18/11/2023) pukul 06.30 WIB, kami melanjutkan perjalanan menuju "Puncak Sejati" Gunung Sumbing, istilahnya summit attack.
Barang-barang berat seperti carrier dan tenda ditinggal di Pos 3.
Kami hanya membawa perlengkapan "seperlunya" seperti botol air mineral, makanan ringan, madu, cokelat, hingga jas hujan atau ponco.
Sekadar mengingatkan, peralatan yang dibawa menyesuaikan kondisi saat pendakian berlangsung.
Dari Pos 3 ke Pos 4 perjalanan memakan waktu sekitar dua jam. Treknya dominan menanjak dengan medan tanah dengan semak pada kanan-kiri jalur setapak.
Bentang alam sepanjang Pos 3 menuju Pos 4 begitu menawan. Apalagi kami beruntung karena sepanjang perjalanan cuaca cerah dengan latar langit biru.
Pos 4 kerap digunakan para pendaki untuk mendirikan tenda. Areanya jauh lebih luas ketimbang Pos 3, namun lebih terbuka dan rentan "dihantam" angin kencang.
Pos 4 punya julukan "Pos Pohon Tunggal", ketinggiannya 2.983 mdpl. Bila sudah tiba di Pos 4, Anda tinggal berjarak dua setengah jam menuju Puncak Sejati.
Gunung Sumbing sendiri memiliki beberapa puncak seperti Puncak Rajawali, Puncak Kawah, dan Puncak Buntu.
Sebelum mencapai Puncak Sejati, Anda bakal menemukan pertigaan. Ke kiri merupakan rute menuju Puncak Sejati yang berada di ketinggian 3.371 mdpl.
Ke mana jika belok kanan yang diambil? Belok kanan adalah jalan menuju sabana, kawah, dan Puncak Rajawali.
Kami tiba di Puncak Sejati pukul 11.00 WIB. Dua rekan saya, Bandung dan Vinkan, setengah jam lebih cepat tiba di puncak.
Saya dan Anggit lama beristirahat dan sempat tertidur 15 menit di jalur pendakian.
Di puncak, kami menikmati pemandangan langit biru dengan gugusan Gunung Merapi, Ungaran, dan Merbabu.
Percobaan "jalur baru"
Saya dan Anggit menikmati panas terik berpadu pemandangan alam di Puncak Sejati hingga pukul 12.30 WIB.
Sedangkan Bandung dan Vinkan 20 menit lebih dulu turun menuju Pos 3. Dari puncak menuju Pos 3 tempat kami menginap normalnya melewati Pos 4 terlebih dulu.
Namun lantaran keterbatasan diri alias fisik jompo, kami memakai jalan pintas.
Modalnya: melihat dua pemuda asal Pati--yang kami kenal di jalur pendakian--serta rumput yang rebahan.
Sembari menahan nyeri di lutut, kerongkongan-bibir yang mengering karena persediaan air habis, kami menuruni jalur yang sebelumnya dipakai sewaktu mendaki.
Jalur menuju Pos 4 semestinya ada di sisi kiri namun jalannya memutar.
Sedangkan apa yang saya dan Anggit saksikan sungguh melenakan; dua pemuda Pati berhasil membelah satu punggungan setelah mengambil jalur di sisi kanan.
Mereka sudah jauh di bawah sedangkan kami saling bertatapan di jalur tanah berpasir di bawah semburat matahari.
Jadilah rencana berubah! Kami mengekor jalur mereka. Cara ini tak sepenuhnya mulus karena jalur curam yang dilintasi dikepung ilalang.
Kami mengikuti jalan yang rumputnya berbaring. Rumput merebah rupanya licin bila diinjak atau berdiri di atasnya.
Jadi cara turun kami pun berbeda, ngesot, mengandalkan pantat, ngeremnya pakai kaki dan tangan. Mirip anak-anak main perosotan.
Singkat cerita, kami tiba di gundukan batu yang sempat kami tandai dalam perjalanan menuju puncak. Persis di area bebatuan.
Pos 4 sudah jauh dilewati. Bila musim hujan, rasanya batu-batuan itu menjelma sungai. Di sana kami mengambil air dari kubangan.
Yang jelas kami berhasil memotong satu punggungan. Perlu dicatat, kami berani menempuh cara ini karena cuacanya mendukung dari awal attack summit hingga turun.
Selain itu ketika menuruni puncak, terlihat jalan setapak yang sepertinya pernah dilintasi orang lain.
Posisinya ada di punggungan sebelah kanan jalur normal. Panduan lain adalah flysheet tenda oranye yg mudah dikenali.
Flysheet itu menutupi tenda kami. Bila alam tak mendukung, sungguh kami tak akan memaksa diri.
Sedikit lambat tapi selamat jauh lebih penting ketimbang cepat namun riwayat tamat.
Kami akhirnya tiba di tenda pukul 15.55 WIB karena lama beristirahat di area bebatuan.
Begitu tiba, kami disuguhi buah mangga diiris dicampur nata de coco. Seger rasanya, maknyus.
Kami menginap semalam lagi di Pos 3 karena mengukur kemampuan. Minggu (19/11/2023) pukul 09.15 WIB, kami turun menuju basecamp.
Pukul 10.00 WIB, kami tiba di Pos 2. Jam 11.15 sudah di Pos 1 dan tiba di basecamp pukul 13.00 WIB. Pukul 15.00 WIB, kami bertolak menuju Jakarta.
Estimasi Waktu Pendakian Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik:
- Basecamp-Pos 1: Sekitar 1 jam (jalan kaki)
- Basecamp-Pos 1: 30 menit (naik ojek)
- Pos 1-Pos 2: Sekitar 1 jam 30 menit
- Pos 2-Pos 3: Sekitar 1 jam 30 menit
- Pos 3-Pos 4: Sekitar 2 jam
- Pos 4-Puncak Sejati: Sekitar 2 jam
Catatan: Waktu tempuh bisa berbeda-beda di antara pendaki, tergantung kondisi fisik dan lama istirahat yang diambil
Dapatkan Informasi lain dari TribunTangerang.com via saluran WhatsApp
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News ya