Tiopan Purba Minta Pemerintah Indonesia Ungkap Kasus Penembakan yang Tewaskan Keponakannya di Peru

Keluarga besar meminta Pemerintah Pusat agar mengusut tuntas kasus yang menewaskan Zetro Leonardo Purba di Peru.

Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Joko Supriyanto
TribunTangerang.com/Gilbert Sem Sandro
PENEMBAKAN DI PERU = Paman Zetro, Tiopan Purba (kanan) saat menyampaikan permohonan kepada Kemenlu RI di Gedung Human Remains atau Kargo Jenazah Bandara Soekarno-Hatta, Benda, Kota Tangerang, Banten, Selasa (9/9) malam. 

Diberitakan sebelumnya, pemulangan jenazah Zetro juga dilakukan usai proses autopsi dilakukan di Peru dan selanjutnya dikoordinasikan dengan pihak rumah duka serta maskapai penerbangan.

Pasalnya selama proses repatriasi, jenazah harus ditempatkan dalam peti khusus standar internasional penerbangan, melalui pemeriksaan keamanan kargo, serta izin ekspor jenazah dari otoritas Peru.

Hal ini membuat waktu perjalanan lebih panjang lantaran memerlukan koordinasi lintas negara.

Rombongan yang membawah jenazah staf KBRI di Peru menaiki pesawat Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (maskapai penerbangan nasional Belanda).

Dengan kode penerbangan KL 809 rute penerbangan Amsterdam menuju Bandara Soekarno-Hatta atau AMS-CGK.

Adapun saat kejadian berlangsung, diplomat berusia 40 tahun tersebut awalnya sempat dilarikan ke Klinik Javier Prado, namun nyawanya tidak tertolong. 

Istrinya yang berada di lokasi selamat dan kini mendapat perlindungan kepolisian setempat.

Penembakan terjadi di Distrik Lince, sekitar 1,5 kilometer dari gedung KBRI. Kepolisian Peru menyebut pelaku adalah pembunuh bayaran atau sicariato yang kabur menggunakan sepeda motor.

Menteri Dalam Negeri Peru, Carlos Malaver, menegaskan tidak ada barang berharga yang hilang, sehingga kuat dugaan korban memang menjadi target.

Media lokal La Republica melaporkan, polisi menduga keterlibatan jaringan kriminal 'One Family'.

Jaringan kriminal 'One Family' adalah kelompok kejahatan terorganisir yang beroperasi di Lima, Peru.

Kelompok 'One Family' dipimpin oleh seorang pria bernama Danny Alexander Zapata Sosa yang dikenal dengan julukan 'El Chino'.

Kelompok ini dikenal sebagai momok di distrik Lince, tempat insiden penembakan terhadap diplomat Indonesia Zetro Leonardo Purba terjadi.

Meski tidak terlalu dikenal secara nasional, geng ini memiliki reputasi buruk di wilayah operasinya dan terlibat dalam berbagai aktivitas kriminal berat.

Kelompok ini dikenal bergerak dalam prostitusi, pemerasan, hingga pembunuhan bayaran. Geng tersebut diketahui menggunakan kekerasan sebagai metode utama dalam menjalankan aksinya.

Beberapa anggotanya telah ditangkap dalam penggerebekan oleh aparat keamanan Peru di wilayah Lince, La Victoria, dan San Juan de Miraflores. (m28)

 

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved