Temuan Pelanggaran TWK Pegawai KPK, Komnas HAM: Kuncinya Ada di Tangan Presiden

Komnas HAM berharap Presiden Joko Widodo dapat segera merespons dan menjadwalkan pertemuan.

Editor: Yaspen Martinus
ISTIMEWA
Komnas HAM mengirim surat ke Istana, Jumat (20/8/2021), terkait janji temu untuk memberikan langsung temuan dan rekomendasi terkait asesmen tes wawasan kebangsaan (TWK) pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 

Tindakan tersebut, kata dia, jelas-jelas sebagai pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana yang dijamin dalam pasal 29 ayat 2 UUD 1945 pasal 18 Undang-udang tentang HAM dan pasal 18 Undang-undang tentang Pengesahan Hak-Hak Sipil dan Politik.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Beraktivitas, Wagub DKI: Mudah-mudahan tidak Memberatkan Warga

Kelima, terjadi pelanggaran hak asasi manusia hak atas pekerjaan.

Hal itu, kata dia, terjadi pada penonaktifan atau nonjob terhadap 75 orang pegawai KPK yang tidak memenuhi syarat tanpa alas yang sah, seperti pelanggaran kode etik atau adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

"Sehingga pemberhentian ini nyata sebagai pelanggaran hak atas pekerjaan yang juga diatur di Undang-undang dasar 1945 Pasal 28 ayat 2."

Baca juga: HUT ke-76 RI, Besok Helikopter TNI AU Kibarkan Bendera Merah Putih Raksasa di Langit Jakarta

"Kemudian pasal 38 ayat 2 Undang-undang tentang HAM, termasuk juga komentar umum 18 angka 4 Kovenan hak ekonomi sosial dan budaya," tutur Munafrizal.

Keenam, terjadi pelanggaran HAM yang berkaitan dengan hak atas rasa aman.

Ia mengatakan, profiling lapangan yang dilakukan ilegal dan intimidatif, serta tindakan asesor saat melakukan wawancara juga merupakan salah satu bentuk dilanggarnya hak atas rasa aman tersebut.

Baca juga: Tempat Tidur Ruang Isolasi Pasien Covid-19 di Jakarta Kini Cuma Terisi 27 Persen

"Artinya ini jelas tidak sesuai dengan pasal 30 Undang-undang tentang Hak Asasi Manusia," papar Munafrizal.

Ketujuh, terjadi pelanggaran hak atas informasi.

Proses penyelenggaraan hingga hasil asesmen TWK yang tidak transparan, tidak terbuka, dan juga tidak informatif soal metode, ukuran, konsekuensi hingga pengumuman hasilnya, kata dia, merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak atas informasi.

Baca juga: Wali Kota Jakarta Pusat: Menaati Protokol Kesehatan Itu Sudah Membela Negara

Jaminan atas hak tersebut, lanjutnya, tertuang dalam pasal 14 ayat 1 UU HAM, dan UU 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Kedelapan, pelanggaran hak atas privasi.

Hal tersebut, kata dia, terlihat dari adanya doxing dan hoaks atas pribadi pegawai tertentu dalam proses asesmen.

Baca juga: Komnas HAM: TWK KPK Diduga Bentuk Penyingkiran Pegawai Tertentu, Khususnya yang Dilabeli Taliban

"Padahal ini sudah dijamin di dalam pasal 31 ayat 1 UU HAM, Undang-undang tentang ITE juga menjamin ini," kata dia

Kesembilan, terjadi pelanggaran hak asasi manusia atas kebebasan berkumpul dan berserikat.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved