Berita Tangerang

Demi Uang, Nur Harus Menahan Perihnya Cat Dibaluri ke Tubuh untuk Menjadi Manusia Silver

Nur dari kontrakan ke tempat mangkalnya belum dilumuri cat. Ia pun bergegas ke Pertigaan Lampu Merah Ciledug untuk menjadi manusia silver. 

Penulis: AndikaPanduwinata | Editor: Dian Anditya Mutiara
TribunTangerang.com/Andika Panduwinata
Kisah manusia silver di Ciledug, Tangerang harus menahan perihnya cat untuk mencari uang 

 TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Sekitar pukul 08.00 WIB, Nur (30) bersiap-bersiap untuk melakukan aktivitasnya menjadi manusia silver.

Janda beranak satu itu pun tak lupa memberi bekal untuk putrinya ini. 

Anak perempuan Nur saat ini masih duduk di bangku kelas 2 SD.

Putri semata wayangnya itu selalu memberikan dukungan dan doa kepada ibunya itu.

Suami Nur sudah meninggal dan mengharuskan dirinya sebagai tulang punggung keluarga.

Mereka tinggal di kontrakan kecil kawasan Ciledug, Kota Tangerang.

"Saya dulunya bekerja di lapak pasar sayuran Borobudur. Karena pandemi Covid-19 dagangan punya bos saya bangkrut. Dan saya akhirnya dirumahkan," ujar Nur saat dijumpai TribunTangerang.com di Pertigaan Lampu Merah Ciledug, Kota Tangerang, belum lama ini 

Baca juga: Manusia Silver Ditemukan Tewas di Kali Bayur Karawaci Kota Tangerang

Himpitan ekonomi membuat wanita berusia 30 tahun itu kelimpungan. Dia ditawari oleh seorang temannya untuk bergabung.

"Enggak tahu lagi mau ke mana, ngelamar kerja di mana-mana susah. Teman ngajak jadi manusia silver, dari pada saya dan anak enggak makan ya sudah diambil tawaran itu," ucap Nur.

Awal kali tercemplung ke dunia manusis silver, Nur memilih berpenampilan seperti lelaki. Rambutnya yang panjang dipotong olehnya menjadi pendek. 

Dia juga kerap memakai topi. Berpakaian kaos dan celana pendek saat menjadi manusia silver.

"Ya seperti penampilan lelaki karena biar tidak dilecehkan. Kalau seperti lelaki kan yang lain juga segan," kata Nur.

Tubuh Perih Kena Cat

Nur dari kontrakan ke tempat mangkalnya belum dilumuri cat. Ia pun bergegas ke perempatan Lampu Merah Ciledug untuk menjadi manusia silver

"Ngelumuri catnya di ruko kosong. Hampir semua badan dan muka dibaluri cat ini," ungkap Nur. 

Ia memgungkapkan mengenai bahan-bahan yang dipakai untuk menjadi manusia silver. Nur membeli cat sablon, handbody dan ditambah minyak.

"Bahan-bahan itu dicampur kemudian diaduk. Hanya waktu 15 sudah jadi," bebernya. 

Manusia silver yang mengeksploitasi bayi menjadi pengemis diamankan pihak Satpol PP Kota Tangsel  saat mangkal di Pamulang, Kota Tangsel.
Manusia silver yang mengeksploitasi bayi menjadi pengemis diamankan pihak Satpol PP Kota Tangsel saat mangkal di Pamulang, Kota Tangsel. (Dok Satpol PP Kota Tangerang Selatan)

Dia pun langsung melumuri tubuhnya dengan bahan yang telah diracik ini. Butuh waktu setengah jam dalam proses tersebut.

"Semua bahan itu total modalnya Rp. 60.000 bisa dipakai selama 2 hari untuk 1 orang saja," imbuh Nur. 

Nur mengaku sangat butuh perjuangan dalam menjadi manusia silver ini. Dia merasakan nyeri pada kulitnya itu.

"Perih banget rasanya. Terutama di bagian tekuk lengan, leher dan mata," bilangnya.

Terjaring Operasi 

Selama menjadi manusia silver, yang paling ditakutkan oleh Nur yakni diamankan petugas Satpol PP. Janda beranak satu itu sudah berkali-kali terjaring operasi. 

Ia kerap kali bermain kucing-kucingan dengan aparat. Aksi kejar-kejaran pun kerap mewarnai hidupnya selama menjadi manusia silver

"Sudah 4 kali ditangkap Satpol PP. Dua kali oleh petugas di Jakarta dan sisanya di Tangerang," tutur Nur. 

Saat diamankan oleh aparat Satpol PP Jakarta, Nur saat itu masih bisa dijenguk oleh orang tuanya. Kini kedua orang tua Nur telah meninggal dunia.

"Kalau sama Satpol PP Tangerang saya dibawa ke Dinsos. Ditahan 4 hari, bikin surat pernyataan kalau ketangkap lagi bisa ditahan 6 bulan di rumah karantina Dinsos," jelasnya.

Nur pun kini harus lebih berhati-hati. Dia pun sudah hafal kapan biasanya Satpol PP menggelar operasi.

"Mereka biasa hari Selasa sama Kamis operasinya. Makanya kalau dua hari itu kadang ngumpet dulu biar enggak ketangkap," terang Nur. 

Jadi Dokter

Meski tampak tegar, batin Nur pun terkadang merintih. Terlebih saat mengingat putri kesayangannya itu.

Dia harus meninggalkan anaknya di kontrakan dan meminta tolong kepada adiknya untuk menjaga. Nur baru pulang ke rumah bada Maghrib.

"Awalnya anak saya sering tanyain terus. Kenapa mama jadi manusia silver. Saya jelasin kalau mamanya ini lagi kerja untuk cari jajan dia," kata Nur terlihat kedua matanya memerah.

Lambat laun sang anak mengerti dengan aktivitas yang dilakukan ibunya itu. Bahkan putrinya terus memberikan dukungan sehingga Nur bersemangat mencari uang.

"Saya sehari kalau lagi banyak-banyaknya bisa dapat Rp. 100 ribu. Tapi kalau lagi sepi setengahnya dari itu," ungkapnya. 

Dari hasil jerih payahnya ini Nur juga bahkan bisa menyekolahkan anaknya. Dia pun rela merogoh kocek agar putrinya itu mendapat pelajaran tambahan di luar sekolah.

"Anak saya kalau sore itu ngeles dapat pembelajaran baru. Anak saya bilang ke saya cita-citanya jadi dokter. Saya terus berusaha agar ke depan nasibnya tidak seperti saya ini," ucap Nur terdengar lirih.

Tunggak Kontrakan 

Setali tiga uang dengan nasib yang dialami Nur dirasakan oleh Erna (26). Erna menjadi manusia silver diajak oleh Nur yang menjadi sahabatnya ini.

"Saya dulu di koperasi, karena ada Covid-19 enggak jalan jadinya bangkrut. Makanya beralih ke manusia silver," ujar Erna. 

Bahkan dari situ rumah tangga Erna mengalami ketetakan. Dia ditinggal kabur suaminya yang memilih peremuan lain.

"Anak saya satu umur 4 tahun. Sekarang anak dititipkan ke orang tua saya di Pandeglang," tuturnya.

Erna mengontrak berdekatan dengan kontrakan Nur. Sebulan sewa kontrakan yang harus dibayar senilai Rp. 400 ribu per bulan.

"Saya dan Nur masih sama-sama nunggak kontrakan dua bulan belum bayar. Kalau saat ini pendapatan memang sedang menurun," beber Erna. 

Hal itu berdampak setelah ramainya kontroversi keberadaan manusia silver di berbagai media. Sehingga pendapatan mereka mengalami penyusutan yang sangat tajam.

"Kemarin-kemarin ramai balita yang dicat silver sampai viral. Ada juga manusia silver yang tertangkap jadi maling. Itu sangat berdampak banget dari pendapatan sehari-hari. Belum lagi ditambah faktor cuaca, sekarang sering hujan. Kalau hujan ya kami enggak melakukan aktivitas di jalan," kata Erna.

Ingin hidup normal

Erna dan Nur berharap cobaan berat ini segera berakhir. Kedua janda itu sangat menginginkan perubahan dalam hidupnya.

"Ya kalau ada kerjaan juga mending pilih kerjaan lain dari pada manusia silver seperti ini," ungkap Erna. 

Sebab menurutnya butuh kesabaran tinggi yang harus dijalani. Belum lagi upaya untuk menghilangkan cat dari tubuhnya itu.

"Harus mandi berkali-kali biar cat hilang semua di badan. Mandi sampai kira-kira 2 jam. Itu juga harus digosok-gosok pakai sunlight biar hilang semua catnya," bilangnya.

Erna mengaku ingin hidup normal kembali. Dia pun berencana pulang ke kampung halamannya di Pandeglang.

"Saya kangen keluarga saya di kampung. Mau pulang kampung, nabung buat usaha kecil-kecilan saja di sana," ujar Erna. 

Sementara itu Nur juga berupaya bangkit dari pandemi ini. Dirinya tiap hari menyisihkan uang untuk modal usaha.

"Saya juga kedepannya nanti mau punya lapak sayur-sayuran. Jualan sayur ke tetangga-tetangga. Kan dulu saya punya pengalaman kerja di lapak sayuran Borobudur," papar Nur. (dik)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved