Berita Tangsel
Perjalanan 13 Tahun Kota Tangsel, Sekelumit Persoalan Hingga Harus Lebih Perhatikan Cagar Budaya
Kota Tangerang Selatan genap berusia ke- 13 tahun pada 26 November 2021 ini. Sejumlah pembangunan pun semakin menggeliat.
Penulis: AndikaPanduwinata | Editor: Dian Anditya Mutiara
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGSEL - Kota Tangerang Selatan genap berusia ke- 13 tahun pada 26 November 2021 ini. Sejumlah pembangunan pun semakin menggeliat.
Di mata seniman Edi Bonetski, Tangsel merupakan kota yang terbuka bagi siapa saja.
"Ulang tahun ke- 13 ini sesuai rasa tubuh, rasa pengetahuan dan spiritual Tangsel telah membentuk rupa," ujar Edi kepada TribunTangerang, Kamis (25/11/2021).
Dengan moto Cerdas, Modern dan Religius Kota Tangerang Selatan menjadi ruang baru yang terbuka untuk sejumlah kalangan. Edi merasa perkembangan ekonomi pun semakin baik.
"Saya merasa di Tangsel seperti itu, perkembangan ekonomi semakin keren," ucapnya.
Menurutnya, kepemimpinan Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie dan Wakilnya Pila Saga memiliki kecerdasan. Karena dapat menggali potensi-potensi yang ada.
Baca juga: Pilar Saga Ichsan Tak Mau Ambil Pusing Meski Sering Dikaitkan dengan Dinasti Politik Banten
"Termasuk pembuatan logo HUT ke- 13 bisa menggandeng anak-anak muda untuk pembuatan desainnya," kata Edi.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga lebih banyak melihat kedalaman aktivitas dari komunitas yang ada. Seperti dari segi arsitektur mau pun desain.

"Terlihat bagaimana Gedung Pusat Pemerintah Kota Tangsel yang terlihat modern sangat menggugah estetika," ungkapnya.
Di situ ada Pusat Pemerintahan, Menara Pandang dan pembenahan di sekitarnya yakni Alun-alun Tangsel. Edi menyebut Tangsel lebih banyak mendengarkan suara dari bawah.
"Seniman diakomodir oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam menggodok sesuatu aktivitas kesenian dan kebudayaan," tutur Edi.
"Seperti kegiatan art identity yang merupakan peristiwa seni tahunan yang berkelanjutan di Tangerang Selatan," sambungnya.
Cagar Budaya
TB Sos Rendra selaku pelaku sejarah di Tangsel menceritakan mengenai dari awal kota ini terbentuk hingga saat ini.
Dulunya Tangerang Selatan menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang.
"Awalnya Tangsel itu kampung dan kumuh. Karena memang jaraknya sangat jauh dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang," beber Rendra.
Dari situ lah terjadi pemekeran wilayah. Sehingga membentuk daerah baru yaitu Kota Tangerang Selatan.
"Tangsel mulai terbentuk pembangunan pun semakin menggeliat dengan banyaknya pengembang yang turut melakukan pembenahan," imbuhnya.
Berjalannya waktu, Tangsel menjadi kota termuda di Provinsi Banten yang tumbuh semakin baik. Mulai dari infrastruktur hingga perkembangan ekonomi.
"Namun catatan penting, Pemkot Tangsel harus serius dalam memerhatikan cagar budaya," tegas Rendra.
Sebab di Tangerang Selatan ini banyak sekali cagar budaya yang patut dirawat dan dilestarikan. Sehingga dapat menjadi objek wisata yang juga turut menyumbang pendapatan daerah.
"Ada sekitar 80 situs cagar budaya di Tangsel ini seharusnya diperhatikan dengan baik. Dapat menjadi wisata sejarah mau pun religi," jelasnya.
Contohnya seperti Taman Makam Pahlawan Seribu.
Menurut Rendra lokasi itu dapat menjadi identitas tersendiri bagi Kota Tangerang Selatan.
"Kerukunan pun sangat terjaga di sini. Tangsel terdapat 3 suku mayoritas. Mulai dari Betawi, Sunda dan Cina. Tapi berbaur menjadi satu bahkan dari kesenian-keseniannya juga," terang Rendra.
Sekelumit Persoalan
Di mata masyarakat umum di usia Tangsel yang ke- 13 ini pembangunan terasa memuaskan. Namun masih ada sekelumit persoalan yang menjadi pekerjaan rumah Pemkot Tangerang Selatan.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Hasan (38) satu dari warga Pondok Aren.
Ia menerangkan bahwa dari tahun ke tahun perkembangan pembangunan di Tangsel sangat siginifikan.
"Sudah banyak infrastuktur jalan yang dirasakan oleh masyarakat. Begitu juga dengan sarana prasarananya," bilang Hasan.
Kendati demikian warga masih saja dihantui dengan masalah banjir.
Hasan berharap agar Pemkot Tangsel dapat menanggulangi banjir ini.
"Persoalan paling dirasakan itu banjir. Apalagi saat musim hujan seperti ini," ungkapnya.
Hal senada pun diutarakan oleh masyarakat Tangerang Selatan lainnya yakni Farhan (36).
Warga asal Pamulang itu juga mengeluhkan soal banjir yang sangat meresahkan.
"Selain banjir, masalah sampah juga harus betul-betul diperhatikan," kata Farhan.
Persoalan tata kelola sampah harus diperbaiki. Mulai dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipecang hingga di pemukiman penduduk.
"Sama juga dengan sampah-sampah di pasar yang dapat mengganggu ketertiban umum," turur Farhan.
Sementara itu Eva (26) warga asal Serpong berharap ada perbaikan dalam moda transportasi.
Dirinya menginginkan agar Pemkot Tangsel memikirkan tentang transportasi yang terintegrasi.
"Kalau selama ini warga Tangsel mau kemana-mana banyak yang naik KRL. Populasi semakin bertambah sehingga di KRL sering berjubel. Makanya harus ada transportasi lagi yang memadai di Tangsel ini," ujar Eva.
Keringanan Pajak
Di usia ke-13 tahun, sudah banyak para pelaku UMKM yang tumbuh di Tangerang Selatan ini. Terlebih Tangerang Selatan marak diramaikan oleh wisata belanja seperti mal dan lainnya.
Eunike (30) satu dari pelaku UMKM mengaku saat ini peran Pemkot Tangsel sudah sangat baik. Terutama dalam membantu para UMKM.
"Kalau sekarang happy ya karena sedang ramai-ramainya. Mengingat pembatasan sudah ada kelonggaran dalam penurunan level PPKM," ucap Eunike.
Saat masa pandemi Covid-19 di tahun pertama penurunan omzet pun sangat dirasakannya. Sehingga dirinya merumahkan beberapa pegawainya.
"Kalau sekarang banyak konsumen yang datang. Ini tidak lepas dari keberhasilan pemerintah setempat yang mampu menekan kasus penyebaran Covid-19," bebernya.
Eunike juga bilang banyak kemudahan-kemudahan yang diberikan dalam pelayanan untuk berusaha. Tapi perempuan yang berkecimpung di dunia salon ini meminta keringangan dalam membayar pajak.
"Harapannya ada keringanan untuk bayar pajak. Kan kemarin-kemarin pandemi lagi sepi, sekarang mulai bangkit lagi," papar Eunike.
Ribka (34) yang juga pelaku UMKM menginginkan Pemkot Tangsel dapat melakukan intervensi terhadap para pemilik kawasan.
Karena menurutnya tiap kawasan di mana tempat Ribka mendirikan lapak usahanya itu dimintai harga sewa tinggi.
"Tiap tahun sewanya naik, baru saja kemarin naiknya sampai 8 persen," kata Ribka.
Alasan kenaikannya yakni untuk uang keamanan mau pun kebersihan.
Ribka pun berharap ada peran pemerintah dalam memperbaiki kondisi tersebut.
"Catatannya lagi soal parkir banyak dikuasai oleh sejumlah oknum. Sehingga kerap terjadi keributan. Dan tentunya kemacetan-kemacetan yang sering terjadi pada akhir pekan," ujarnya. (dik)