Alasan MotoGP Mandalika digelar Maret, Panorama Indah dan Beri Tantangan buat Pembalap
Ada alasan khusus mengapa MotoGP Mandalika digelar pada bulan Maret atau masih masuk musim penghujan.
Penulis: Rafzanjani Simanjorang | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, LOMBOK - Ada alasan khusus mengapa MotoGP Mandalika digelar pada bulan Maret atau masih masuk musim penghujan.
Selain akan menyajikan panorama yang luar biasa juga menjadi tantangan tersendiri buat para pembalap.
Hal ini disampaikan oleh Samsul Purba, direktur teknik dan operasi Mandalika Grand Prix Association (MGPA) saat ditemui di sirkuit Mandalika, Minggu (23/1/2022) kemarin.
Samsul mengatakan, ada beberapa alasan.
Baca juga: Dari RibuanTiket yang disediakan Panitia MotoGP Mandalika, yang Paling Mahal telah ludes terjual
Pertama, Lombok di musim kemarau kurang menarik dari sisi visual.
Makanya race itu direncanakan sejak awal di musim penghujan, baik di awal, pertengahan atau akhir.
Dari November sampai Maret akhir untuk balap-balap yang banyak di broadcast di dunia.
Kalau musim kemarau, pegunungan di sekitar Mandalika tampak coklat (gersang).
Baca juga: Tak Ada Rossi di MotoGP Mandalika, Satu Keluarga dari Bima Kompak Dukung Anak Didik Rossi
"Itulah dasar awal pihaknya meminta ke Dorna agar balapan di gelar di musim penghujan," ujarnya.
Bahkan, pihaknya telah mengundang Carmelo Ezpeleta selaku direktur utama dorna sport, dan Carlos Ezpeleta sebagai managing director dorna sports untuk naik helikopter melihat secara visual area sirkuit di musim kemarau dan hujan.
"Mereka senang di musim hujan," imbuh Samsul.
Alasan kedua, pembalap butuh tantangan.
Kalau kering saja, kurang menantang, tapi kalau hujan pebalap tertantang.

"Itu yang membuat kami juga mempersiapkan makro tekstur track sirkuit yang nyaris sempurna dimana selisih kecepatan kering dan hujan tidak terlalu jauh," katanya.
Hal itu pun teruji saat Kejuaraan Dunia World Superbike (WSBK) lalu, dimana selisih dalam satu sesi hanya 14 detik antara kering dan basah.
Padahal rata-rata sirkuit dunia memiliki selisih 50 detik.
"Jadi nyaris pembalap tidak merasakan selisihnya permukaan aspal saat basah dan kering. Jadi pebalap senang sekali, dan adrenalinnya pun keluar," tuturnya. (m21)