Benyamin Ajak Warga Ambil Langkah Tepat untuk Melawan Stunting
Wali Kota Tangerang Selatan, H Benyamin Davnie mengajak warga Tangsel untuk konsisten menerapkan gizi seimbang.
Penulis: Ign Prayoga | Editor: Ign Prayoga
TRIBUNTANGERANG.COM, SERPONG -- Bertolak dari pembukaan Sekolah Juru Penerang Makanan pada 25 Januari 1951, pemerintah kemudian menetapkan 25 Januari sebagai Hari Gizi Nasional (HGN).
Peringatan Hari Gizi Nasional rutin digelar untuk meningkatkan peran serta semua pihak dalam membangun masyarakat yang sehat melalui gizi seimbang.
Pada peringatan Hari Gizi Nasional tahun ini, Kementerian Kesehatan menggaungkan tema "Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas"
Wali Kota Tangerang Selatan, H Benyamin Davnie pun mengajak warganya untuk konsisten menerapkan gizi seimbang.
"Hari ini bertepatan dengan peringatan hari gizi nasional. Saat ini, stunting adalah permasalahan yang belum selesai di Indonesia. Permasalahan gizi tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di dunia. Bahkan, permasalahan ini menjadi fokus secara global," tulis Benyamin di akun Instagramnya, Selasa (25/1/2022)
"Saya berharap seluruh masyarakat Tangerang Selatan memahami apa itu stunting dan melaksanakan langkah yang tepat untuk mencegahnya," imbuh Benyamin.
Dikutip dari Tribunnews.com, stunting dan obesitas pada anak menjadi permasalahan lama yang dihadapi sebagian besar ibu di Indonesia.
Selain gizi kurang atau stunting, anak juga dapat mengalami gizi lebih atau obesitas.
Baca juga: Nurul Arifin Ungkap Dua Keinginan Putrinya Maura Magnalia yang Belum Kesampaian
Berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Dr. Dhian Probhoyekti, SKM, MA mengatakan permasalahan gizi tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di dunia.
Dikutip dari laman Kemenkes, berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi stunting di Indonesia adalah 24,4 persen.
Jumlah tersebut masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam rpjmn 2020-2024, yakni 14 persen.
Sementara itu, berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8 persen dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8 persen.
Target angka obesitas di 2024 tetap sama 21,8 persen dan diarahkan untuk mempertahankan tingkat obesitas agar tidak naik.
Baca juga: Hendak Tawuran, Lima Pemuda di Cengkareng Ditangkap Polisi, Bawa Empat Celurit dan Pedang
“Masalah gizi stunting dan obesitas berdampak jangka pendek dan jangka panjang karena kedua masalah gizi ini menjadi indikator pembangunan kesehatan bangsa yang berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus,” katanya dalam konferensi Hari Gizi Nasional ke-62 secara virtual, Selasa (18/1).
Anak yang mengalami stunting akan gagal tumbuh.
Hal ini ditunjukkan dengan tinggi badan pendek dan perkembangan intelektual terhambat.
Dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak pada gangguan metabolik yang meningkatkan risiko individu obesitas, diabetes, stroke, dan jantung.
Perbaikan gizi saat ini lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi menurunkan stunting dan mencegah angka obesitas naik.
Gizi seimbang bermakna luas dan berlaku pada semua kelompok umur.
Baca juga: Acara G20 Batal Digelar di Bali Dipindah ke Jakarta, Wagub Ariza: DKI Fokus Banjir dan Omicron
Contoh penerapan gizi seimbang, dilakukan dengan:
1. Mengonsumsi aneka ragam makanan
2. Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Mempertahankan berat badan normal
4. Melakukan aktivitas fisik di semua kelompok umur.
Kementerian Kesehatan juga melakukan intervensi spesifik untuk melaksanakan Penerapan gizi seimbang.
“Saat ini memang kita berfokus pada remaja dan 1000 hari pertama kehidupan dengan tujuan memperkuat intervensi,” ucap Dr. Dhian.
Baca juga: Penghuni Kerangkeng di Rumah Bupati Diperbudak di Pabrik Kelapa Sawit
Dalam intervensi spesifik ada 6 intervensi yang Kemenkes lakukan, yaitu:
1. Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
2. Promosi dan konseling menyusui
3. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
4. Pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A
5. Penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan
6. Tata laksana gizi buruk.
Baca juga: Mengurangi Ketergantungan Merokok secara perlahan dengan Tablet Hisap
“Intervensi spesifik diikuti dengan strategi peningkatan kapasitas SDM, peningkatan kualitas program, penguatan edukasi gizi dan penguatan manajemen intervensi gizi di Puskesmas dan Posyandu,” kata dr. Dhian.
Selain upaya dari pemerintah, peran keluarga terutama ibu sangat penting dalam mencegah anak stunting dan obesitas.
Guru Besar Ilmu Gizi IPB Prof Dr. Hardiansyah mengatakan, pencegahan stunting maupun obesitas harus dilakukan secara dini.
Ibu memiliki peran penting dalam menentukan makanan pada saat hamil dan pemberian gizi serta pola asuh pada anak setelah lahir.
Pencegahan Stunting
Calon ibu hendaknya melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum hamil dan rutin melakukan pemeriksaan ketika masa kehamilan.
Untuk mencegah stunting sejak awal, maka ibu hamil harus mengalami penambahan berat badan yang cukup.
Jadi, penambahan berat badan ibu hamil itu adalah faktor utama mencegah stunting pada anak selama masa kehamilan.
“Sederhananya bagi awam adalah bertambahnya usia kehamilan harus diiringi dengan bertambahnya berat badan."
"Saat bayi lahir ketika bertambah umur harus bertambah berat badan. Itu ciri sederhana."
"Kalau mengalami berat badan yang stagnan tidak bertambah maka pertambahan panjang atau tinggi badan bayi akan mengalami gangguan. Jadi sebelum mengalami gangguan maka cegahlah gangguan tersebut,” kata Prof. Hardiansyah.
Ketika bayi lahir, ibu perlu memperhatikan berat badan bayi minimal di atas 2,5 kg dengan panjang badan di atas 47 cm.
Seorang ibu juga wajib memberikan ASI eksklusif yaitu diberikan sampai 6 bulan.
Jika tidak diberikan ASI eksklusif dan anak pernah diare berkali-kali, itu adalah pertanda akan terjadi gangguan stunting jika tidak segera diatasi.
Makanan Pencegah Stunting
Ia menyebut ada pangan yang terbukti mencegah stunting saat ibu hamil yaitu susu, telur, ikan, pangan hewani, dan lauk-pauk.
Kemudian pangan yang terbukti mencegah stunting setelah bayi lahir adalah ASI eksklusif, susu pertumbuhan, telur, ikan, pangan hewani, lauk pauk, dan berbagai MP ASI diperkaya gizi.
“Berikan ASI dan MP ASI yang cukup dengan baik, ASI eksklusif sampai 6 bulan, lanjutkan pemberian ASI 6 sampai 23 bulan, berikan MP ASI yang cukup dan baik pada usia 6 sampai 23 bulan," katanya.
Baca juga: Remaja yang Telanjang Dada di Atap Rumah Warga Sempat Diamankan Polsek Palmerah, Ternyata ODGJ
"Jaga kesehatan bayi dan anak melalui imunisasi, kebersihan, stimulasi, kebiasaan baik makan sayur, buah, lauk pauk, dan protein tinggi,” terangnya.
Pencegahan Obesitas
Untuk obesitas, ibu perlu memahami penyebab obesitas atau kegemukan.
Obesitas bukan hanya disebabkan karena kurang aktivitas fisik dan makanan, namun ada banyak penyebabnya.
Ia menyebut obesitas pada orang dewasa atau remaja obesitas bisa bisa karena stres yang menimbulkan inflamasi, inflamasi menimbulkan penumpukan lemak.
Selain itu, kurang tidur atau kelebihan tidur yang meningkatkan hormon ghrelin, sehingga seseorang jadi sering lapar.
“Mulailah dengan mengelola faktor penyebab utama seperti stres, terus jangan sampai stres, harus perbanyak aktivitas fisik dan mengatur waktu tidur, pantau berat badan dan lingkar pinggang,” katanya. (*)