Berita Nasional

Zulkifli Hasan: Ada Pihak yang Benturkan Negara dengan Agama, Bahkan Menyoal Kembali Pancasila

Zulkifli Hasan menyebut polarisasi politik dan agama tidak boleh mengarah pada upaya-upaya mengganti format bernegara.

Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Hertanto Soebijoto
Twitter@Official_PAN
Zulkifli Hasan menyoroti adanya pihak yang mencoba membenturkan negara dengan agama. Bahkan ada pihak yang menyoal kembali Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Foto dok: Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. 

TRIBUNTANGERANG.COM, GAMBIR - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyoroti adanya pihak yang mencoba membenturkan negara dengan agama.

Bahkan ada pihak yang menyoal kembali Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

“Saya kira ini perlu kita sikapi bersama dalam konsep Indonesia, agama dan negara sama sekali tidak bertentangan,” ujarnya saat Pidato Kebangsaan Zulkifli Hasan berjudul Indonesia Butuh Islam Tengah di Perpusnas, Jakarta Pusat, Sabtu (29/1/2022).

Menurutnya, paradigma yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara agama, atau menawarkan konsep internasional, adalah pikiran yang usang dan tidak menghargai sejarah panjang pendirian bangsa ini.

Baca juga: Ridwan Kamil Puji Stadion JIS, Anies pun Tersenyum Lebar

Baca juga: Benyamin Davnie: Sekolah di Kota Tangerang Selatan Masih Diizinkan Gelar PTM Terbatas

Dia menyebut polarisasi politik dan agama tidak boleh mengarah pada upaya-upaya mengganti format bernegara.

“Konsep bernegara kita sudah final, Indonesia adalah negara yang beragama dan menghormati keberagaman. Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beba tapi kita sepakat menjadi tunggal ika yang satu, yaitu Indonesia,” katanya.

Selain memiliki sumber daya alam yg melimpah, modal terbesar Indonesia sebagai bangsa adalah keberagaman.

Indonesia didirikan di atas rasa persatuan yang mengikat, beraneka suku dengan berbagai perbedaan agama, ras, kepentingan antargolongan.

Baca juga: Jenazah Praka Rahman Tomilawa Tiba di Rumah Duka, Isak Tangis Keluarga Langsung Pecah

“Dengan rasa persatuan itulah, para founding fathers dan mothers kita membayangkan negeri ini sebagai tanah air yang satu, bangsa yang satu, yang memiliki bahasa persatuan Bahasa Indonesia,” ucapnya.

“Maka keberagaman bangsa Indonesia merupakan fitrah yang harus kita syukuri bersama. Tidak ada pilihan lain bagi negara dengan keberagaman yang sangat kompleks seperti Indonesia, persatuan harus dirajut,” tambah pria yang juga menjadi Wakil Ketua MPR RI ini.

Dalam kerangka itulah, lanjut dia, para fathers dan mothers Indonesia menyepakati bahwa Pancasila dan UUD 1945 sebagai konsensus bernegara.

Tanpa menjadikan agama sebagai dasar negara, tidak berarti Indonesia menjadi negara yang sekuler, apalagi anti agama.

Baca juga: Anies Baswedan didesak Tiadakan PTM 100 Persen Pasca Omicron Merebak

“Sila pertama Pancasila berbunyi ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ adalah bukti bahwa kesadaran agama selalu menjadi pondasi kita bernegara sekaligus menjadi bintang penuntun dalam melaksanakan keempat sila yang lainnya,” ungkapnya.

Karena itu, dia menganggap hubungan antara agama dan negara saling mengisi dalam konsep Indonesia.

Tanpa menjadikan sebagai landasan hukum formal, agama telah menjadi falsafah dan landasan yang moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Maka pikiran untuk menjadikan Indonesia sebagai negara agama hanyalah menunjukkan ketidakpahaman dalam memahamai falsafah bernegara,” imbuhnya.

Baca juga: Pria yang Pura-pura Pincang Modus Korban Tabrak Lari di Pasar Rebo Sempat Terseret 30 Meter


Dalam kesempatan itu, hadir Menteri Negara BUMN Erick Thohir, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jambi Al Haris dan Wali Kota Bogor Bima Arya. (faf)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved