Masa Kecil Penangkap Buaya Berkalung Ban Terungkap, Sering Berburu di Hutan dan Sungai
Kisah sukses Tili menangkap buaya berkalung ban bergema di tanah kelahirannya di Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Penulis: Ign Prayoga | Editor: Ign Prayoga
"Bersama kurang lebih tujug warga sini, mereka merantau ke Singkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan," kata Ratno.
Di perantauan itu pula, Tili bertemu jodohnya. Dia menikahi seorang wanita asal Makassar. Tili dan sang istri sempat tinggal di Sragen selama beberapa tahun.
Setelah anaknya lahir, sang istri mengajak Tili tinggal di Makassar.
"Awalnya jualan bakso, kemudian jual batu bata. Kalau di Palu saya kurang tahu, infonya baru tiga bulan pindah ke Palu," katanya.
Baca juga: Cerita Warsidi Pengurus di Taman Buaya Indonesia Jaya, Gaji Minim dengan Risiko Besar
Buaya berkalung ban adalah fenomena yang ada di Palu, Sulawesi Tengah. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah (Sulteng) menyatakan ban sepeda motor melingkari leher buaya tersebut sejak tahun 2016. Diduga, ban tersebut sengaja dipasang oleh warga yang saat itu berhasil menangkap dan hendak menjadikan buaya tersebut sebagai peliharaan.
Berbagai upaya untuk menyelamatkan buaya tersebut telah dilakukan. Nama-nama besar di dunia reptil juga sudah turun ke Sungai Palu yang jadi habitat buaya berkalung ban tersebut. Mereka adalah Panji Petualang dan ahli buaya dari Australia, Matt Wright dan Chris Wilson. Namun upaya mereka belum membuahkan hasil.
Warga Palu menyebut Tili lebih hebat daripada Panji Petualang karena berhasil melepas ban yang melilit buaya itu.
Baca juga: Kasus Mayat Wanita dalam Kardus Terungkap, Korban Dihabisi Seusai Berhubungan Badan
Tili menceritakan, sudah tiga pekan dia mencoba menangkap buaya itu. Atas kemauan sendiri, Hili mempersiapkan upaya penangkapan buaya berkalung ban. "Saya memang mau menangkapnya karena kasihan. Buaya itu terlilit ban selama bertahun-tahun," ucap Tili.
Setiap sore, Tili memasang umpan yang terikat tali ke sungai sekitar. Ujung tali lainnya diikat pada batang kayu besar yang ada di tepi sungai untuk memudahkannya menarik buaya saat umpan itu berhasil dimakan. "Kadang umpannya merpati, kadang ayam," kata Tili, sambil memegang ban yang dilepas dari buaya.
Senin (7/2/2022) sore, Tili kembali memasang umpan dan berhasil menangkap buaya itu. "Sempat lepas dua kali dari umpan, setelah maghrib baru berhasil," ucap Tili.
Tili tak sendiri, warga setempat yang menonton aksi Tili turut membantu. Saat buaya berhasil ditarik ke darat, Tili dengan sigap mengikat buaya berkalung ban tersebut. Ban yang melihat di leher buaya tersebut kemudian dipotong.
Baca juga: Jalan Daan Mogot Jadi Satu Arah Mulai Minggu 13 Februari 2022 untuk Cegah Kemacetan
Seperti diketahui, sejak 2016, banyak orang yang mencoba menangkap buaya berkalung ban tersebut. Mulai dari Panji Petualang, dua pakar pemerhati buaya dari Australia, Matt Wright dan Christ Willson, hingga terakhir Foresst Galante dan Tim Discovery Channel. Namun, tak ada satu pun yang mampu menangkap buaya tersebut. (*)
Sumber: Tribun Solo