Wawancara Khusus Bupati Tangerang

Dibangun di Masa Kepemimpinan Zaki Iskandar, Aquaculture Jadi Objek Penelitian 12 Negara

Tangan dingin Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar terlihat di Desa Ketapang, Mauk. Wilayah yang dulunya kumuh, kini jadi mampu mandiri secara ekonomi

Penulis: AndikaPanduwinata | Editor: Ign Prayoga
Tribuntangerang.com/Alex Suban
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar memanen udang di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Jumat (21/1/2022) 

TRIBUNTANGERANG.COM, MAUK -- Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mempercantik kawasan pesisir utara. Tangan dingin Zaki Iskandar terlihat di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten.

Wilayah di utara Kabupaten Tangerang yang tadinya kumuh tersebut sekarang berubah, terlihat eksotis dan diklaim memiliki nilai ekonomis.

Hal itulah yang disampaikan dan diperlihatkan Zaki kepada tim Warta Kota saat meninjau lokasi yang diberi nama "Ketapang Urban Aquaculture", belum lama ini. Desa yang dulu jarang terjamah itu menjadi lebih tertata.

Di sana ada 16 varietas mangrove dan lebih dari 200.000 pohon dan bibit mangrove. Menurut Zaki, penanaman mangrove akan berdampak positif pada lingkungan seperti mencegah abrasi yang saat ini sudah memakan pantai lebih dari satu kilometer.

Baca juga: Beri Teguran Keras ke Anak Buah yang Pamer Uang, Inilah Sosok Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar

Terkait penataan masyarakat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang membangun rumah layak huni, pengadaan perahu, hingga jaringan ikan. Pasalnya semakin hari nelayan kian jauh mencari ikan akibat abrasi.

Bagaimana kisah lengkapnya? Berikut wawancara ekslusif Zaki bersama tim Warta Kota di Desa Ketapang:

Bisa diceritakan bagaimana proses Pak Bupati mengubah wilayah ini menjadi seperti sekarang?

Program "Ketapang Urban Aquaculture" ini sudah didesain sejak tahun 2014. Pertama konservasi mangrove terlebih dulu karena di lokasi ini mengalami abrasi.

Salah satu alasan kenapa Ketapang yang dipilih karena kawasan tersebut merupakan permukiman nelayan yang terisolir, daerahnya tidak tertata dengan baik. Dari konservasi mangrove kami tata secara konservatif. Harus diperhatikan masyarakatnya, bukan hanya infrastrukturnya saja.

Dari konsep tersebut, kami bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Kemensos (Kementerian Sosial), dan mitra-mitra swasta lainnya. Akhirnya secara bertahap terciptalah aquaculture seperti yang bisa kita lihat seperti sekarang. Tak cuma itu, perekonomiannya juga kami bangun. Kami menyediakan peralatan nelayan dan bantuan usaha baru dalam rangka membuat masyarakat mendapat penghasilan selain sebagai nelayan.

Mengapa diberi nama aquaculture?

Berkaitan dengan sumber daya air. Airnya tercemar sampah menumpuk termasuk sendimentasi. Ke depan jadi hutan bakau yang tinggi dan rindang. Ternyata dampak positifnya kualitas air menjadi lebih baik.

Dulu dengan tercemarnya air, berefek ke tambak ikan. Sejumlah ikan dan udang mengalami stunting. Sekarang dapat tumbuh dengan baik dan dirawat juga. Sehingga menjadi ikan serta udang unggulan dari bentuk dan rasanya.

Aquaculture ini juga bisa dikembangkan menjadi budidaya kepiting, mangrove, dan kerang hijau.

Baca juga: Pilpres 2024 Partai Golkar Usung Airlangga Hartarto, Ahmed Zaki Iskandar: Beliau Banyak Pengalaman

Soal penentuan Mauk, lokasi ini dipilih karena dulu kawasan ini merupakan daerah tertinggal. Kami punya dua program unggulan yakni Gebrak Pakumis (Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh Miskin) dan Gerbang Mapan (Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai).

Dua program ini kami kolaborasikan untuk membangun kawasan Mauk. Sekarang sudah dapat terlihat kini sudah dibangun puskesmas, stadion, pasar, dan sekolah pesisir. Secara integrasi pembangunan sudah mulai.

Tantangan yang dihadapi apa saja ?

Memang untuk mengajak masyarakat, sesuatu yang baik belum tentu diterima. Kuncinya komunikasi dengan masyarakat.

Akhirnya masyarakat bisa percaya dengan pemerintah. Tadinya pedagang tumpah di jalan, sekarang masuk ke dalam pasar. Rumah yang dulunya kumuh, sudah diperbaiki menjadi layak huni.

Penyampaian informasi yang tepat dan desain yang tepat. Kami membangun rumah yang kumuh dulu, sudah begitu baru dilakukan relokasi.

Rabu (19/1/2022) lalu, Direktur Pelaksana Bank Dunia Ibu Mari Elka Pangestu mengapresiasi langkah Pemkab Tangerang menata Desa Ketapang. Apa poin kunjungan Ibu Mari ke Ketapang?

Alhamdulillah Ibu Mari bisa berkunjung ke Ketapang. Ibu Mari mengatakan ini akan menjadi model pembangunan di Indonesia dan dunia. Mengubah masyarakat menjadi lebih baik dan produktif. Dapat beradaptasi juga dengan alam, pemanasan global, membuka mata mereka karena ternyata masih banyak usaha lain di sekitar mereka.

Sudah dapat dilihat langkah ini sebagai langkah tepat. Pemberdayaan perempuan diikutsertakan karena para istri nelayan kami bekali dengan kemampuan mengolah makanan dan program-program lainnya.

Kami juga menyiapkan tambak ikan, tempat pelelangan ikan, koperasi, serta kuliner. Artinya secara praktik mereka tetap jadi nelayan, hanya di kala tertentu cuaca ekstrem mereka bisa mencari usaha lain. Peluang usaha kuliner dan wisata.

Baca juga: Ahmed Zaki Iskandar Gencarkan Vaksinasi Booster untuk Cegah Penyebaran Kasus Covid-19

Ke depan, apa yang akan dilakukan Pemkab Tangerang untuk memperkenalkan wilayah akuakultur ini?

Untuk tingkat nasional, kami akan menggelar acara pada Oktober mendatang yaitu dari Asosiasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (Akkopsi).

Pada level internasional akan ada pertemuan negara pesisir pantai, Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (Pemsea) Network of Local Government (PNLG) Meeting Summit 2022 di bulan Oktober juga, akan hadir perwakilan dari 12 negara.

Ketapang dijadikan objek penelitian dan pengembangan yang akan direplikasi ke daerah lain seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Cina. Selain hajatan nasional dan internasional, kami juga tentunya menggelar kegiatan di lokasi seperti dari segi olahraga di antaranya bersepeda dan lari. Ada pula pagelaran sosial budaya yang dimeriahkan oleh masyarakat setempat. (dik/eko)

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar turun langsung memantau dan memonitoring pelaksanaan vaksinasi Covid-19 anak usia 6-11 tahun.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar turun langsung memantau dan memonitoring pelaksanaan vaksinasi Covid-19 anak usia 6-11 tahun. (istimewa)
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved