Edukasi
Sebagian Besar Pengobatan Kanker Anak Butuh Kemoterapi, Efek Samping Bisa Ringan Hingga Berat
Penanganan kanker pada anak membutuhkan pendekatan multidisiplin. Selain dokter dan perawat, peran orangtua pasien atau caregiver juga penting.
Penulis: Lilis Setyaningsih | Editor: Lilis Setyaningsih
“Muntah menyebabkan malnutrisi karena pasien tidak mau makan. Mual dan muntah bisa tetep muncul meskipun sudah diberikan antiemesis,” ungkap dr. Susi.
2. Manajemen Nyeri
Dr Anky Tri Rini SpA(K), konsultan hematologi onklogi menjelaskan bahwa
nyeri kerap dialami penderita kanker anak.
Nyeri timbul karena penyakitnya atau akibat tindakan dan terapinya.
Nyeri kronis atau nyeri berkepanjangan, membutuhkan penanganan serius karena sangat menurunkan kualitas hidup pasien.
Saat ini nyeri menjadi tanda vital kelima yang harus segera ditangani.
Baca juga: Kemajuan Teknologi dianggap Memudahkan Edukasi Mengenai Kanker lebih Tersebar Luas
“Anak-anak susah mengungkapkan derajat nyeri, maka biasanya untuk usia 1 sampai 6 tahun pasien anak diminta menunjukkan jari. Lima dianggap nyeri berat,” tambah dr. Anky.
Mengurangi nyeri bisa dengan obat-obatan antinyeri dan non obat.
Obat antinyeri bisa diberikan sesuai derajat nyeri.
Pada anak hanya dua tahap yaitu non opiat (morfin) dan tahap kedua langsung morfin yang kuat.
Nyeri berat pada anak kanker diberikan morfin.
Biasanya diberikan berkala misalnya setiap 6 jam.
Morfin memiliki efek samping konstipasi.
Baca juga: Sebanyak 70 Persen Pasien Kanker Payudara Datang pada Stadium Lanjut
3. Fatigue atau kelelahan
Allenidekania, Pengurus Pusat Perawat Anak Indonesia mengatakan, perawatan pada anak dengan kanker lainnya adalah kelelahan.