Edukasi

Pantau Tumbuh Kembang Anak Secara berkala untuk Cegah kesalahan Penanganan Stunting

Kesalahan penanganan stunting, seperti memberikan tambahan susu atau makanan tinggi kalori kepada anak bisa menimbulkan obesitas dan PTM

Penulis: | Editor: Lilis Setyaningsih
pexels/victoria-borodinova
Pemantauan berat badan, panjang, serta lingkar kepala secara berkala dapat mencegah terjadinya stunting pada anak 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Stunting masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak Indonesia.

Meskipun hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan bahwa angka stunting telah turun sebanyak 3,3 persen menjadi 24,4 persen dibandingkan dari data 2019 yang mencapai 27,7 persen,

Namun angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan angka yang dianjurkan Badan Kesehatan Dunia WHO yaitu di bawah 20 persen.

Untuk itu, pencegahan stunting masih menjadi perhatian serius oleh pemerintah agar upaya untuk mempersiapkan Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045 tidak terhambat.

Baca juga: Cegah Stunting dan Obesitas Pemprov Banten Kampanyekan Pemenuhan Gizi 

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan, pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu aspek penting bagi kesehatan anak.

Untuk itu, berbagai permasalahan kesehatan yang masih dihadapi anak Indonesia, termasuk stunting harus segera diatasi dan BKKBN yang telah ditunjuk oleh Presiden Republik Indonesia sebagai pelaksana upaya percepatan penurunan stunting nasional.

BKKBN siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan upaya tersebut.

"Melalui program Indonesia Cegah Stunting, kami telah mengerahkan dukungan ribuan tenaga Penyuluh & Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PKB/PLKB) dan para kader yang tersebar di seluruh Indonesia untuk melakukan edukasi mengenai pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak dan penegakkan deteksi dini stunting," ujar dr. Hasto Wardoyo dalam media briefing 'Pentingnya Pemantauan Tumbuh Kembang Terhadap Penegakkan Deteksi Dini Stunting pada Anak Indonesia', Kamis (24/2/2022).

Baca juga: Sachrudin Ungkap Angka Stunting di Kota Tangerang Terendah di Provinsi Banten

"Kami berharap melalui kolaborasi ini pencegahan stunting hingga 14 persen pada tahun 2024 dapat terwujud secara optimal," imbuhnya.

Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi anak, Prof. dr. Madarina Julia, MPH., Ph.D, Sp.A(K) mengatakan, perawakan pendek merupakan salah satu keluhan gangguan pertumbuhan yang sering menjadi alasan seorang anak untuk dibawa ke dokter spesialis anak.

"Orangtua cemas, mengira anaknya menderita stunting. Tidak banyak yang menjelaskan bahwa stunting hanyalah salah satu dari berbagai penyebab perawakan pendek," katanya.

Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang mengalami asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat.

Angka stunting secara nasional menunjukkan perbaikan dengan turunnya tren sebesar 3,3 persen dari 27.7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021.  Namun, angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan yang dianjurkan WHO yaitu di bawah 20 %.
Angka stunting secara nasional menunjukkan perbaikan dengan turunnya tren sebesar 3,3 persen dari 27.7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021. Namun, angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan yang dianjurkan WHO yaitu di bawah 20 %. (istimewa)

"Kita takut kepada stunting karena beberapa penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa stunting adalah suatu kondisi yang akan sangat mengganggu perkembangan anak, terutama perkembangan kognisi," ujar  Prof. Madarina.

UNICEF mengatakan bahwa stunting akan membuat seseorang mempunyai prestasi pendidikan yang lebih buruk, lebih cenderung putus sekolah atau tidak mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maupun penghasilan atau pendapatan yang lebih rendah sebagai seorang dewasa.

Hal ini karena berkaitan dengan asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat, anak stunting tentu mempunyai riwayat gizi dan riwayat kesehatan yang kurang baik.

Selain itu, anak stunting juga sangat mungkin mengalami gangguan perkembangan.

Baca juga: Cegah Stunting, Dinkes Tangsel Lakukan Penyuluhan Kepada Remaja Putri

Sehingga, untuk mendiagnosis stunting, selain tinggi badan yang pendek, anak stunting juga kurus dan mempunyai masalah perkembangan.

Untuk dapat mendeteksi dini masalah ini, selain harus dipantau panjang atau tinggi badannya, setiap anak juga harus rutin ditimbang berat badannya, diukur lingkar kepalanya dan dinilai perkembangannya.

Stunting harus dapat dideteksi dan mendapatkan penanganan dini sehingga perkembangan otak pada 1000 hari pertama kehidupan tidak terganggu.

Namun, kesalahan penanganan stunting, seperti memberikan tambahan susu atau makanan tinggi kalori kepada anak yang tidak memerlukan, bisa sangat merugikan.

Baca juga: RSUD Kota Tangerang Buka Layanan Anak Komperhensif untuk Cegah Stunting dan Gizi Buruk

Anak akan menjadi individu obes yang berisiko mengalami diabetes mellitus dan berbagai penyakit tidak menular di kemudian hari.

“Upaya pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala penting untuk diterapkan oleh semua orangtua. Kemajuan teknologi telah memungkinkan orangtua untuk bisa memantau tumbuh kembang anak melalui aplikasi tumbuh kembang. Deteksi dini stunting maupun perawakan pendek lainnya sangat penting. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, tumbuh kembang anak dapat kembali optimal,” tambah Prof. Madarina.

Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin mengatakan, minimnya informasi terkait stunting menjadi kebutuhan bagi masyarakat khususnya orangtua yang membutuhkan.

Rangkaian program edukasi ini, para tenaga kesehatan, kader dan orang tua dapat lebih memahami tentang pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak sebagai upaya untuk pencegahan stunting serta juga dapat lebih memahami dan mendeteksi gejala growth hormone deficiency (GHD) sedini mungkin sehingga dapat menentukan pengobatan ataupun terapi yang sesuai.

Merck Indonesia bersama BKKBN mengadakan rangkaian program edukasi secara berkesinambungan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait masalah gangguan pertumbuhan pada anak.

Selain itu, melalui pengenalan Kartu Kembang Anak (KKA) Online dalam bentuk aplikasi dari BKKBN, masyarakat diharapkan juga dapat lebih memperhatikan siklus tumbuh kembang anak agar tidak terjadi miskonsepsi perihal stunting dengan perawakan pendek. (*)

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved