Berita Tangerang
Fery Ferdiansyah, Dokter Berpengaruh dan Berperan Penting Tanggulangi Covid-19 di Kota Tangerang
Fery Ferdiansyah adalah Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tanah Tinggi, Tangerang, salah satu puskesmas yang berperan penting menangani pa
Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Hertanto Soebijoto
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- - Dokter Fery Ferdiansyah, merupakan sosok yang berperan penting dalam menanggulangi kasus Covid-19 di Kota Tangerang.
Fery Ferdiansyah adalah Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tanah Tinggi, Tangerang, salah satu puskesmas yang berperan penting menangani pasien Covid-19.
Masa Kecil Fery Ferdiansyah
Dr Fery Ferdiansyah, merupakan seorang putra asli Banten, dengan yang lahir di Serang, Banten, 16 November 1979 silam.
Cita-cita di masa kecil Fery bukanlah menginginkan menjadi seorang dokter, melainkan seorang arsitek.
Namun, ketika mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan tinggi menjadi seorang dokter, hal itu dimanfaatkan Fery seutuhnya, hingga mengabdi untuk masyarakat sampai saat ini.
"Saya lahir di Serang 16 November tahun 1979, dan usia saya sekarang menuju 43 tahun dan sudah berkeluarga, dengan dikaruniai dua orang buah hati berumur 6 tahun dan 2 tahun," ujar dr. Fery Ferdiansyah saat diwawancarai Wartakotalive.com, Minggu (27/2/2022).
"Sebenarnya dulu cita-cita saya itu justru bukan menjadi dokter, tapi jadi arsitek, karena saya memang suka menggambar waktu kecil. Tetapi seiring berjalannya waktu dan mendapatkan kesempatan belajar di perguruan tinggi pada jurusan kedokteran, akhirnya saya memilih menjadi dokter sampai sekarang," imbuhnya.
Perjalanan Karier
Fery menjalani karir sebagai dokter di Kota Tangerang, pada tahun 2014 lalu di Puskesmas Kunciran, Kota Tangerang.
Fery ditempatkan di Kota Tangerang, setelah 7 tahun diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bertugas di Serang, Banten.
Sebelum diangkat menjadi PNS, Fery sempat meniti karir selama dua tahun lamanya, sejak tahun 2007 hingga tahun 2009, usai lulus menempuh dunia pendidikan kedokteran dari Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah.
"Saya itu menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Islam Sultan Agung dan berhasil lulus di tahun 2007. Setelah itu saya bekerja menjadintenaga kesehatan dan Alhamdulillah ditetapkan menjadi PNS pada tahun 2009 di Serang, Banten," kata dia.
Setelah enam tahun menjalani penempatan sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Kunciran, Fery akhirnya dipercaya menjadi Kepala Puskesmas Sangiang, pada tahun 2020.
Masih dalam tahun yang sama, hanya dalam hitungan bulan Fery kembali dipercaya menjadi Kepala Puskesmas kembali, yakni dipindahkan ke Puskesmas Tanah Tinggi, Tangerang.
"Di tahun 2014, dari Serang, saya dipindahkan ke Kota Tangerang, yakni menjadi tenaga medis langsung di Puskesmas Kunciran," tuturnya.
"Setelah enam tahun bertugas di Puskesmas Kunciran, Alhamdulillah saya dipercaya menjadi Kepala Puskesmas Sangiang di tahun 2020. Tapi tidak lama kemudian, saya ditugaskan dan dipercaya memimpin Puskesmas Tanah Tinggi dan Alhamdulillah saya menjadi Kepala Puskesmas Tanah Tinggi sampai sekarang," papar Fery.
Perjuangan Fery menjadi Kepala Puskesmas Tanah Tinggi tidaklah mudah.
Pasalnya, Fery dipercaya menjadi kepala puskesmas saat kondisi Indonesia diterpa Pandemi Covid-19.
Menurutnya, perjuangan menjadi nakes paling berat terjadi, ketika Indonesia memasuki gelombang ke dua Pandemi Covid-19, sejak bulan Juni 2020.
Fery mengaku, dalam sehari Puskesmas Tanah Tinggi menerima pasien Covid-19 hingga 10 orang.
Hal tersebut tidaklah sebanding dengan kapasitas tempat tidur dan nakes yang dimiliki Puskesmas Tanah Tinggi.
Akibatnya, Fery pun menugaskan jajarannya untuk membangun tenda darurat, bagi para pasien Covid-19, lantaran kondisi ruangan tidak mencukupi.
Tidak sampai disitu, didirikannya dua buah tenda darurat ternyata tidak cukup menampung para pasien Covid-19 yang datang.
Imbasnya, Fery pun terpaksa mengarahkan para pasien tersebut menunggu di dalam mobil yang datang membawa pasien.
"Pada saat pandemi Covid-19 gelombang ke dua muncul dengan varian delta, situasi di puskesmas ini sangat genting, dalam sehari pasien yang datang itu bahkan sampai 10 orang, jumlah itu jauh diatas kapasitas yang kita miliki. Akhirnya kita bangun dua tenda darurat, sebagai tempat menunggu para pasien, soalnya saking penuhnya pasien itu ada yang menunggunya di dalam mobil," ungkap Fery.
Fery menjelaskan, penumpukan pasien terjadi lantaran para pasien menunggu ketersediaan ruang ICU yang gunakan sebagai rumah sakit rujukan.
Kemudian, kegentingan saat itu juga terjadi lantaran para nakes harus terlebih dahulu memeriksa para pasien, guna mengetahui lokasi rujukan pasien menuju rumah sakit atau dapat dibawa ke Rumah Isolasi Terkonsentrasi.
"Penumpukan pasien saat itu terjadi, karena kebutuhannya untuk dirawat di rumah sakit penuh, makanya mereka harus menunggu dulu disini. Selain itu, kita juga kita harus lakukan pemeriksaan kepada pasien Covid-19 ini, mereka penanganannya ke rumah sakit atau bisa hanya ke RIT saja, karena pastinya kita mengutamakan kondisi pasiennya seperti apa," paparnya.
Fery mengakui, penumpukan pasien Covid-19 tersebut juga disebabkan oleh beberapa pasien rujukan yang berasal dari puskesmas lain di Kota Tangerang.
Rujukan ke Puskesmas Tanah Tinggi terjadi, lantaran puskesmas lain tidak memiliki ruang Unit Gawat Darurat (UGD) dan peralatan yang terbatas.
"Selain itu, penumpukan bukan hanya murni warga Tanah Tinggi, Tangerang, yang menjadi pasien kami. Tapi banyak puskesmas di sekitar Tangerang membawa pasiennya untuk dirukuk ke sini, karena hanya Puskesmas Tanah Tinggi yang memiliki UGD," terangnya.
Kegentingan juga terjadi, saat Puskesmas Tanah Tinggi kekurangan fasilitas kesehatan seperti oksigen. Dan Fery pun harus berjibaku mencari ketersediaan oksigen, hingga ke luar Kota Tangerang, bahkan sampai dinihari.
"Saat pasien Covid-19 sudah kita tangani, kepanikan masih terus terjadi. Saat itu karena kasus Covid-19 sedang tinggi-tingginya dan membuat oksigen menjadi langka. Saat subuh, pukul 02.00 WIB kita sampe harus mencari ketersediaan oksigen ke Jakarta, Tangerang Selatan, bahkan sampai Kabupaten Tangerang," beber Fery.
"Tapi Alhamdulillah selalu ada bantuan ke kita kalau kita sedang membutuhkan oksigen, seperti dari instansi masyarakat dan juga MUI," ucapnya.
Dengan terbatasnya nakes yang tersedia saat itu, Fery pun memutuskan membagi para nakes menjadi beberapa tim, dengan sistem bergantian atau shift. Bahkan, Fery sendiri harus bertahan dan bertugas di Puskesmas Tanah Tinggi, Tangerang, hingga tiga hari tanpa bertemu keluarga.
"Waktu kasus keterpaparan Covid-19 sedang tinggi-tingginya pada bulan Juni dan Juli 2021 kemarin, kita bahkan sampai tidak pulang karena nakes yang kita butuhkan itu kurang terus, saya sendiri pernah sampai tiga hari enggak pulang sama sekali," sebutnya.
"Akhirnya saya jadwalkan nakes-nakes yang bertugas disini, agar mereka bergiliran, jadinya pakai sistem shift saya bikin, yakni pagi, siang, dan malam hari, agar kita memiliki waktu untuk minimal istirahat, karna jujur kami nakes sangat kewalahan dengan situasi saat itu," katanya.
Kendati demikian, Fery tetap mensyukuri seluruh timnya dapat bekerjasama saling membantu dan bergotong royong dalam menjalani perannya sebagai garda terdepan dalam penanggulangan Covid-19 di Kota Tangerang.
Menurutnya, banyaknya hal yang perlu dikoordinasikan kepada para nakes yang bertugas di puskesmas dan juga nakes yang berada di rumah sakit.
"Alhamdulillah koordinasi dengan tim nakes saya dan tim nakes di rumah sakit bisa lancar terus, karena kita kan terus memantau kondisi pasien yang ada disini dengan ketersediaan ICU di rumah sakit, agar mereka dapat segera dibawa untuk ditangani," ucapnya.
Kedepan Fery mengharapkan, agar masyarakat Kota Tangerang dapat terus menjalani Vaksinasi Covid-19 baik tahap pertama maupun tahap kedua, hingga vaksinasi tahap ke tiga atau booster.
Pasalnya, hal tersebut merupakan peran paling terpenting hingga membuat kondisi saat ini Kota Tangerang telah berada pada status zona PPKM Level 3, selain penerapan protokol kesehatan.
"Mudah-mudahan masyarakat yang belum vaksin dapat menjalani vaksinasi dan yang sudah melakukan vaksin tahap satu, segera melakukan vaksinasi dosis dua, hingga ke tiga. Karena virus Covid-19 ini adalah musuh yang tidak terlihat, kita tidak tau mana yang berbahaya untuk kita," ucapnya.
"Dan harapan kami sebagai tenaga kesehatan, semoga masyarakat Kota Tangerang selalu menjaga kesehatannya, menjaga kebersihan lingkungan, kemudian berharap kota Tangerang itu menjadi pionir dalam teknologi kesehatan sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat," tutup dr Fery Ferdiansyah. (M28)
Caption Foto: Kepala Puskesmas Tanah Tinggi, Tangerang, dr. Fery Ferdiansyah.