Krisis Ekonomi

Pemerintah Sri Lanka Minta Warga di Luar Negeri Kirim Uang untuk Beli Obat dan Makanan

Sri Lanka gagal membayar utang luar negeri sebesar 51 miliar dolar AS (Rp 732 triliun). Sri Lanka berada dalam krisis ekonomi terburuk sejak merdeka.

Penulis: Ign Prayoga | Editor: Ign Prayoga
AFP
Demonstran menghentikan bus tentara di luar rumah Presiden Sri Lanka di Kolombo, 31 Maret 2022. Para demonstran menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka menyusul terjadinya krisis ekonomi terburuk sejak negara tersebut merdeka tahun 1948. 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Pemerintah Sri Lanka telah mengumumkan gagal membayar utang luasr negeri sebesar 51 miliar dolar AS (Rp 732 triliun). Sri Lanka saat ini berada dalam cengkeraman krisis ekonomi terburuk sejak merdeka pada 1948.

Sri Lanka JUGA mendesak warganya yang bekerja dan tinggal di luar negeri untuk mengirim uang ke Kolombo, Rabu (13/4/2022)

Dana yang dikumpulkan dari warga Sri Lanka yang sukses berkarier di luar negeri tersebut, akan digunakan untuk membeli makanan, obat-obatan serta bahan bakar kendaraan.

“Kami membutuhkan bantuan warga Sri Lanka di luar negeri untuk mendukung negara pada saat yang genting ini, dengan menyumbangkan devisa yang sangat dibutuhkan," kata gubernur bank sentral Nandalal Weerasinghe.

Baca juga: Pemprov Banten Tetapkan Wilayah BSD Serpong sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pendidikan

Weerasinghe menambahkan, dengan bantuan dana tersebut nantinya Sri Lanka dapat menghemat pembayaran utang negara yang telah jatuh tempo pada Senin (11/4/2022), senilai 200 juta dolar AS atau setara Rp 2,8 miliar (satu dolar = Rp 14.347)

Bahkan demi merealisasi rencananya ini, pemerintah Sri Lanka dikabarkan telah membuat rekening bank khusus untuk manampung sumbangan dalam penggalangan dana ekspatriat yang bermukim di Amerika Serikat, Inggris dan Jerman.

Seruan yang disampaikan Weerasinghe lantas menghadirkan pro kontra hingga memunculkan kecurigaan bagi para ekspatriat Sri Lanka.

Baca juga: KMT Anggap Fantastis Anggaran Makan Minum DPRD Kabupaten Tangerang Mencapai Rp 7,4 Miliar

Weerasinghe mengatakan, dia telah menyiapkan rekening bank untuk sumbangan di AS, Inggris, dan Jerman. Dia juga berjanji kepada para perantau Sri Lanka di luar negeri bahwa uang sumbangan tersebut akan dibelanjakan untuk keperluan yang paling dibutuhkan.

“Mata uang asing tersebut akan digunakan hanya untuk impor kebutuhan pokok, termasuk makanan, bahan bakar dan obat-obatan,” kata Weerasinghe dalam sebuah pernyataan.

Seruan Weerasinghe sejauh ini disambut dengan skeptisisme dari orang-orang Sri Lanka di perantau luar negeri. "Kami tidak keberatan membantu, tetapi kami tidak dapat mempercayai pemerintah dengan uang kami," kata seorang dokter asal Sri Lanka di Australia kepada AFP, yang meminta namanya tidak disebutkan.

Baca juga: Disnaker Kota Tangerang Jalin Kerjasama dengan PT PNM, Lulusan SMK Jadi Prioritas Ikut Seleksi

Seorang insinyur perangkat lunak asal Sri Lanka di Kanada juga tidak yakin bahwa uang itu akan disalurkan kepada yang membutuhkan. Dia khawatir, dana tersebut justru disalahgunakan pemerintah seperti yang pernah terjadi ketika Sri Lanka diterjang tsunami pada 2004.

Kala itu, sebagian besar sumbangan uang asing yang dimaksudkan untuk para korban dikabarkan justru berakhir di kantong para politisi, termasuk ke kantong Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa. 

Baca juga: Aliando Syarief Bersyukur Sudah Bisa ke Tempat Umum, Namun Masih Tetap Terapi untuk Penyakitnya

Sri Lanka saat ini berada dalam cengkeraman krisis ekonomi terburuk sejak merdeka pada 1948.

Beberapa hari terakhir, negara tersebut kekurangan barang-barang penting yang parah dan pemadaman listrik. Aksi protes juga terjadi menuntut pemerintahan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mundur karena harga kebutuhan pokok yang melambung. (*)

 

Sumber: Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved