Pendidikan
Siswi MAN 4 yang Juga Anak Jaksel Ini Diterima di Enam Kampus di Luar Negeri
Kamila Aisya Farisaputri, siswi MAN 4 Jakarta, diterima di enam universitas luar negeri. Dua dari enam universitas tersebut berlokasi di Belanda
Penulis: Ign Prayoga | Editor: Ign Prayoga
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Kamila Aisya Farisaputri, siswi MAN 4 Jakarta, diterima di enam universitas luar negeri .
Dua dari enam universitas tersebut berlokasi di Belanda yakni University of Groningen (program studi/prodi: Media Studies) dan Erasmus University, Rotterdam (prodi International Bachelor Communication and Media).
Sedangkan empat kampus lainnya berlokasi di Kanada yakni University of Toronto (prodi Communication, Culture, Information and Technology), University of Waterloo (prodi Global Business and Digital Arts), Carleton University (prodi Media Production and Design), dan Western University (prodi Media, Information, and Technoculture)
Tribunnews.com berkesempatan mewawancarai Kamila melalui WhatsApp pada Jumat (14/4/2022).
Baca juga: Ahmed Zaki Iskandar Usung Program Pemkab Tangerang Bekerja Sama dengan Universitas Luar Negeri
Kamila mengaku menyukai mata pelajaran matematika.
Di sisi lain, Kamila mengaku kerap tidur di kelas. Hal ini terjadi ketika dia duduk di kelas 10.
Pada masa itu pula, wabah Covid-19 muncul dan sekolah dilakukan secara online. Kebijakan sekolah online juga diterapkan di MAN 4 Jakarta yang berlokasi di Pondok Pinang, Jakarta Selatan (Jaksel).
"Masa SMA saya kepotong sama corona, jadi saya offlinenya (sekolah tatap muka) cuma pas kelas 10 sama di masa akhir kelas 12," ujar Kamila.
Di tahun pertama menjadi siswi MAN 4 yang berlokasi di Jaksel, Kamila aktif sebagai pengurus OSIS. “Pas awal kelas 10 saya ikut organisasi OSIS dan saya cinta banget sama OSIS. Di OSIS saya biasanya pulang malem, malemnya di rumah begadang, alhasil saya tidur di kelas,” ungkap Kamila.
"Ini salah saya karena dulu nggak bisa time management," imbuh dia.
Akibat dari itu semua, Kamila memperoleh nilai yang jelek. Dia lalu memutuskan berhenti jadi pengurus OSIS.
"Pas kelas 10 nilai saya jeblok karena saya nggak pandai time management, akhirnya pas kelas 11 saya keluar dari OSIS,” tuturnya.
Namun, kebiasaan tidur saat pelajaran tidak hilang. “Saya tetap tidur sih kalau kelas online he... he... he...,” kelakarnya.
Untuk menebus kesalahannya, Kamila belajar secara mandiri mulai sore hingga malam.
"Akhirnya buat bales jam-jam saya tidur di kelas, saya bertekad mempelajari materi yang ketinggalan," kata Kamila.
"Jadi saya merangkum materi-materi di buku dari sore sampai malam," imbuh dia.
Tantangan lain yang dihadapi Kamila adalah penurunan motivasi belajar. Menurut dia, pembelajaran online selama pandemi Covid-19 menurunkan motivasi belajarnya.
"Motivasi belajar menurun banget, saya yakin hampir semua siswa merasakan hal yang sama," ujarnya.
Di sisi lain, Kamila juga punya tekad untuk lolos seleksi kampus di luar negeri.
Kamila pun fokus ke nilai-nilai pelajaran serta curriculum vitae (CV). Dia juga sempat ikut berbagai perlombaan di antaranya lomba pidato berbahasa Inggris hingga pengolahan aplikasi.
Semuanya dilakukan ketika Kamila sudah kelas 12. "Ketika saya bertekad mau kuliah di luar negeri, saya sudah kelas 12, jadi waktu saya cukup sempit untuk mempersiapkan itu,”
“Untuk nilai, saya upaya untuk maksimalkan nilai saya di semester yang tersisa,” ujarnya.
Kamila melamar ke kampus-kampus di luar negeri lewat lembaga Cambridge Assessment International Education
Dia pun membagikan kiat-kiat untuk menaklukkan seleksi kampus luar negeri. "Mungkin yang saya bisa share yang paling harus dipersiapkan yaitu nilai dan CV berupa pengalaman organisasi, pengalaman leadership, dan prestasi di lomba-lomba,” katanya.
Ketika ditanya alasan mendaftar ke universitas di luar negeri, Kamila mengaku ingin membanggakan kedua orang tuanya dan mencari tantangan.
“Alasan utamanya karena saya mau banggain orang tua saya. Layaknya anak dan orang tua yang lain, hubungan saya dan mereka ada banyak lika-liku. Jadi ini cara saya untuk berterimakasih dengan mereka.”
“Dan saya juga sangat suka dengan tantangan. Saya lihat kuliah di luar negeri sebagai tantangan,” ujarnya.
Setelah dinyatakan diterima di sejumlah kampus di luar negeri, Kamila berusaha untuk mendapatkan beasiswa agar dia bisa kuliah di universitas yang menerimanya.
Namun, katanya, memang tidak mudah memperoleh beasiswa.
Rencana lain, Kamila akan bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya.
“Kalau saya tidak dapat beasiswa, saya berencana cari part time job untuk membantu orang tua saya membayar biaya kuliah dan living cost (biaya hidup) saya," kata Kamila.
Di akhir wawancara, Kamila menyebut dirinya bercita-cita ingin mendirikan start-up karena menurutnya masa depan sangat membutuhkan teknologi dan sangat diperlukan untuk membangun Indonesia.
“Aku look up banget sama start-up di Indonesia. Aku rasa kedepannya bakal serba teknologi dan kita bisa manfaatin teknologi buat nyelesaiin banyak masalah juga di dalam negeri kita,” ungkapnya.
Kamila juga mengungkapkan, teknologi adalah jawaban bagi banyak isu yang terjadi di Indonesia.
“In most cases, teknologi lah yang menjadi jawaban atas opportunity ini seperti Gojek, Ruang Guru, Tokopedia, dan lain-lain,” ujarnya.
Ketika ditanya nasihat bagi siswa-siswi Indonesia, Kamila mengatakan, penting untuk menjadi diri sendiri dan dapat mengenali potensi diri.
Sehingga, ujarnya, dapat menjadi apa yang diinginkan atau dicita-citakan.
“Jangan coba jadi seperti orang lain, cukup jadi diri kalian aja namun versi yang terbaik. Tapi coba kenalin lagi diri kalian lebih dalem,” katanya.
“Pakai itu sebagai motivasi kalian buat jadi versi terbaik diri kalian sendiri. Tetap tekuni hobi kalian sembari kalian berjuang,” ujar Kamila.
“Kalau di kasus saya, hobi saya tidur,” kelakarnya. (*)
Sumber: Tribunnews.com