Menjadi Tukang Gali Kubur, Widodo Harus Siap Kapanpun Kerja Ketika ada yang Dimakamkan
Menjadi tukang gali kubur dilakoni Widodo sebagai pilihan hidupnya. “Sebagai tulang punggung keluarga, saya coba kerja apa saja. Yang penting halal.”
Penulis: Indri Fahra Febrina | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERAN.COM, JAKARTA – Menjadi tukang gali kubur dilakoni Widodo sebagai pilihan hidupnya.
“Sebagai tulang punggung keluarga, saya coba kerja apa saja. Yang penting halal.”
Begitulah sepenggal ucapan Widodo, pekerja harian lepas di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Petamburan, Jalan KS Tubun Nomor 1, Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sejak umur tujuh tahun, pria yang akrab disapa Dodo ini hijrah bersama orangtuanya ke Jakarta.
Ia lalu menuntaskan pendidikan sekolah menengah kejuruan di ibukota.
Baca juga: Bupati Pidie Pimpin Ritual Unik, Pasien Dikubur Lalu Disiram Air
Sebelum terjun bekerja di tempat pemakaman umum, ia pernah bekerja kontrak sebagai pengelola parkir di sebuah perusahaan swasta di kawasan Jakarta Pusat selama sembilan tahun.
Namun pria asal Klaten ini menyudahi pekerjaannya karena harus mutasi ke luar kota.
Alasan Dodo keluar kerja, karena dia tak ingin terpisah jauh dari orangtua.
Sebagai anak pertama di keluarganya, Widodo memikul tanggung jawab menjaga ayah, ibu, dan adiknya.
Baca juga: Dianggap Lebih Sepi dari Kuburan, Terminal Tanjung Priok Tak Terpengaruh Penghapusan Syarat Antigen
Bahkan, Dodo pun harus merelakan menjual sepeda motornya demi membantu perekonomian keluarga.
“Saya masih punya adik perempuan. Saya yang penting kerja apa saja dan halal, jadi bisa kasih uang ke keluarga,” ucap pria berbaju hijau saat ditemui Wartakotalive.com.
Sehari-hari, Dodo mengisi waktu sebagai pengangguran, nongkrong di TPU Karet Bivak.
Awalnya, ia hanya membantu membersihkan makam selama lima tahun di TPU Petamburan.
Baca juga: Ribuan Warga Iringi Pemakaman Vanessa Angel dan Suami yang Dikubur Dalam Satu Lubang
Berjalannya waktu, di tahun 2016, Dodo diterima sebagai petugas harian lepas Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat .
Ia kembali mengabdi di TPU Karet Bivak sebagai pasukan hijau yang bertugas membersihkan pemakaman.
Adanya peralihan suasana kerja membuatnya pindah ke TPU Petamburan tahun 2018.
Dodo menemukan teman yang solid dan kenyamanan bekerja di sini.
Suka duka sebagai tukang gali kubur
Terkadang peziarah yang datang ke TPU Petamburan membawa makanan untuk para pekerja, termasuk Dodo.
Ia juga pernah diminta secara khusus membersihkan dan mengabarkan kondisi makam ke peziarah yang mempercayainya.
Bekerja sebagai tukang gali kubur tak kenal waktu.
Dodo pernah menggali kubur di malam hari di saat pandemi Covid-19 tengah mewabah saat itu.
Baca juga: Kisah Pendeta Tewas Setelah Berusaha Tiru Yesus Dikubur Hidup-hidup, Bangkit di Hari Ketiga
“Jadi tukang gali kubur itu harus cepat. Bahkan, hujan deras pun tetap harus gali kalau ada perintah,” tutur pria yang memiliki dua anak ini.
Dodo yang tinggal di mess TPU Petamburan tak jarang mendengar suara-suara makhluk halus saat hendak tidur.
Bahkan ia mengaku pernah melihat bayangan melesat secepat kilat saat berjalan di antara makam di malam hari.
Hal tersebut berlangsung hingga dua tahun bekerja.
Namun, Dodo menganggap kejadian tersebut hanyalah halusinasi semata.
Pria usia 42 tahun ini mengungkapkan, bekerja sebagai tukang gali kubur mengingatkannya untuk terus beribadah dan beramal.
Tangisan para peziarah membuatnya sadar hidup ini tidak abadi.
“Semua manusia pasti akan mati. Saya jadi lebih mawas diri aja dan mempersiapkan diri sebelum dipanggil Allah SWT,” ucap pria berambut hitam ini.
Dodo menuturkan ingin mengabdi di TPU hingga akhir hayatnya.
Ia tetap akan bekerja selama kondisi tubuhnya sehat. (M35)