Kebakaran
Duka Korban Kebakaran Pasar Gembrong yang Harus Dievakuasi Dengan Digendong Akibat Patah Tulang
Kisah Ujang, Korban Kebakaran Pasar Gembrong yang Patah Kaki Akibat Melawan Jambret Dua Hari Sebelum Kejadian
Penulis: Rendy Rutama | Editor: Lilis Setyaningsih
Rasa sakit karena beberapa benturan di kedua kakinya, terkadang membuat dirinya berteriak menjerit kesakitan.
Baca juga: Pasar Gembrong Jakarta Timur Kebakaran, Diperkirakan 90 Rumah dan 20 Toko Hangus
"Saya teriak kesakitan 'aduh sakit aduh' karena terbentur, hal itu sebab jalan di lokasi gang sempit, tapi warga selalu menenangkan saya dengan mengatakan 'dikit lagi sampai pak' seperti itu terus menerus," tuturnya.
"Saya tidak permasalahkan terbentur itu, karena intinya berhasil diselamatkan, warga lain saat ini juga berfikir yang terpenting keselamatan jiwa," katanya sembari menghelus dadanya.
Saat ini ia berada di posko di sekitar lokasi kebakaran.
Terlihat sekira ratusan orang sedang beristirahat tidur di atas tumpukan baju bekas, Ujang juga menyampaikan keseluruhan warga merasa bersyukur karena tidak ada korban jiwa.
Baca juga: Kebakaran Melanda Madrasah di Kalibata, Api Berasal dari Kabel Listrik
"Hasil kaki terbentur kebakaran yaitu kaki kiri saya luka di bagian tulang kering, hingga lebam, kaki kanan yang patah tulang juga masih belum sembuh, masih balutan gips, jadinya saya menggunakan tongkat," ungkap Ujang.
Ia berharap pemerintah bisa memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok dan tempat tinggal yang layak bagi semua korban kebakaran Pasar Gembrong.
Saat ini Ujang mengaku kondisinya semakin sulit dengan adanya kejadian kebakaran tersebut.
"Saya kerja berjualan kopi di pinggir jalan arah Kampung Melayu di Pasar Gembrong, Jakarta Timur, penghasilan juga tidak tetap," jelasnya.
Baca juga: Identifikasi Rampung, Jenazah Satu Keluarga Tewas Akibat Kebakaran di Warakas Dibawa ke Tarutung
Pendapatan yang minim juga sudah dirasa Ujang sangat kurang, karena ia harus menghidupi kedua anaknya, yang pertama umur 13 tahun, dan kedua enam bulan.
Sehingga ia merasa berat jika diharuskan berfikir terkait membeli rumah tinggal yang baru.
"Istri ibu rumah tangga, jadinya penghasilan hanya dari saya, dan itu juga kurang buat kebutuhan sehari-hari," tutur Ujang.